Sejarah Awal Gerakan Feminisme di Indonesia
Gerakan Feminisme di Indonesia berawal dari gerakan perempuan-perempuan Indonesia yang melawan kolonialisme Belanda, munculnya kesadaran nasional, dan pembentukan negara. Sosok pahlawan perempuan seperti R.A. Kartini (1879-1905), Dewi Sartika (1884-1947) dan Rahmah El-Joenesijjah (1900—1969), yang menangkap semangat nasionalisme, dan meletakkan perjumpaan antara feminisme dan Islam sebagai sumber kemajuan dalam konteks kolonialisme lokal.
Emansipasi Batu Loncatan Menuju Kesetaraan Gender
Sementara ide-ide tentang kemajuan dalam Islam dan feminisme di Indonesia tumbuh secara lokal dan menunjukkan perkembangannya pada nasionalisme, mereka secara kompleks berkaitan dengan jaringan umat Islam dan feminisme global.
Sosok R.A Kartini, Dewi Sartika, dan Rahmah El-Joenesijjah merupakan salah satu tokoh perempuan yang mengadvokasi kebutuhan akan perubahan status sosial perempuan melalui pendidikan. Mereka menciptakan preseden bagaimana gerakan perempuan di Indonesia melawan kolonialisme – serta spirit nasionalisme dan reformisme Islam.
R. A. Kartini mencatat bahwa androsentrisme laki-laki tumbuh melalui pengasuhan ibu mereka. Laki-laki kemudian mengontrol anggota perempuan di keluarganya sendiri. Setelah menikah, laki-laki terus memegang otoritas dan kontrol. Akibatnya, para perempuan menderita setiap hari.
Dari sini R. A. Kartini berpendapat bahwa perempuan memiliki kebebasan berkehendak tetapi dikuasai oleh adat. Pada saat itu pendidikan perempuan diklaim berisiko merusak tatanan moral masyarakat. Selain itu, kaum tua khawatir bahwa pendidikan perempuan dapat mengganggu peran perempuan itu sendiri ketika menjadi istri.
Sedangkan Dewi Sartika berpendapat orang tua hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, Dewi Sartika berusaha meyakinkan orang tua untuk menyekolahkan anaknya agar terdidik. Perempuan yang terdidik akan menjadi ibu dan menjadi kunci penyebaran pengetahuan bagi anak-anaknya kelak.
Ia juga menyuarakan kesetaraan laki-laki dan perempuan dari berbagai aspek karena menurutnya kemajuan perempuan sebagai syarat kemajuan negara.
Baca Juga ulasan singkat Buku Feminisme Islam, disini!
Sementara Rahmah El-Joenesijjah mewakili sosok reformis baru dari golongan perempuan Muslim. Ia tumbuh dari golongan reformisme Islam di Minangkabau, Sumatra Barat. Ia mewujudkan mimpinya dengan mendirikan sekolah Dinijjiah Sekolah Poetri yang didukung oleh saudara laki-lakinya.
Dinijjiah Sekolah Poetri bertujuan mendidik anak-anak bangsa dengan pendidikan lengkap; fisik dan moral. Sekolah tersebut memberi pendidikan Agama Islam karena masih banyak perempuan yang belum mengetahui ajaran Islam.
Konteks Perjuangan Emansipasi
Dari sini kita tahu bahwa para tokoh perempuan Indonesia telah meletakkan dasar bagi perubahan kondisi sosial dan politik di lingkungan mereka, yaitu melalui gerakan-gerakan feminisme yang berjalan beriringan dengan gerakan nasionalis di Indonesia.
Nah, kalian dapat membaca lebih lanjut penelitian tentang feminisme Islam di Indonesia karya Etin Anwar yang dikemas dengan sangat apik dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Dapatkan bukunya disini!
Trackbacks & Pingbacks
[…] Baca juga Sejarah Awal Gerakan Feminisme di Indonesia, disini! […]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!