Mengenalkan Sifat Dermawan pada Fase Trust vs Mistrust Si Kecil

Pernahkah melihat si kecil tidak mau berbagi dengan teman-temannya, berebut mainan hingga tidak mau mengalah yang mengakibatkan temannya menangis, atau bahkan cenderung pelit, Moms? Sebagai orang tua, tentu kita cemas memikirkan bagaimana jika anak tumbuh menjadi pribadi yang egois dan pelit? Eits, tenang Moms. Karena menurut beberapa psikolog di Indonesia, sifat pelit yang dimiliki balita sebenarnya wajar. Sebab, pada masa-masa balita si kecil cenderung akan lebih memikirkan dirinya sendiri daripada harus berbagi dengan orang lain. <p style="text-align: justify;">Pernahkah melihat si kecil tidak mau berbagi dengan teman-temannya, berebut mainan hingga tidak mau mengalah yang mengakibatkan temannya menangis, atau bahkan cenderung pelit, <em>Moms</em>? Sebagai orang tua, tentu kita cemas memikirkan bagaimana jika anak tumbuh menjadi pribadi yang egois dan pelit? <em>Eits</em>, tenang <em>Moms</em>. Karena menurut beberapa psikolog di Indonesia, sifat pelit yang dimiliki balita sebenarnya wajar. Sebab, pada masa-masa balita si kecil cenderung akan lebih memikirkan dirinya sendiri daripada harus berbagi dengan orang lain.</p>

<p style="text-align: justify;">Akan tetapi, akan lebih baik jika sejak dini kita latih anak di rumah untuk membiasakan perilaku dermawan dan senang berbagi kan, <em>Moms</em>? Namun, seperti kita ketahui bersama bahwa jika mengajarkan si kecil untuk menjadi dermawan tidak sama dengan ketika kita mengajarkannya kepada orang dewasa. Lantas, bagaimana ya, caranya agar si kecil tumbuh menjadi pribadi yang dermawan? Yuk <em>Moms</em>, kita simak! Bentang Kids akan megulasnya untuk Anda.</p>

<p style="text-align: justify;">Terkadang sebagai orang tua, kita tidak menyadari bahwa kita menurunkan sifat-sifat yang kurang baik kepada si kecil melalui pola asuh. Seperti suka menunda pekerjaan, memberikan alasan ketika terpojok, atau bahkan secara tidak langsung sifat pelit yang dimiliki anak adalah imitasi yang mereka lakukan dari perilaku sehari-hari kita. Dalam mendidik si kecil, Ibu perlu memahami setiap aspek psikologi perkembangan anak, yakni perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan sosio-emosional atau yang lebih dikenal dengan psikososial. Ibu harus memberi perhatian khusus kepada aspek perkembangan psikososial. Sebab, perkembangan psikososial anak sangat penting dalam psikologi perkembangan anak untuk membentuk rasa percaya diri, perkembangan kemandirian dalam dirinya, dan juga bagaimana ia akan berinteraksi dan memahami orang lain.</p>

<p style="text-align: justify;">Salah satu tahap psikososial menurut tokoh psikologi perkembangan, Erickson, adalah tahap <em>trust vs mistrust</em><em>. </em>Tahap pertama perkembangan psikososial anak ini terjadi sejak bayi baru lahir hingga usia 2 tahun. Menurut Erikson, tahap ini merupakan konflik dasar masa bayi, karena mereka dapat memercayai lingkungannya. Si kecil akan mengembangkan kepercayaan dalam dirinya, dan hal tersebut akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi si kecil jika lingkungannya mendukung dengan memberikan stimulus-stimulus positif karena tahap ini akan menjadi penentu selanjutnya bagaimana anak akan mempersepsikan dan memercayai lingkungannya.</p>

<p style="text-align: justify;">Ketika anak percaya dengan lingkungan, otomatis anak akan meniru perilaku-perilaku dan sifat-sifat yang bisa ia lihat ke dalam dirinya dan bisa bertahan hingga tahun-tahun berikutnya. Hal itu akan menjadi <em>boomerang</em> jika kita tidak mengarahkannya dengan bijak karena sesungguhnya anak adalah <em>imitator</em> yang hebat. Nah, untuk itu dimulai dari 2 tahun pertama kehidupannya, sebagai orang tua, kita dapat mengajarkan anak bagaimana agar memiliki sifat dermawan dan perilaku suka berbagi. Namun, jangan lupa ya, <em>Moms</em>, sebelum kita ajarkan kepada anak, akan lebih baik jika kita menerapkannya pada diri kita sendiri terlebih dahulu.</p>

<p style="text-align: justify;">Nah, bagaimana ya, cara mengenalkan sifat dermawan pada anak 2 tahun? Berikut Bentang Kids merangkumnya untuk Anda.</p>

<ol>
<li style="text-align: justify;">Ayah, Ibu, dan Kakak (jika si kecil bukanlah anak sulung) harus bekerja sama dan menjadi tim yang solid untuk memperkenalkan indahnya berbagi bersama dengan cara yang menyenangkan melalui lagu, film, atau panggung boneka yang menarik.</li>
<li style="text-align: justify;">Menggunakan mekanisme perubahan perilaku yang efektif <em>(shaping)</em>, dengan memanfaatkan konsekuensi positif dan negatif secara wajar dan rasional. Misalnya, memberikan pujian dan pengertian tentang keuntungan berbagi dan menunjukkan kerugian yang diperoleh bila tidak mau berbagi.</li>
<li style="text-align: justify;">Menggunakan metode mendongeng cerita anak-anak, seperti cerita binatang, cerita rakyat, atau <a href="https://mizanstore.com/cerita_anak_jagoan_aku_60886"><span style="color:#0000CD;">Seri Cerita Anak Jagoan</span></a><a href="https://mizanstore.com/pencarian/hasil_pencarian?kata_pencarian=cerita+anak+jagoan"><span style="color:#0000CD;"> </span></a>dari <a href="https://www.instagram.com/bentangkids/">Bentang Kids</a> yang berjudul <a href="https://mizanstore.com/cerita_anak_jagoan_lala_62592"><span style="color:#0000CD;"><em>Lala Suk</em><em>a Berbagi</em>.</span></a></li>
</ol>

<p style="text-align: justify;">Nah, bagaimana <em>Moms</em>? Selamat mencobanya, ya! </p>

<p style="text-align: justify;"> </p>

<p style="text-align: justify;">Diolah dari berbagai sumber.</p>

<p style="text-align: justify;">Sumber gambar : www.weheartit.com</p>Larasati M

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta