Jihad Salah Mengikis Islamofobia

Tembok pemisah antara kaum mayoritas dan minoritas kian menebal pasca-Brexit, 23 Juni 2016. Kebijakan pemerintah Inggris, sejak pecah kongsi dengan Uni Eropa, cenderung membatasi keberadaan para pendatang atau imigran yang ingin mengubah nasib. Situasi sosial-politik seperti itu pastinya dirasakan oleh Mohamed Salah saat mendaratkan kembali kakinya di Inggris pada 2017. <p>Tembok pemisah antara kaum mayoritas dan minoritas kian menebal pasca-Brexit, 23 Juni 2016. Kebijakan pemerintah Inggris, sejak pecah kongsi dengan Uni Eropa, cenderung membatasi keberadaan para pendatang atau imigran yang ingin mengubah nasib. Sedihnya, proteksi terhadap imigran tersebut kian menyengat usai rentetan serangan teroris di sejumlah kota di Inggris.</p>

<p>Stigma anti-Muslim dan Islamofobia pun dimunculkan dan dipolitisasi untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Tak heran, suara gaduh terkait pembatasan imigran dari negara Muslim atau yang beragama Islam pun berseliweran. Situasi sosial-politik seperti itu pastinya dirasakan oleh <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Mohamed Salah</a> saat mendaratkan kembali kakinya di Inggris pada 2017.</p>

<p>Sebelumnya, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> sempat teken kontrak di klub Chelsea 2014—2016. Namun, pada 2015—2016, dia dipinjamkan ke klub Fiorentina (Italia) dan AS Roma (Italia). Kemudian, pelabuhan karier Salah berlanjut ke klub Liverpool.</p>

<p>Pesepak bola asal Mesir ini memang sudah menunjukkan tajinya selama merumput di AS Roma. Dia melesakkan 15 gol dari 31 penampilan bersama klub berjuluk “Serigala Roma” itu. Terkait kedatangannya di Anfield Stadion, kandang Liverpool, dia menyadari bahwa suporter Liverpool sangat menaruh harapan besar di pundaknya agar The Reds, julukan Liverpool, kembali berjaya.</p>

<p>Mengalami tekanan atas semua itu? Pasti, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> merasakannya. Menilik sejarah hidupnya, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> memang tak luput dari tekanan dan tantangan. Walaupun begitu, sikap toleran dan kualitas keimanannya yang kuat membuat <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> memiliki ketenangan batin.</p>

<p>“Justru tekanan tersebut membuat saya ingin selalu bekerja keras. Dibanding sebelumnya, tekanan di klub ini sangat kuat. Semua orang menginginkan saya tampil sempurna. Jika saya tidak mencetak skor, saya dikatakan bermain jelek,” ungkap Salah dalam wawancara eksklusifnya dengan wartawan CNN.</p>

<p>Kerja keras, tunjukkan kemampuan sebaik mungkin, dan profesional. Nilai-nilai hidup itu setidaknya yang dapat disimpulkan dari sikap dan pernyataan yang selama ini ditampilkan <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a>. Dia menjadi pesepak bola dunia berkat semangat pantang menyerah. Semasa tinggal di Mesir, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> terbiasa hidup dalam kemiskinan, bahkan dia tidak pernah mengenyam pendidikan akademi sepak bola secara formal. Ketajamannya mengakrabi si kulit bundar didapat dari pengalamannya selama bertanding di jalanan. Dia berhasil mengubah wajah kemiskinan yang dahulu menempel pada diri dan keluarganya. Namun, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> jelas bukan seorang pemimpin karismatik yang mampu mengubah kebijakan pemerintah Inggris yang cenderung menyuburkan sentimen Islamofobia. Dirinya sama dengan imigran yang lain. Bedanya, Salah memiliki integritas, kedewasaan spiritual, dan, tentu saja, motivasi tinggi sehingga dia tak patah arang untuk terus meningkatkan level keahliannya. Bahkan, di tengah olok-olok pun, bibirnya tetap tersenyum dan matanya tetap menjurus ke depan. Justru, cibiran jadi lecutan baginya.</p>

<p><a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> nyaris menampilkan keteladanan tanpa gembar-gembor sorotan media. Dia berjihad lewat bekerja profesional, menyisihkan rezeki untuk berbagi, mengedepankan sikap hidup toleransi, dan selalu bersujud syukur. Identitas agama Islam sebagai agama <em>rahmatan lil alamin</em>, agama yang memberikan kemaslahatan bagi dunia tersebut secara nyata dia wujudkan. Oleh karena itu, berawal dari lingkup sepak bola, khususnya di Liverpool, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> berhasil menghapus stigma Islamofobia.</p>

<p>Para suporter Liverpool jelas-jelas terinspirasi sikap hidup <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Salah</a> dan bersama-sama kemudian meniupkan semangat persaudaraan di tengah gelombang anti-Muslim dan bayang-bayang hantu Islamofobia. Menariknya, potensi sangsi sosial berupa pengucilan tak dihiraukan para suporter Liverpool. Mereka bahkan membuat lagu pujian untuk Salah dan membentangkan dukungan baginya lewat spanduk yang dibentangkan di Stadion Anfield yang bertuliskan, “Salah, You’ll Never Walk Alone”.</p>

<p>Kisah tentang <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ">Mohamed Salah</a> dibahas dengan mendalam dan eksklusif dalam buku yang akan diterbitkan Bentang Pustaka<em>. </em>Sosoknya sebagai pesepak bola Muslim yang menghapus Islamofobia dirangkum dalam 152 halaman. Tidak hanya di lapangan, buku ini akan mengulas kisah hidup Salah yang fenomenal di luar lapangan hijau.</p>

<p>Dapatkan buku pertama yang membahas pesepak bola legendaris, <a href="https://play.google.com/store/books/details?id=AqxfDwAAQBAJ"><em>Mohamed Salah: Pesepak</em><em> Bola Muslim yang Mengubah Islamofobia</em></a>, dengan mengikuti info terbaru seputar buku ini di media sosial Bentang Pustaka.</p>Sigit Suryanto

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta