Talijiwo dan Suara-Suara di Sekelilingnya
“Sepi itu pesta jutaan kata, petasan dan kembang api dari cinta yang tak bersambut, Kekasih ….”
***
Para penikmat sastra dan budaya pasti tak asing lagi dengan Sujiwo Tejo, seorang seniman dan budayawan Indonesia yang dikenal dengan gaya nyelenehnya yang khas tapi mampu menarik perhatian dan penuh makna. Kali ini, ia kembali menelurkan karya baru berupa buku berjudul Talijiwo. Pada awalnya, istilah Talijiwo ini mengacu pada barisan kalimat yang menggambarkan sisi romantisme dari Sujiwo Tejo dan sering dibaginya melalui Twitter dengan tagar #Talijiwo.
Tagar #Talijiwo ini pun seakan telah menjadi tren. Kawula muda yang menjadikan beberapa kutipan #Talijiwo sebagai bahan godaan atau candaan. Kata-kata yang terangkai kadang mampu membuat kita terperangah, tersenyum sendiri, atau bahkan bisa membuat kita menangis karena maknanya yang dalam.
Di dalam Talijiwo, Sujiwo Tejo mampu menyentil isu yang marak saat ini, yakni ketidakpedulian sosial. Dalam era yang sudah didominasi kemajuan teknologi, terkadang membuat manusia antipati dengan keadaan di sekitarnya. Gadget menjadi prioritas utama daripada kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, ini pesan Sujiwo Tejo bagi kita semua:
“Maka, waktu luang itu jangan dimampatkan lagi dengan melulu main gadget. Berbincanglah bersamaku. Duduklah di sampingku dan buka ruang imajinasimu. Bersama-sama kita akan larut dalam suara-suara Talijiwo. Mungkin kau akan semakin gelisah, marah, atau justru lupa pada beban dunia. Mari bersama-sama merdeka. Meski kita tetap tak bisa merdeka dari kenangan. Heuheuheu ….”
Karya terbaru Sujiwo Tejo ini dikemas dalam bentuk esai yang diselipi dengan sajak-sajak Talijiwo itu sendiri. Dengan gayanya yang khas, pembaca dapat dibawa ke dalam pikiran Sujiwo Tejo dan berkaca kepada diri sendiri saat membaca buku ini. Kembali lagi kepada kita, muncullah pertanyaan yang sepatutnya kita jadikan refleksi diri.
Sudahkah kita merdeka?
Nandani Putri Tavita
“Sepi itu pesta jutaan kata, petasan dan kembang api dari cinta yang tak bersambut, Kekasih ….”
***
Para penikmat sastra dan budaya pasti tak asing lagi dengan Sujiwo Tejo, seorang seniman dan budayawan Indonesia yang dikenal dengan gaya nyelenehnya yang khas tapi mampu menarik perhatian dan penuh makna. Kali ini, ia kembali menelurkan karya baru berupa buku berjudul Talijiwo. Pada awalnya, istilah Talijiwo ini mengacu pada barisan kalimat yang menggambarkan sisi romantisme dari Sujiwo Tejo dan sering dibaginya melalui Twitter dengan tagar #Talijiwo.
Tagar #Talijiwo ini pun seakan telah menjadi tren. Kawula muda yang menjadikan beberapa kutipan #Talijiwo sebagai bahan godaan atau candaan. Kata-kata yang terangkai kadang mampu membuat kita terperangah, tersenyum sendiri, atau bahkan bisa membuat kita menangis karena maknanya yang dalam.
Di dalam Talijiwo, Sujiwo Tejo mampu menyentil isu yang marak saat ini, yakni ketidakpedulian sosial. Dalam era yang sudah didominasi kemajuan teknologi, terkadang membuat manusia antipati dengan keadaan di sekitarnya. Gadget menjadi prioritas utama daripada kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, ini pesan Sujiwo Tejo bagi kita semua:
“Maka, waktu luang itu jangan dimampatkan lagi dengan melulu main gadget. Berbincanglah bersamaku. Duduklah di sampingku dan buka ruang imajinasimu. Bersama-sama kita akan larut dalam suara-suara Talijiwo. Mungkin kau akan semakin gelisah, marah, atau justru lupa pada beban dunia. Mari bersama-sama merdeka. Meski kita tetap tak bisa merdeka dari kenangan. Heuheuheu ….”
Karya terbaru Sujiwo Tejo ini dikemas dalam bentuk esai yang diselipi dengan sajak-sajak Talijiwo itu sendiri. Dengan gayanya yang khas, pembaca dapat dibawa ke dalam pikiran Sujiwo Tejo dan berkaca kepada diri sendiri saat membaca buku ini. Kembali lagi kepada kita, muncullah pertanyaan yang sepatutnya kita jadikan refleksi diri.
Sudahkah kita merdeka?
Nandani Putri TavitaPublisis Bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!