Tag Archive for: Pola Asuh

Privasi Anak di Media Sosial

Mau Membagikan Privasi Anak di Media Sosial? Perhatikan Hal Berikut Ini

Kita sering membagikan foto dan aktivitas anak di media sosial. Tujuannya tentu saja sekadar berbagi cerita tentang keseharian anak. Karena sering pula dilakukan oleh banyak orang, membagi privasi anak di media sosial terasa lumrah saja.

Membagikan privasi anak di media sosial memang sangat menggiurkan. Saking menggiurkannya, kita sering lupa bahwa di balik rasa puas setelah membagikan privasi mereka, ada dampak yang akan anak tanggung. Untuk mencegah dampak buruk yang bisa terjadi, kita wajib mempertimbangkan hal di bawah ini:

  1. Keamanan Anak

Sharenting atau membagikan berbagai informasi tentang anak di media sosial dapat membahayakan keamanan anak. Membagikan privasi anak ke media sosial sama saja memberikan informasi penting mengenai anak kita ke publik. Informasi ini dapat disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Kejahatan pada anak karena media sosial bisa berupa penculikan, pembunuhan, pemerkosaan hingga kekerasan pada anak. Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), ada 1940 kasus kejahatan online pada anak sejak 2017 hingga 2019. Karenanya, sangat penting bagi kita untuk hati-hati dalam memberikan informasi mengenai identitas anak.

  1. Kesehatan Mental Anak

Bullying di kalangan anak-anak hingga remaja sering kali terjadi. Siapa pun bisa menjadi korban bullying, termasuk anak kita. Pelaku bullying pintar mencari alasan atas tindakan kepada korbannya. Foto hingga celotehan di media sosial adalah alat ampuh yang digunakan pelaku bullying. Kita memang tidak bisa memastikan apakah foto yang kita unggah bisa dijadikan alasan untuk mem-bully. Namun, jika sebelum mengunggah, ada baiknya kita memberi batasan privasi macam apa yang boleh dan tidak boleh diunggah.

  1. Consent Anak

Orang tua wajib mendapatkan consent anak sebelum mengunggah foto mereka. Namun, consent anak merupakan hal yang cukup tricky karena mereka masih belum bisa berpikir secara rasional. Artinya, ketika saat ini anak mengizinkan kita untuk mengunggah privasinya, belum tentu consent tersebut merupakan hasil dari pertimbangan objektif. Ketidakrasionalan mereka bisa terjadi karena kurangnya kesadaran mengenai pentingnya privasi di media sosial. Cara mengatasinya bisa dengen memberikan edukasi mengenai privasi di media sosial kepada anak.

  1. Motivasi Orang Tua Membagikan Privasi Anak

Pasti kita punya alasan yang mendorong kita untuk mengunggah privasi anak. Bisa jadi kita ingin menunjukkan rasa bangga akan anak kita, hanya sekedar pamer, mengikuti tren, hingga ingin mendapatkan penghasilan dari unggahan tersebut. Apa pun alasannya, kita harus memikirkan kebaikan anak. Sebelum mengunggah, kita bisa bertanya kepada diri sendiri apakah motivasi kita mengunggah privasi anak lebih penting dibanding dampak yang kemungkinan terjadi?

Privasi anak di media sosial memang sangat penting. Jangan sampai kita yang bertindak, namun anak kita yang mendapatkan akibatnya. Jika kita memang ingin mengunggah foto anak, kita bisa mencari cara yang aman. Contohnya, dengan tidak menunjukkan lokasi atau wajah anak. Cara tersebut sudah digunakan oleh artis Raisa.

 

Baca juga: Mengenali Gejala Stres Pada Anak dan Cara Menghadapinya

Cara Menyusui

Tidak Memprioritaskan ASI, Cara Menyusui di Prancis Berbeda dari Negara Lain

Hampir semua dokter di semua negara mengatakan bahwa cara menyusui yang benar adalah dengan memberikan ASI kepada bayi. Karena pentingnya ASI, bahkan ada alat pompa ASI hingga sistem donor ASI. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi ibu Prancis karena mayoritas dari mereka lebih memilih memberikan susu formula daripada ASI kepada bayi mereka.

Di Amerika sendiri, kepercayaan akan ASI sama dengan orang Indonesia yang mewajibkan orang tua untuk memberi ASI kepada bayi. Sebagian orang Amerika percaya bahwa memberikan susu formula kepada bayi merupakan salah satu bentuk kekerasan kepada anak. Bahkan, Meksiko melarang pemberian ASI kepada bayi. Sementara itu, orang-orang berlomba-lomba untuk memberikan ASI kepada anak tanpa ada campuran susu formula. Kesulitan-kesulitan selama memberikan ASI tidak membuat mereka gentar, justru hal tersebut memberikan pandangan bahwa pemberian ASI akan meningkatkan status mereka sebagai ibu.

Sebagai orang Amerika yang tinggal di Prancis, Pamela mengakui bahwa jika orang Amerika akan memberikan poin tambahan untuk ibu yang menyusui di Prancis. Memberikan ASI di Prancis menjadi lebih berat karena kurangnya dukungan dari orang sekitar. Dalam bukunya yang berjudul Bringing Up Bébé, Pamela menceritakan kebiasaan unik orang Prancis yang berbeda dari negara lainnya.

Alasan Orang Prancis Memberikan Susu Formula sebagai Cara Menyusui

Walaupun lebih suka memberikan susu formula, tidak semua ibu di Prancis otomatis memberikannya sejak awal bayi lahir. Ada 63 persen ibu Prancis yang menyusui anaknya dengan menggunakan ASI. Sisanya hanya memberikan ASI saat masih berada di rumah sakit setelah bersalin dan berhenti memberikan ASI setelah mereka keluar dari rumah sakit. Namun, lebih banyak yang tidak memberi ASI sama sekali.

