Sekelumit Kutipan Buku Cak Nun yang Membuat Hati Luluh Lantak

Setiap sakit ada obatnya, setiap penyakit ada penawarnya. Allah kasih sakit, Allah kasih sembuh. Tinggal soal waktu misterinya. Kalimat ini bisa menjadi renungan bagi kita semua kapan kita bisa sembuh dari kondisi sekarang ini, sembuh dari yang namanya pagebluk Covid-19. Mungkin pemerintah maupun WHO hanya mengira-ngira kapan virus ini akan selesai. Tepatnya kapan? Sungguh hanya Allah dan waktu itu sendiri yang bisa menjawab misteri tersebut.

 

Hampir seluruh penduduk bumi saat ini takut pada benda kecil ini. Namun, apakah orang-orang itu sadar bahwa makhluk kecil ini hanya menjalankan tugasnya dari si pemilik? Siapa pemiliknya? Pernahkah kalian mengira virus kecil ini juga merupakan salah satu dari makhluk-Nya? Jika memang benar virus mungil ini berasal dari Sang Pemilik Jagat Raya, berarti virus ini pun selayaknya makhluk, dia akan tunduk dan patuh terhadap perintah Sang Pemilik.

Namun, apakah selama ini kita sebagai makhluk-Nya sudah tunduk, takut, taat, dan patuh terhadap-Nya?“Mungkin justru karena semua tidak takut kepada Allah maka Allah kasih fakta amat kecil, Coronavirus, yang tak seorang pun tak takut kepadanya. Mungkin Allah menunjukkan betapa tidak rasionalnya kehidupan umat manusia.”

 Bahkan, tidak ada pemimpin agama yang mengajak umat manusia untuk mencari apa kesalahan kita semua ini sebagai manusia sehingga kedahsyatan ilmu dan peradaban kita diejek, dihina habis-habisan oleh hanya seekor virus Corona. Inilah sifat manusia: ketamakan, kesombongan, dan jauh dari rasa tawaduk terhadap Sang Pencipta.

Manusia tidak pernah mau belajar, merasa sudah mempunyai ilmu yang tinggi. Namun, tingginya ilmu tidak sebanding dengan pemikiran dan kesadaran mengenai peran dan kekuasaan Allah, Tuhan Semesta Alam ini. Semestinya manusia berpikir jauh bahwa seekor makhluk yang bahkan lebih kecil dari nyamuk ini telah memberikan pelajaran bagi kita semua betapa berkuasanya Ia.

Muatan dan aspirasi ilmu kita semua berbeda antara pra-Corona, sedang Corona, serta nanti pasca-Corona—andaikan Allah bermurah hati dan berkenan kita “menangi” waktu pasca-Corona itu. Saat ini kita sedang dan masih berada pada zaman Corona. Bagaimanakah zaman nanti setelah Corona ini berakhir? Apakah Allah masih memberikan kita waktu untuk menemui waktu pasca-Corona? Apakah manusia tetap akan bertahan dengan ilmunya yang begitu sombong tanpa ingat sedikit pun dengan Sang Maha Kasih? Ataukah manusia akan semakin mendekat kepada-Nya, semakin takwa, setakwa takwanya takwa?

1 reply

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] Akan tetapi, kira-kira bagaimana pendapat Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun mengenai fenomena ngeyel–nya masyarakat dalam menaati aturan negeri ini? Beginilah kira-kira pendapat Cak Nun, yang sebagian tulisannya telah beliau sampaikan dalam buku terbarunya berjudul Lockdown 309 Tahun. […]

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta