Menjangkau Lapisan Terdalam Kehidupan Rudy Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie, atau akrab disapa Rudy oleh orang-orang terdekatnya, adalah seorang yang lebih senang membaca buku ketimbang bermain bersama teman-temannya waktu kecil. Buku apa saja Rudy baca, demi menjawab segala rasa ingin tahunya. Dari kegemarannya membaca buku pula, Rudy yang lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, dan tidak mempunyai darah campuran luar negeri sama sekali, sejak kecil mahir berbahasa asing, seperti Belanda, Inggris, hingga Perancis.
Tinggal di area yang tidak berjauhan dengan hutan, membuat Rudy kecil akrab dengan suara pesawat tempur yang kerap menguar pada masa Perang Dunia II saat itu. Oleh karenanya, di benak Rudy pesawat identik dengan sesuatu yang jahat dan membuat Rudy takut. Namun, siapa sangka bahwa beberapa puluh tahun kemudian Rudy dikenal dunia sebagai ahli pembuat pesawat terbang terkemuka?
Kesenangan Rudy belajar sejak kecil, rasa ingin tahu yang besar, dan dorongan orang tua membuat Rudy tumbuh menjadi seorang yang tangguh, cerdas, dan memiliki banyak prestasi. Ketika Rudy berusia 13 tahun dan pasca 40 hari kepergian ayahnya, Rudy diperintahkan sang ibu sekolah di Jakarta. “Saya baru kehilangan ayah, lalu disuruh naik kapal 3 hari perjalanan ke Jakarta. Dikasih foto paman, dikasih koper, dan disuruh sekolah internasional di sana,” kenangnya saat ditemui di peluncuran buku terbarunya, di Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Senin (12/10).
Kisah kelucuan, kenakalan, kegigihan, dan perjuangan Rudy sejak kecil hingga tumbuh dikenal dengan nama besar B. J. Habibie ditulis oleh Gina S. Noer dalam buku terbitan Bentang Pustaka, Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner. Di sini, pembaca akan disuguhi perjalanan hidup salah seoarang yang paling berpengaruh bagi Indonesia, bahkan dunia, hingga ke lapisan kehidupan yang tak terjangkau orang awam.
Bacharuddin Jusuf Habibie, atau akrab disapa Rudy oleh orang-orang terdekatnya, adalah seorang yang lebih senang membaca buku ketimbang bermain bersama teman-temannya waktu kecil. Buku apa saja Rudy baca, demi menjawab segala rasa ingin tahunya. Dari kegemarannya membaca buku pula, Rudy yang lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, dan tidak mempunyai darah campuran luar negeri sama sekali, sejak kecil mahir berbahasa asing, seperti Belanda, Inggris, hingga Perancis.
Tinggal di area yang tidak berjauhan dengan hutan, membuat Rudy kecil akrab dengan suara pesawat tempur yang kerap menguar pada masa Perang Dunia II saat itu. Oleh karenanya, di benak Rudy pesawat identik dengan sesuatu yang jahat dan membuat Rudy takut. Namun, siapa sangka bahwa beberapa puluh tahun kemudian Rudy dikenal dunia sebagai ahli pembuat pesawat terbang terkemuka?
Kesenangan Rudy belajar sejak kecil, rasa ingin tahu yang besar, dan dorongan orang tua membuat Rudy tumbuh menjadi seorang yang tangguh, cerdas, dan memiliki banyak prestasi. Ketika Rudy berusia 13 tahun dan pasca 40 hari kepergian ayahnya, Rudy diperintahkan sang ibu sekolah di Jakarta. “Saya baru kehilangan ayah, lalu disuruh naik kapal 3 hari perjalanan ke Jakarta. Dikasih foto paman, dikasih koper, dan disuruh sekolah internasional di sana,” kenangnya saat ditemui di peluncuran buku terbarunya, di Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Senin (12/10).
Kisah kelucuan, kenakalan, kegigihan, dan perjuangan Rudy sejak kecil hingga tumbuh dikenal dengan nama besar B. J. Habibie ditulis oleh Gina S. Noer dalam buku terbitan Bentang Pustaka, Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner. Di sini, pembaca akan disuguhi perjalanan hidup salah seoarang yang paling berpengaruh bagi Indonesia, bahkan dunia, hingga ke lapisan kehidupan yang tak terjangkau orang awam.
@fitriafarisabentang
Trackbacks & Pingbacks
[…] yang dimotori mahasiswa. Banyak orang percaya bahwa pemuda adalah motor penggerak sebuah bangsa. Rudy (Habibie Muda) punya anggapan yang sama dengan kebanyakan orang. Menurut Habibie, kemerdekaan adalah hak tersulit […]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!