10 Penulis Produktif yang Karyanya Best Seller
Tertarik untuk menekuni profesi sebagai penulis? Jika iya, kunci keberhasilan menjadi penulis adalah tekun dan semangat dalam mencari ide baru. Berikut ini 10 penulis yang sangat produktif menerbitkan buku dan karyanya laris di pasaran.
Halaman jelek bisa diperbaiki, halaman kosong nggak bisa diapa-apain. Demikian tulis Dee Lestari pada salah satu unggahan Instagram-nya. Pesan yang melecut semangat kita untuk menghilangkan keraguan dalam memulai tulisan. Pantas saja hingga kini Dee telah menerbitkan 12 judul buku. Menariknya, kedua belas buku tersebut masuk dalam kategori best seller. Nama Dee melambung berkat kepiawaiannya menciptakan universe dalam serial Supernova. Serial ini terdiri atas enam jilid: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2001), Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014), ditutup dengan Inteligensi Embun Pagi (2016). Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Rectoverso (2008), Perahu Kertas (2009), Madre (2011), Kepingan Supernova (2017). Buku terakhirnya, Aroma Karsa (2019), terjual 10.000 eksemplar pada periode pre-order. Hampir semua karya Dee diadaptasi menjadi film layar lebar.
Dee Lestari dikenal sebagai penulis dengan riset yang sangat detail dan sangat disiplin terhadap deadline. Kita bisa mempelajari cara Dee dalam melakukan riset kepenulisan lewat buku nonfiksi pertamanya, Di Balik Tirai Aroma Karsa.
Siapa tak kenal Laskar Pelangi? Kisah tentang 11 murid di SD Muhammadiyah Gantong, Belitong dan guru mereka yang inspiratif, Bu Muslimah. Buku ini menjadi fenomenal karena berhasil membuka mata masyarakat Indonesia tentang nasib pendidikan di daerah terpencil. Terlebih gaya bercerita Andrea Hirata, penulisnya, kental dengan khazanah melayu. Laskar Pelangi, merupakan buku Indonesia pertama yang meraih predikat international best seller. Karya ini juga telah diterbitkan dalam 25 versi bahasa asing, diedarkan di lebih dari 130 negara, menjadi referensi di berbagai sekolah dan lembaga di luar negeri untuk studi tentang pendidikan, sastra, dan budaya Indonesia. Berkat kepopulerannya, kisah ini kemudian diangkat ke layar lebar pada 2008 dan telah disaksikan oleh 4,6 juta penonton.
Setelah Laskar Pelangi, Andrea secara aktif merilis Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Cinta di Dalam Gelas, Padang Bulan, Ayah, Sirkus Pohon, Orang-Orang Biasa, dan Guru Aini.
Pada 2009, Andrea mendirikan Museum Kata Andrea Hirata di kampung kelahirannya, sebagai sumbangsihnya terhadap dunia sastra.
Beberapa orang terdekat Cak Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib, pernah bercerita bahwa dalam menulis, beliau tidak pernah sekalipun menekan tombol Delete. Tulisannya mengalir deras dan tanpa salah ketik. Cak Nun memang dikenal cendekiawan sekaligus budayawan yang piawai dalam menggagas dan menoreh kata-kata. Tulisan-tulisannya, baik esai, kolom, cerpen, dan puisi-puisinya banyak menghiasi pelbagai media cetak terkemuka.
Cukup banyak dari karyanya, baik sajak maupun esai, yang telah dibukukan. Arus Bawah (2014), 99 untuk Tuhanku (2015), Istriku Seribu (2015), Kagum kepada Orang Indonesia (2015), Orang Maiyah (2015), Titik Nadir Demokrasi (2016), Tidak. Jibril Tidak Pensiun! (2016), Daur I: Anak Asuh Bernama Indonesia (2017), Daur II: Iblis Tidak Butuh Pengikut (2017), Daur III: Mencari Buah Simalakama (2017), Daur IV: Kapal Nuh Abad 21 (2017), Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (2015 dan 2018), Gelandangan di Kampung Sendiri (2015 dan 2018), Sedang Tuhan pun Cemburu (2015 dan 2018), Kiai Hologram (2018), Pemimpin yang Tuhan (2018), Markesot Belajar Ngaji (2019), Siapa Sebenarnya Markesot? (2019), Sinau Bareng Markesot (2019), dan Lockdown 309 Tahun (2020).
Jujur dan menghibur. Dua kata itulah yang tepat menggambarkan gaya khas Trinity dalam menulis. Trinity telah dikenal sebagai penulis buku traveling paling berpengaruh di Indonesia, dengan lima belas buku travel yang masuk ke jajaran bestselling nasional. Tak hanya menarik untuk dinikmati sebagai bahan bacaan, buku-buku Trinity telah menebar virus jalan-jalan kepada para pembacanya. Banyak yang mengaku berani traveling setelah membaca karya-karyanya.
