Contoh Kesenjangan Sosial yang Kerap Jadi Tema dalam Novel

Contoh kesenjangan sosial tidak hanya bisa Sobat Bentang jumpai di Indonesia, melainkan pada banyak negara lainnya juga. Seperti kamu tahu, kesenjangan memunculkan masalah ketimpangan yang besar antar warga satu dengan warga lain. Kesenjangan sosial sendiri banyak muncul pada negara berkembang, tetapi tak menutup kemungkinan jadi masalah juga buat negara maju. Selama ada kesenjangan, pasti akan selalu ada perbedaan mencolok terkait status sosial hingga kasta dalam masyarakat.

 

Tak hanya itu, berbagai contoh kesenjangan sosial nantinya berpotensi menjadi konflik berkepanjangan. Baik itu dari segi ekonomi, pendidikan, hukum, dan lain-lain. Saking peliknya masalah kesenjangan, tidak heran jika kemudian banyak novel-novel klasik mengangkat isu ini ke dalam ceritanya. Agar lebih jelas, Sobat Bentang bisa menyimak ulasan ringkas mengenai kesenjangan sosial lewat artikel berikut ini.

Pengertian Kesenjangan Sosial

Secara umum, kesenjangan sosial sama artinya dengan ketimpangan sosial. Itu artinya, ada perbedaan mencolok yang muncul pada lapisan masyarakat, paling banyak dari aspek ekonomi. Pada akhirnya, adanya kesenjangan ini memunculkan label si kaya-si miskin, pejabat-rakyat biasa, dan lain-lain. Dari situ terlihat bahwa ada semacam “kasta” yang membedakan warga satu dengan warga lainnya.

Keadaan yang tidak seimbang dalam bermasyarakat menjadi penyebab utama munculnya kesenjangan sosial. Alhasil, kedudukan masyarakat bisa berbeda-beda dan tak jarang jadi masalah tersendiri. Misalnya, orang dengan uang lebih banyak terkesan lebih mudah memperoleh pendidikan layak. Berbanding terbalik dengan orang yang kemampuan ekonominya pas-pasan atau malah rendah.

Itu baru salah satu contoh saja. Tidak jarang, ketimpangan sosial menyebabkan sebagian orang justru punya “kemudahan” saat berurusan dengan hukum. Sobat Bentang pasti sering dengar kan, kisah para pejabat yang sering kali kesannya lebih “kebal hukum” daripada orang biasa. Ya, hal semacam itu pun muncul gara-gara adanya perbedaan “kasta” yang mencolok antara pejabat dan rakyat biasa.

 

Contoh Kesenjangan Sosial

Bentuk kesenjangan sosial dari beberapa faktor

Sumber: Pexels

 

Untuk lebih mudah membayangkannya, berikut ini ada beberapa contoh kesenjangan sosial yang bisa kamu simak. Masing-masing penyebabnya berasal dari faktor yang berbeda-beda ya.

Faktor Demografis dan Geografis

Kesenjangan sosial dapat muncul karena adanya perbedaan demografis dan geografis tiap-tiap wilayah pada suatu negara. Aspek demografis bisa meliputi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Sementara, aspek geografis biasanya berdampak pada pembangunan wilayah atau daerah yang berbeda-beda. Negara yang memiliki demografis dan geografis daerah yang beraneka ragam pasti kerap mengalaminya.

 

Contoh kesenjangan sosial dari faktor ini misalnya menyentuh ranah pembangunan yang berbeda antara desa dan kota. Infrastruktur dan fasilitas masyarakat kota biasanya jauh lebih lengkap daripada pedesaan. Selain itu, perbedaan demografis juga dapat membentuk pola pikir masyarakat yang berbeda. Tingkat produktivitas antardaerah ternyata tak seragam sehingga ada daerah yang sangat minim lapangan kerja. 

Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu penyebab penting munculnya kesenjangan. Kok bisa begitu? Bayangkan saja, seseorang dengan pendidikan layak biasanya dapat mempengaruhi status sosial hingga pekerjaannya. Tanpa adanya pendidikan yang bagus, kecil kemungkinan seseorang dapat memperoleh pekerjaan yang layak pula.

Ketimpangan pendidikan di Indonesia sendiri sudah sering kamu lihat. Sekolah atau pendidikan di daerah pelosok tentulah tak semaju sekolah-sekolah perkotaan. Alhasil, kualitas dari para murid daerah bisa jauh lebih rendah daripada murid kota. Ini adalah salah satu bukti dari kurang meratanya pendidikan di negara Indonesia.

Faktor Ekonomi

Tentu saja ketimpangan sosial tidak bisa lepas dari faktor ekonomi. Faktor ini berdampak paling besar terhadap munculnya kesenjangan sosial. Perbedaan upah minimum antara daerah satu dengan yang lainnya saja sudah bisa mendorong terbentuknya ketimpangan. Maka, jangan heran kalau orang-orang daerah kemudian berbondong-bondong bekerja ke luar kota.

 

Contoh kesenjangan sosial dari aspek ekonomi adalah perbedaan kemudahan akses antara si kaya dan si miskin. Mulai dari pendidikan, kesehatan, pembangunan, dan lain-lain. Ironisnya, masalah kesenjangan dari faktor ekonomi seakan tak pernah bisa terurai. Jadi, jangan heran ya kalau banyak ketimpangan kamu jumpai ketika hal itu bersinggungan dengan faktor ekonomi.

Baca Juga: Novel Klasik dan Alasannya Disukai Banyak Orang, Tak Lekang Waktu!

Dampak Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial berdampak ke kehidupan masyarakat

Sumber: Pexels

 

Dari penjelasan tadi, kamu mungkin sudah bisa bayangkan apa saja dampak dari adanya kesenjangan sosial ini. Beberapa dampaknya adalah sebagai berikut:

  • Munculnya konflik sosial
  • Timbul diskriminasi
  • Adanya kecemburuan sosial yang kian melebar
  • Tingkat kriminalitas dapat ikut meningkat
  • Terhambatnya pembangunan pada suatu daerah

Selain itu, pengangguran dan kemiskinan menjadi dampak terbesar yang rasanya paling sulit untuk pemerintah atasi. Makin tinggi kesenjangan, kian banyak pula rakyat dalam dera kemiskinan. Ketimpangan pendidikan pada akhirnya melahirkan banyak pengangguran. Dua hal ini seperti menjadi hal berputar-putar terus tanpa bisa menemukan ujung pangkalnya.  

Dengan memahami betapa kompleksnya masalah ketimpangan sosial, tidak heran kalau kemudian isu ini kerap muncul di novel. Kalau Sobat Bentang ingin belajar memahami contoh kesenjangan sosial lain, kamu bisa membacanya di novel klasik Les Miserables karya Victor Hugo. Di dalamnya ada banyak konflik menarik mulai dari ketimpangan hukum, kesenjangan ekonomi, strata sosial masyarakat, hingga cinta. Yuk, pesan bukunya sekarang hanya di Bentang Pustaka!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta