When Breath Becomes Air: Meski Raga Tak Ada, Paul Masih Tetap Menginspirasi
Lebih dari setahun sudah semenjak kepergian Paul Kalanithi. Seorang dokter bedah syaraf terkemuka di Amerika. Ia pergi meninggalkan anak istri dan sebuah buku yang sangat menginspirasi dunia. When Breath Becomes Air, merupakan sebuah autobiografi dirinya sebelum ia meninggal pada 2015 lalu, yang di dalamnya mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang dokter dalam menghadapi kematiannya sendiri.
Di usianya yang menginjak 36 tahun, Paul Kalanithi seakan diatas angin. Segalanya terlihat sempurna, seluruh kerja kerasnya selama ini telah terbayar. Pelatihan selama sepuluh tahun untuk menjadi dokter syaraf terbayar sudah. Berbagai penghargaan telah ia kantongi. Belum lagi, ia diperebutkan oleh berbagai Universitas dan Rumah Sakit terkemuka untuk menduduki posisi penting.
Namun diatas itu semua, Tuhan memiliki rencana lain. Semua kerja keras itu seakan menguap begitu saja setelah dokter yang juga kawannya, menyatakan bahwa ia mengidap kanker paru-paru stadium lanjut.
Kesuksesan Paul Kalanithi untuk menghadapi kematiannya dalam When Breath Becomes Air, telah menginspirasi dunia. Dalam kurun waktu beberapa bulan semenjak terbit, buku ini mampu menduduki puncak New York Times Best Seller selama berbulan-bulan, dan pada tahun ini, When Breath Becomes Air terpilih sebagai The Best Memoir & Autobiography dalam ajang Goodreads Choice Award.
Lebih dari setahun sudah semenjak kepergian Paul Kalanithi. Seorang dokter bedah syaraf terkemuka di Amerika. Ia pergi meninggalkan anak istri dan sebuah buku yang sangat menginspirasi dunia. When Breath Becomes Air, merupakan sebuah autobiografi dirinya sebelum ia meninggal pada 2015 lalu, yang di dalamnya mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang dokter dalam menghadapi kematiannya sendiri.
Di usianya yang menginjak 36 tahun, Paul Kalanithi seakan diatas angin. Segalanya terlihat sempurna, seluruh kerja kerasnya selama ini telah terbayar. Pelatihan selama sepuluh tahun untuk menjadi dokter syaraf terbayar sudah. Berbagai penghargaan telah ia kantongi. Belum lagi, ia diperebutkan oleh berbagai Universitas dan Rumah Sakit terkemuka untuk menduduki posisi penting.
Namun diatas itu semua, Tuhan memiliki rencana lain. Semua kerja keras itu seakan menguap begitu saja setelah dokter yang juga kawannya, menyatakan bahwa ia mengidap kanker paru-paru stadium lanjut.
Kesuksesan Paul Kalanithi untuk menghadapi kematiannya dalam When Breath Becomes Air, telah menginspirasi dunia. Dalam kurun waktu beberapa bulan semenjak terbit, buku ini mampu menduduki puncak New York Times Best Seller selama berbulan-bulan, dan pada tahun ini, When Breath Becomes Air terpilih sebagai The Best Memoir & Autobiography dalam ajang Goodreads Choice Award.Vivekananda Gitanjali
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!