Trinity memiliki sebuah travel blog pertama di Indonesia yang beralamat di naked-traveler.com pada 2005. Buku pertamanya, The Naked Traveler, merupakan kompilasi dari artikel pendek tentang perjalanannya ke berbagai tempat. Buku inilah yang kemudian diadaptasi ke film layar lebar pada 2016. Sekuelnya yang diadaptasi dari buku The Naked Traveler 2 pun tayang di bioskop pada 2019. Serial The Naked Traveler mencapai edisi kedelapan, yang juga merupakan edisi perpisahan. Dua di antara serial ini merupakan perjalanan keliling dunia Trinity dan sahabatnya, Yasmin, selama setahun penuh yang diberi judul The Naked Traveler Round-the-World part 1 dan part 2. Trinity telah mengunjungi hampir seluruh provinsi di Indonesia dan 93 negara di dunia.
Gus Nadir, sapaan akrabnya, dikenal sebagai Kiai muda yang sangat aktif dalam berbagi ilmu. Saat ini Gus Nadir menjabat sebagai Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand. Sudah lebih dari 50 artikel dipublikasi internasional dan 16 buku yang dihasilkannya.
Tulisan-tulisan Gus Nadir yang dipersembahkan untuk masyarakat umum (bukan kalangan akademik) menggunakan bahasa yang sangat mudah dimengerti. Di Bentang Pustaka, Gus Nadir telah menerbitkan 3 buku yang terangkum dalam Serial Belajar Islam: Tafsir Al-Quran di Medsos, Saring Sebelum Sharing, dan Ngaji Fikih. Ketiga buku yang laris di pasaran ini mendedah persoalan aktual tentang tafsir ayat Al-Qur’an, Hadis, dan Fikih.
Maudy Ayunda, dikenal sebagai sosok muda multitalenta: penyanyi, aktris, influencer pendidikan, dan brand ambassador produk-produk premium Indonesia. Keberhasilannya menyeimbangkan karier di dunia entertainment dan pendidikan, membuat lulusan PPE Universitas Oxford, Inggris, ini semakin menginspirasi anak muda.
Dear Tomorrow merupakan karya nonfiksi pertamanya yang sepenuhnya ditulis dalam bahasa Inggris. Saat kecil, Maudy menuliskan dua cerita anak yang berjudul Kina and Her Fluffy Bunny dan Kina Makes a New Friend. Dua cerita ini kemudian diterbitkan pada 2018 dan 2019.
Julukan Ratu Galau memang pantas disematkan kepada Dwitasari. Perempuan berzodiak Sagitarius ini sangat piawai mengemas kisah patah hati dan membuat para pembacanya seakan menemukan sahabat untuk berbagi curhat.
Dwitasari telah menulis 20 buku, 5 film, 2 webseries, dan 1 album musikalisasi puisi. Bersama dengan Bentang Belia, buku-buku best seller yang pernah diluncurkannya yaitu: Raksasa dari Jogja, Jatuh Cinta Diam-Diam, Jatuh Cinta Diam-Diam 2, Memeluk Masa Lalu, Spy in Love, Setelah Kamu Pergi, Tidak Pernah Ada Kita, dan Hanya Tiga Kata. Dua di antara judul-judul novel tersebut telah difilmkan, yaitu Raksasa dari Jogja dan Spy in Love.
Vidya Dwina Paramita adalah seorang Montessorian dan praktisi Pendidikan Anak Usia Dini. Pada 2017, Penerbit Bentang Pustaka menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Jatuh Hati pada Montessori. Buku tersebut menjadi best seller dan telah menembus cetakan ke-7 pada Agustus 2019. Karya Vidya lain yang juga masuk daftar laris adalah Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja.
Pada 2017, bersama Boniek Rizkiwan yang saat ini menjadi suaminya, Vidya mendirikan Filosofi Montessori Indonesia. Lembaga inilah yang hingga kini menaungi aktivitas Vidya sebagai trainer serta pembicara dalam berbagai seminar dan pelatihan, khususnya pelatihan yang bertujuan menyelaraskan pengasuhan di rumah dan di sekolah.
Tasaro GK mulai lebih dikenal oleh masyarakat luas sejak menuliskan novel biografi religius, Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan. Karya ini mendapatkan sambutan yang sangat hangat karena mencerminkan kerinduan umat Islam terhadap Rasulullah. Bahkan berada pada peringkat keempat dalam daftar 20 Novel Indonesia Terbaik versi Goodreads. Novel biografi tersebut pun berlanjut ke seri berikutnya, yaitu Muhammad: para Pengeja Hujan, Muhammad: Sang Pewaris Hujan, dan Muhammad: Generasi Penggema Hujan.
Budayawan serba-bisa ini pernah menekuni profesi sebagai wartawan di harian Kompas selama 8 tahun. Beliau kemudian berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik, dan dalang wayang. Hingga saat ini, Sujiwo Tejo masih aktif menulis kolom di Jawa Pos. Beberapa artikel tersebut kemudian digabungkan menjadi buku seperti Lupa Endonesa (2012), Lupa Endonesa Deui (2013), Talijiwo (2018), dan Senandung Talijiwo (2019). Pada 2014, beliau menulis novel cinta Rahvayana: Aku Lala Padamu. Novel ini merupakan antitesis dari kisah cinta Rama-Shinta.
Buku-buku terbaik karya sepuluh penulis di atas bisa kalian dapatkan dalam program Best Writer Best Deal bersama mizanstore.com. Dapatkan TAMBAHAN DISKON berbentuk kode voucher yang bisa dipakai setiap pembelian buku-buku penulis favoritmu. Tak perlu khawatir, event ini berlangsung sampai 20 Juni 2020.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!