Dari Komunitas Vespa Sampai Aksi Dramatical Reading, Ini Keseruan Acara Peluncuran “Serat Tripama: Seruling Jiwa” Bersama Sujiwo Tejo di Ponorogo

Yogyakarta – Minggu (9/4) lalu, Bumi Reog, Ponorogo dibuat geger oleh seniman kondang tanah air, Sujiwo Tejo. Pasalnya, penulis sekaligus dalang senior itu baru saja meluncurkan buku terbarunya, Serat Tripama: Seruling Jiwa,dalam sebuah pergelaran bertajuk, “Dialog Budaya dan Musikalisasi “Serat Tripama: Seruling Jiwa” bertempat di STKIP PGRI Ponorogo.

Menariknya, Sujiwo hadir di lokasi acara dengan menunggangi vespa klasik dan diiringi oleh sekitar 50 orang Komunitas Vespa Ponorogo. Acara dibuka dengan penampilan dramatical reading dari Teater SKTIP PGRI Ponorogo yang mendramatisasikan kisah lakon Kumbakarna, Sukesi dan Togog seperti dalam adegan di buku Serat Tripama: Seruling Jiwa. Sekitar 400 audiensdibuat makin gempita ketika yang ditunggu-tunggu, Sujiwo Tejo, tampil di atas panggung. Dengan gaya khasnya yang nyeni, pria yang akrab disapa Mbah Tejo ini secara nyentrik mengisahkan tentang Kumbakarna, raksasa si tukang tidur yang dalam tidurnya mendengar nyanyian merdu sang istri, Dewi Aswani, seperti dituliskan dalam buku terbarunya, Serat Tripama: Seruling Jiwa.

“Kalau orang bilang sudah paham dengan cerita Ramayana, jangan salah, apakah dia juga sudah tahu cerita tentang Ramayana gubahan Sujiwo Tejo? Tentu tidak kalau tidak baca bukuku,” tantang Sujiwo.

Serat Tripama: Seruling Jiwa sendiri bercerita tentangKumbakarna, adik raksasa kondang, Rahwana. Dikisahkan, Kumbakarna menjadi saksi cinta terlarang Raja Alengka, Rahwana, kepada Sinta, istri Rama. Bergenre novel-grafis-bermusik, Serat Tripama: Seruling Jiwa tidak hanya berisinarasi, tetapi dipenuhi juga oleh gambar-gambar lukisan Sujiwo, serta delapan lagu syahdu yang khusus Sujiwo cipta dan nyanyikanu ntuk mengiringi pembaca menikmati bukuini. Ini merupakan buku kedua dari tetralogi Serat Tripama, kelanjutan dari SeratTripama 1 : GugurCinta di Maespati.

“Kenapa beraninya Simbah (Sujiwo Tejo, -red) mengubah kisah Ramayana ini? Sebab kita justru malah butuh orang-orang seperti Simbah, orang antimainstream supaya yang kita tahu tidak lempeng-lempeng saja, bukan cerita yang begitu terus, tapi sesuatu yang baru, diambil dari sudut pandang yang berbeda” ujar Ulil Maulida, editor buku Serat Tripama: Seruling Jiwa dari Penerbit Bentang Pustaka, yang hadir juga dalam acara.

Audiens dibuat semakin terlena ketika Sujiwo dengan syahdunya melantunkan nada-nada indah dari penampilan menyanyinya diiringi paduan suara STKIP PGRI Ponorogo membawakan lagu yang Sujiwo gubah, Ingsun dan Pada Suatu Ketika. Selain itu, di akhir acara, audiens diberi kesempatan untuk mendapatkan buku-buku karangan Sujiwo sekaligus tandatangan langsung dari penulisnya. Serat Tripama: Seruling Jiwa sendiri akan tersedia di toko buku pada akhir April 2017. Yogyakarta – Minggu (9/4) lalu, Bumi Reog, Ponorogo dibuat geger oleh seniman kondang tanah air, Sujiwo Tejo. Pasalnya, penulis sekaligus dalang senior itu baru saja meluncurkan buku terbarunya, Serat Tripama: Seruling Jiwa,dalam sebuah pergelaran bertajuk, “Dialog Budaya dan Musikalisasi “Serat Tripama: Seruling Jiwa” bertempat di STKIP PGRI Ponorogo.

Menariknya, Sujiwo hadir di lokasi acara dengan menunggangi vespa klasik dan diiringi oleh sekitar 50 orang Komunitas Vespa Ponorogo. Acara dibuka dengan penampilan dramatical reading dari Teater SKTIP PGRI Ponorogo yang mendramatisasikan kisah lakon Kumbakarna, Sukesi dan Togog seperti dalam adegan di buku Serat Tripama: Seruling Jiwa. Sekitar 400 audiensdibuat makin gempita ketika yang ditunggu-tunggu, Sujiwo Tejo, tampil di atas panggung. Dengan gaya khasnya yang nyeni, pria yang akrab disapa Mbah Tejo ini secara nyentrik mengisahkan tentang Kumbakarna, raksasa si tukang tidur yang dalam tidurnya mendengar nyanyian merdu sang istri, Dewi Aswani, seperti dituliskan dalam buku terbarunya, Serat Tripama: Seruling Jiwa.

“Kalau orang bilang sudah paham dengan cerita Ramayana, jangan salah, apakah dia juga sudah tahu cerita tentang Ramayana gubahan Sujiwo Tejo? Tentu tidak kalau tidak baca bukuku,” tantang Sujiwo.

Serat Tripama: Seruling Jiwa sendiri bercerita tentangKumbakarna, adik raksasa kondang, Rahwana. Dikisahkan, Kumbakarna menjadi saksi cinta terlarang Raja Alengka, Rahwana, kepada Sinta, istri Rama. Bergenre novel-grafis-bermusik, Serat Tripama: Seruling Jiwa tidak hanya berisinarasi, tetapi dipenuhi juga oleh gambar-gambar lukisan Sujiwo, serta delapan lagu syahdu yang khusus Sujiwo cipta dan nyanyikanu ntuk mengiringi pembaca menikmati bukuini. Ini merupakan buku kedua dari tetralogi Serat Tripama, kelanjutan dari SeratTripama 1 : GugurCinta di Maespati.

“Kenapa beraninya Simbah (Sujiwo Tejo, -red) mengubah kisah Ramayana ini? Sebab kita justru malah butuh orang-orang seperti Simbah, orang antimainstream supaya yang kita tahu tidak lempeng-lempeng saja, bukan cerita yang begitu terus, tapi sesuatu yang baru, diambil dari sudut pandang yang berbeda” ujar Ulil Maulida, editor buku Serat Tripama: Seruling Jiwa dari Penerbit Bentang Pustaka, yang hadir juga dalam acara.

Audiens dibuat semakin terlena ketika Sujiwo dengan syahdunya melantunkan nada-nada indah dari penampilan menyanyinya diiringi paduan suara STKIP PGRI Ponorogo membawakan lagu yang Sujiwo gubah, Ingsun dan Pada Suatu Ketika. Selain itu, di akhir acara, audiens diberi kesempatan untuk mendapatkan buku-buku karangan Sujiwo sekaligus tandatangan langsung dari penulisnya. Serat Tripama: Seruling Jiwa sendiri akan tersedia di toko buku pada akhir April 2017.Priyo Bagus Anggara

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta