Kiat-Kiat Mendidik Balita ala Montessori
Montessori menekankan pada kegiatan yang dirancang untuk merangsang kemandirian anak, mengembangkan rasa disiplin, dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, mereka mungkin akan menghadapi berbagai kesalahan dan tantangan. Dalam konteks ini, pendekatan Montessori sangat mendukung proses tersebut dengan cara yang penuh empati dan penerimaan.
Saat anak-anak belajar dan bereksperimen dengan berbagai aktivitas, mereka mungkin membuat kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran mereka. Montessori percaya bahwa kesalahan adalah bagian penting dari perkembangan dan penting bagi anak untuk merasa diterima dan didukung. Dengan lingkungan yang penuh pengertian dan dorongan, anak-anak dapat belajar untuk mengatasi kesalahan mereka tanpa rasa malu atau frustrasi, dan memahami bahwa mereka diterima sepenuhnya.
Pendekatan ini tidak hanya membantu anak mengembangkan keterampilan praktis tetapi juga membangun rasa percaya diri yang kuat. Anak-anak belajar bahwa mereka dihargai dan diterima apa adanya, yang memperkuat dorongan mereka untuk terus berkembang dengan keyakinan dan rasa aman dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian, Montessori tidak hanya berfokus pada pengembangan kemandirian dan disiplin, tetapi juga pada penciptaan lingkungan yang mendukung penerimaan diri dan pertumbuhan emosional yang sehat.
Buat Anak Merasa Penting dan Diterima
Anak mungkin akan membuat kesalahan dan memancing emosi Parents. Namun, jika Parents melihat melalui perspektif mereka, mereka hanya ingin merasa menjadi bagian dari sesuatu dan ingin diterima sebagai diri mereka sendiri. Saat anak merebut mainan dari temannya, Parents perlu memahami bahwa anak tidak sedang bertingkah nakal, tetapi ingin sekadar bermain “saat ini juga”. Saat anak membuat rumah berantakan, Parents perlu melihat dari perspektif mereka bahwa mereka melihat sesuatu di lingkungannya dan perlu dieksplorasi. Tugas Parents adalah mengobservasi dan melihat apakah mereka berhenti sendiri atau mungkin Parents dapat menunjukkan hal yang baik kepada anak agar mengetahui kesalahannya dan memperbaikinya tanpa dihakimi.
Menjadi Penerjemah Mereka
Dengan melihat dari perspektif anak, Parents menjadi penerjemah mereka ketika dibutuhkan seolah mencari apa maksud mereka di kamus. Misalnya saat anak melempar makanan di lantai, Parents dapat mengatakan, “Apa kamu mencoba bilang bahwa kamu sudah selesai makan?” Dengan pendekatan ini, Parents tidak hanya memahami dan memenuhi kebutuhan anak, tetapi juga membantu mereka mengomunikasikan perasaan mereka dengan lebih jelas dan efektif. Ini memberikan anak rasa diperhatikan dan membantu mereka belajar cara yang lebih baik untuk mengekspresikan diri.
Perbolehkan Semua Perasaan, Tidak Memperbolehkan Semua Perilaku
Memperbolehkan anak untuk mengekspresikan perasaan mereka penting untuk mendukung perkembangan emosional mereka, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua tindakan yang mereka lakukan dapat dibenarkan. Ketika anak merasa marah, frustrasi, atau sedih, penting bagi mereka memiliki ruang untuk mengungkapkan perasaan tanpa merasa tertekan atau dihakimi. Namun, Parents harus memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku yang dapat diterima. Misalnya, meskipun marah adalah perasaan yang valid, tindakan agresif seperti memukul atau merusak barang-barang tidak dapat diterima dan harus diatur dengan aturan yang konsisten. Dengan pendekatan ini, anak dapat belajar bahwa sementara perasaan mereka dihargai dan diterima, ada cara yang tepat dan tidak tepat untuk mengekspresikan emosi mereka. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan emosional yang sehat dan belajar cara berperilaku dengan cara yang menghormati diri sendiri dan orang lain.
Beri Anak Tanggapan
Daripada hanya memberikan pujian umum seperti “kerja bagus”, Parents dapat memberi tanggapan yang lebih bermakna dengan berfokus pada proses dan memberikan penjelasan yang spesifik. Misalnya, alih-alih hanya memuji hasil akhir, Parents bisa mengatakan, “Kamu telah berhasil mengemas tasmu sendiri untuk sekolah. Itu menunjukkan bahwa kamu sudah mandiri dan bisa mengatur barang-barangmu dengan baik.” Dengan memberikan penjelasan seperti ini, Parents tidak hanya mengakui pencapaian anak, tetapi juga membantu mereka memahami nilai dari usaha dan proses yang dilakukan. Menambahkan ungkapan dukungan seperti “Aku ikut senang untukmu” juga membantu anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.
Hindari Peran dan Label
Bagian lain dari menerima anak apa adanya berarti melihat mereka tanpa penghakiman. Parents mungkin sering menemui label “anak sulung” atau anak yang lebih besar harus bisa menjaga adiknya. Label ini mungkin akan dapat membatasi anak dalam berkembang dan akan terus melekat seumur hidup. Sebagai gantinya, Parents dapat membantu anak untuk saling menjaga tanpa memandang usia mereka, memastikan bahwa anak yang lebih kecil juga memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan usianya daripada hanya terus membebankan tanggung jawab kepada kakak. Membiarkan anak memiliki rasa memiliki dan penerimaan menyediakan fondasi kedekatan dan kepercayaan yang kokoh dengan anak.
Buku Referensi: The Montessori Toddler

Montessori Toddler oleh Simone Davies
Melalui buku The Montessori Toddler karya Simone Davies, Parents akan mendapatkan tip-tip berharga tentang cara menerima anak apa adanya dan membangun rasa percaya diri mereka. Buku ini menyediakan panduan praktis yang dikemas dengan menarik, lengkap dengan penerapan prinsip-prinsip Montessori yang memudahkan orang tua dalam mengasuh dan memahami perkembangan anak.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!