Di Prancis, menyusui ASI kepada bayi mencitrakan kaum petani dari desa. Mereka juga menganggap bahwa ASI lebih dibutuhkan di negara yang berada dalam garis kemiskinan seperti Afrika dan sub-Sahara. Ada juga yang beranggapan bahwa menyusui bukanlah tugas seorang ibu. Menyusui hanya memberikan tugas tambahan kepada ibu, yang pastinya tidak mudah. Pamela bercerita dalam bukunya bahwa temannya merasa menyusui membuatnya seperti sebuah alat yang tidak manusiawi.

Terdapat Pejuang ASI di Prancis yang Jumlahnya Kecil

Karena di Prancis budaya menyusui tidak begitu diminati, muncul pejuang ASI walau jumlahnya tidak banyak. Dalam buku Bringing Up Bébé, Pamela menceritakan kisah seorang pejuang ASI bernama Dr. Bitoun. Beliau mengatakan bahwa walaupun sudah diberi penjelasan mengenai pentingnya ASI dengan pendekatan sains, ibu Prancis masih lebih memilih memberikan susu formula karena budayanya yang lebih kuat. Ibu Prancis juga tidak merasa bersalah memberikan susu formula kepada bayi mereka.

Yang mengejutkan, banyak ibu Prancis yang menyusui bukan karena aturan atau kewajiban dan iming-iming dampak IQ tinggi pada anak. Mereka memberikan ASI karena itu pilihan mereka sendiri atas dasar kepuasan diri. Ibu Prancis yang menyusui tidak ingin menyusui di bawah tekanan moral masyarakat.

 

Walaupun lebih banyak diberi susu formula, bayi Prancis tetaplah sehat. Jika dibandingkan dengan bayi Amerika, bayi Prancis lebih sehat dilihat dari berbagai sisi. Contohnya, Prancis memiliki angka kematian bayi yang lebih rendah daripada Amerika Serikat. Cara pengasuhan anak orang Prancis memang banyak yang berbeda dari negara lainnya. Namun, Pamela Druckerman melalui buku Bringing Up Bébé yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia membuktikan bahwa pengasuhan ala Prancis banyak yang lebih efektif daripada pengasuhan negara lainnya. Tidak hanya memberikan susu formula, tetapi bayi tetap tumbuh sehat, orang tua Prancis juga dapat membuat anak mereka berkelakuan baik dengan mudah. Oleh karenanya, Pamela Druckerman merasa beruntung dapat mengasuh anaknya di Prancis.

Apa Kamu Sedang Menanti Kelahiran Sang Buah Hati?

Saya mencemaskan rencana kehamilan saya. Ada Perasaan tidak yakin apakah saya cukup baik dalam menghadapinya berdua dengan suami. Sebenarnya saya luar biasa bergembira. Namun, gelombang kegembiraan saya datang bersama kecemasan.

Saya termakan ide bahwa saya harus menjaga kehamilan dan melakukan semuanya dengan benar. Beberapa jam setelah memberitahukan berita gembira kepada suami, saya segera berselancar di internet untuk membaca-baca situs web kehamilan Amerika dan bergegas membeli beberapa petunjuk kehamilan di toko buku berbahasa Inggris dekat Louvre. Saya ingin tahu, dalam bahasa Inggris sederhana, apa tepatnya yang harus saya khawatirkan?

Punya begitu banyak kecemasan dan hal untuk dipelajari membuat kehamilan terasa seperti pekerjaan purnawaktu yang menyita waktu saya, bahkan hanya untuk mengerjakan apa yang saya cintai. Melelahkan.

Apakah kamu juga merasakan itu?

Sejak pindah ke Prancis, saya berusaha untuk mencari teman sebanyak-banyaknya guna mengumpulkan berbagai macam referensi pola asuh di luar yang saya tahu, demi menyambut kelahiran anak yang sudah kami berdua rencanakan. Namun ternyata, Prancis membuat saya tercengang.

Perempuan-perempuan Prancis saya temui bukannya tidak acuh tentang menjadi ibu, atau tentang kesejahteraan bayi mereka. Mereka terpesona, peduli, dan sadar akan perubahan kehidupan yang begitu besar yang akan mereka alami. Namun, mereka mengungkapkannya dengan cara berbeda.

Sebagai warga Negara Amerika, saya terbiasa untuk mendemonstrasikan komitmen kehamilan dengan merasa cemas dan menunjukkan seberapa besar saya bersedia untuk berkorban, bahkan ketika hamil.

Sementara itu, perempuan Prancis menandai komitmen mereka dengan menampakkan ketenangan dan memamerkan fakta bahwa mereka tidak menolak kesenangan. Poinnya bukan bahwa semua pantangan kehamilan menjadi diperbolehkan, melainkan dalam masa kehamilan, kita sebaiknya tenang dan bijaksana.

Dalam masa kehamilannya, perempuan Prancis tetap terlihat bahagia, cantik, dan tidak kehilangan pesonanya. Oleh karena itu, semua pengalaman kehamilan dan pola asuh saya selama hidup di Prancis akan saya bagikan kepada kalian semua melalui buku terbaru saya yang bertajuk: Bringing Up Bebe.

Semoga kalian menyukainya.

Salam kasih,

 

Pamela Druckerman, penulis buku Bringing Up Bebe

© Copyright - Bentang Pustaka