George Orwell 1984: Sebuah Ramalan 75 Tahun yang Terwujud di Era Modern

Perkembangan teknologi di era modern saat ini telah membawa transformasi besar dalam berbagai hal. Termasuk dalam penyebaran informasi yang begitu cepat dan praktis hingga sistem pengawasan yang lebih efektif dan efisien untuk memastikan banyak hal berjalan lancar.

Tapi percaya tidak percaya, semua yang terjadi di era modern saat ini ternyata sudah tertulis dalam sebuah novel bergenre distopia, yang terbit 75 tahun silam. Novel yang berjudul 1984 ini merupakan sebuah karya masterpiece dari George Orwell yang ia tulis pada tahun 1949.

Bukan sembarang novel. Menurut Rasihan dari Kompas.com, “Melalui novel ini, Orwell mampu menghadirkan prediksi atau ramalan akan masa depan, yang terjadi pada tahun 1984”. Orwell dapat menggambarkan kondisi dunia di masa depan yang dikuasai oleh pemimpin yang diktator. 

Meskipun Orwell tidak secara gamblang menyebut novel karyanya sebagai sebuah ramalan, banyak orang yang menganggapnya sebagai sebuah ramalan yang begitu nyata. Apalagi 1984 memberikan gambaran yang jelas betapa menakutkannya masa depan bagi para pembacanya, terutama saat mendekati tahun 1984. Ketegangan yang muncul pada saat itu menjadi bukti bahwa banyak orang yang menganggapnya sebagai sebuah ramalan.

 

Cerita Singkat Novel 1984

Novel 1984 bercerita tentang masa yang penuh penderitaan pada tahun 1984. Dikisahkan bahwa dunia yang kita huni saat ini dibagi menjadi tiga poros kekuasaaan, yaitu: Oceania, Eurasia, dan Eastasia, dengan sistem kepemimpinan satu partai di setiap negaranya. Pemimpin di setiap negara ini berhaluan sosialis dan menerapkan sistem totalitarian. 

Novel ini berfokus pada cerita poros kekuasaan Oceania, khususnya London. Disinilah tempat sang tokoh utama, Winston Smith, menjalani kehidupannya. Ia bekerja di Ministry of Truth, di bagian berita dan propaganda yang bertugas untuk menanamkan visi dan misi partai pada masyarakat.

Oceania dikisahkan memiliki pemimpin bernama Big Brother yang wajahnya selalu terpampang di seluruh penjuru negara. Sistem kediktatorannya membuat semua masyarakat harus tunduk dan patuh. Mulai dari jadwal tidur, hiburan, bahkan buku yang dibaca, hingga ekspresi muka dan pikiran diatur secara tegas di sini.

Dilansir dari Balairungpress, “Demi menjaga kekuasaannya, Big Brother dan Partai menggunakan Telescreen (Teleskrin). Teleskrin adalah sebuah alat yang efektif dan efisien untuk mempertahankan kekuasaan, menebar ketakutan, dan memodifikasi tingkah laku masyarakat.”

Cara kerja Teleskrin hampir sama seperti televisi. Bedanya, teleskrin tidak dapat dimatikan dan juga bisa menjadi alat untuk memantau setiap aktivitas orang yang menontonnya.

Teleskrin juga membuat masyarakat Oceania yang mempunyai pandangan berbeda menjadi takut menyuarakan gagasannya dan lebih memilih menyimpannya agar terhindar dari hukuman.

Dengan demikian, tidak akan ada gerakan kolektif yang menentang pemerintahan, bibit perlawanan sudah dimusnahkan oleh pemerintah sejak di tingkat individu.

Apakah Novel 1984 Masih Relevan dengan Era Sekarang?

Tahun 1984 tentu sudah kita lewati. Saat ini Kita sudah berada di 40 tahun dari 1984 dan 75 tahun dari penerbitan novel 1984 itu sendiri. Lantas, apakah novel ini masih relevan untuk kita baca dan bahas kembali? 

Jawabannya tentu saja iya. Meski sudah melewati rentang waktu yang cukup lama sejak ramalan kejadian pada tahun 1984, cerita dalam novel ini juga masih terjadi pada era modern saat ini. 

Salah satunya adalah pada pembahasan tentang bagaimana pemerintahan yang diktator mengendalikan dan mengawasi masyarakat sipil melalui alat canggih yang bernama teleskrin pada novel ini.

Di era sekarang mungkin tidak ada yang namanya teleskrin. Namun, hadirnya teknologi berupa internet, tentu membuat permasalahan tentang pengawasan menjadi layak kita bahas. Apalagi makin hari makin marak situs yang meminta data pribadi kita. Sebut saja alamat e-mail, alamat rumah, nomor ponsel, hobi, status sosial, dan lainnya. 

Tak hanya itu, situs yang bersangkutan juga bisa melakukan pengawasan hingga melacak aktivitas penggunaannya menggunakan informasi tersebut. Jika tidak terdapat regulasi yang jelas untuk mengatur setiap situs yang meminta data pribadi kita, bukankah ini tidak ada bedanya dengan teleskrin pada 1984 dalam hal pengawasan?

Ditambah lagi internet juga bisa menjadi sarana penyebaran informasi secara masif dengan cepat dan efektif. Tak sedikit berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya tersebar di internet. Jika demikian, bukankah internet juga bisa menjadi alat propaganda yang luar biasa? 

Ya, jika tidak teregulasi dengan baik, internet memang akan menjadi sarana propaganda dan pengawasan yang mengerikan bagi banyak orang. Apalagi melihat situasi saat ini yang hampir semua hal membutuhkan kehadiran internet.

Internet Bisa Jadi Teleskrin Novel 1984 di Era Modern

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, teleskrin adalah kunci penting bagi Big Brother dan Partai untuk melanggengkan kekuasaan. Dengan adanya teleskrin, Big Brother bisa secara efektif dan efisien untuk menebar propaganda dan melakukan pengawasan demi menjaga kekuasaan serta mencegah pemberontakan.

Nah, di era yang modern ini, kita bisa menyaksikan peningkatan propaganda melalui media digital seperti internet dan media sosial. Persebaran informasi yang sangat cepat mampu menyajikan berbagai jenis konten kepada banyak orang, dalam waktu singkat.

Ditambah dengan hadirnya sistem algoritma cerdas yang dapat mengarahkan konten sesuai dengan preferensi individu. Hal ini tentu akan menciptakan gelembung informasi yang mengarah ke manipulasi opini publik.

Selain itu, melalui Internet, pemerintah juga bisa melihat serta memantau setiap aktivitas masyarakatnya. Teknologi modern yang satu ini memungkinkan adanya pengawasan elektronik yang lebih canggih, termasuk pemantauan online, hingga analisa data secara masif.

Apalagi jejak digital di internet cenderung mudah ditemukan. Hal ini otomatis memunculkan sebuah pertanyaan serius tentang privasi dan kebebasan kita sebagai individu, karena semuanya jadi serba terawasi.

Bukan Hanya Pemerintah, Tapi Kapitalis Juga Punya Andil

Saat ini tentu kita seharusnya sudah menyadari bahwa seluruh aktivitas manusia di internet selalu diawasi. Setiap jejak kita dapat dilihat secara blak-blakan oleh pemerintah, demi menjalankan tugasnya sebagai pengawas.

“Sayangnya, yang mengawasi kita saat ini bukan hanya pemerintah saja, namun ada juga dari pihak kapitalis atau korporasi besar di internet”, menurut penjelasan Raja, yang dimuat di Balairungpress.

Raja menambahkan, “Melalui situsnya, Kapitalis bisa mengeruk data kita sekaligus menjalankan program pengawasan. Tercatat ada banyak situs populer yang berhasil mengeruk informasi pribadi kita, untuk kepentingan mereka.”

Sebut saja berbagai sosial media yang kita gunakan, pasti akan meminta kita memasukkan data diri secara lengkap untuk mendaftar. Data diri inilah yang nantinya akan mereka gunakan untuk mengoptimalkan iklan, sebagai preferensi agar iklan tepat sasaran.

Ujung-ujungnya Kapitalis juga menggunakan data kita untuk meningkatkan keuntungan mereka, melalui penjualan produk-produk mereka.

Kesimpulan

Walaupun tergolong Novel Klasik, “1984” terbukti mampu memikat banyak pembaca lintas generasi, karena ketepatan ramalan Orwell. Baik dalam kondisi politik dunia di masa depan, seperti adanya diktator yang membungkam hak masyarakatnya dalam memberikan gagasan dan menekan keadilan.

Meski sekilas terlihat mirip dengan kondisi saat ini, nyatanya dengan membaca Novel “1984” kita bisa mengambil sebuah gagasan menarik. 

Kita tidak hidup dalam rezim totaliter seperti di “1984”. Tidak ada teleskrin disekitar kita. Kita tidak mempunyai Big Brother yang selalu mengawasi kita. 

Tapi yang jadi pertanyaan, apakah keadaan kita saat ini sudah lebih baik dari apa yang Orwell “ramalkan” melalui novelnya? 

Untuk menjawab ini, tentu kamu harus membaca seluk beluk cerita novel ini secara lengkap. karena kamu akan disuguhkan sebuah cerita yang apik dan menarik dengan gaya tulisan yang khas oleh George Orwell. 

Jadi, pastikan kamu mendapatkan novel ini hanya di bentangpustaka.com 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta