Tag Archive for: novel sastra

Filosofi Alain De Botton

Filosofi merupakan salah satu unsur yang penting dalam setiap hal. Melalui filosofi, kita dapat memahami makna di balik suatu hal tersebut. Dengan kata lain, setiap apa pun yang kita lakukan, harus memiliki nilai esensial. Begitulah filsafat. Banyak sekali aliran filsafat yang memaknai kehidupan sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Kebanyakan ajaran-ajaran filsafat ditulis dalam buku pelajaran sebagaimana pengetahuan yang lainnya. Berbeda dengan Alain De Botton. Filsuf asal Swiss ini memiliki jalan sendiri untuk menuliskan pemahaman filosofisnya. Sebagian dari kita tentu tidak asing dengan novel, bukan? Iya, betul. Ia menuliskannya dalam bentuk novel melalui panduan-panduan filosofis. Lalu, pemahaman filsafat seperti apa yang ia bawa?

Filsafat Anti-Romantisisme

Sebelum kita memahami anti-romantisisme, kita perlu terlebih dulu tahu tentang romantisisisme. Secara urutan, romantisisme lahir sebagai reaksi perlawanan atas rasionalisme. Menurut romantisisme, kebenaran tidak hanya diperoleh melalui pikiran (ratio). Rasionalisme dianggap telah membuat kepengapan vitalitas hidup, menekan perasaan, dan mematikan emosi. Atau dalam kalimat lain, pikiran yang menindas perasaan. Sehingga, anti-romantisme ini juga sebenarnya upaya pengembalian pada rasionalisme sebab dunia dianggap telah banyak bergeser dan semakin realistis.

Alain De Botton dan Alternatif Filosofi

Dalam novel terbarunya ini, The Course of Love, Alain De Botton sebenarnya sedang menawarkan pemahaman alternatif setelah romantisisme. Cerita-cerita yang disusun adalah telaah kritisnya akan nilai romantisisme. Alain De Botton ingin mengajak kita mengukur romantisisme secara wajar. Dalam novelnya ini, ia banyak mendasarkan peristiwa-peristiwa yang dilakonkan oleh Kirsten dan Rabih sebagai suami istri kepada landasan-landasan filosofisnya. Landasan itu, tak lain adalah alternatif filosofi tentang rasionalisme dan romantisisme. Semua landasan berpikirnya untuk menakar romantisisme secara wajar disampaikan melalui perjalanan sepasang kekasih sejak mulai berkenalan hingga menikah dan mempunyai anak. Mereka, sebagai aktor utama, berdinamika dalam hubungannya untuk menemukan makna cinta yang sesungguhnya.

(baca juga https://bentangpustaka.com/rentang-kisah-dan-seribu-pertanyaan-tentang-cinta/)

The Course of Love, rentang kisah dan seribu pertanyaan tentang cinta. Dapat dipesan di sini.

Narasi Panjang: Seni Seno Gumira

Narasi merupakan senjata utama sebuah cerita. Dengannya, penulis biasanya menggambarkan peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Proses penceritaan melalui narasi terasa seperti dongeng menjelang tidur saat kita kecil dulu. Itulah mengapa banyak penulis yang lebih memilihnya daripada deskripsi. Selain terdengar lebih seperti dongeng, iamemiliki kekuatan pada representasi pembaca. Mereka seakan-akan mengalami peristiwa yang ada di dalam cerita. Salah satu penulis yang memiliki gaya narasi khas adalah Seno Gumira Ajidarma. Seno dikenal sebagai penulis naratif yang sering memanfaatkan kalimat panjang untuk cerita-ceritanya. Dalam Kitab Omong Kosong, novel interpretasinya akan kisah Ramayana, ia banyak memanfaatkan narasi panjang sebagai cara penceritaan.

(baca https://bentangpustaka.com/fakta-kitab-omong-kosong/)

Narasi Panjang yang Tidak Membosankan

Narasi panjang terkadang sangat lelah untuk diikuti. Sebagai pembaca, kita akan sangat terpacu untuk terus membaca sebelum titik. Itulah mengapa hak itu terkadang terasa amat membosankan. Berbeda dengan yang ditulis Seno Gumira. Dengan kalimat yang panjang, ia dapat memicu pembaca untuk terus membaca tanpa merasa kelelahan dan bosan. Uniknya, hal ini menjadi salah satu yang disukai darinya. Banyak novel dan cerita pendeknya yang menggunakan kalimat panjang dan malah terasa semakin memantik penasaran. Dalam Kitab Omong Kosong, kalimat berikut akan membantu kita memahami apa yang disebut narasi panjang yang tidak membosankan.

Setiap kali Hanūmān atau sesuatu yang seperti Hanūmān tiba dan melepaskan kainnya Trijata mengerti betapa sebetulnya ia pun tidak terlalu peduli apakah wanara jantan itu suaminya atau bukan suaminya selain betapa ia telah memberikan sesuatu yang dikehendakinya.

Kalimat di atas hanya salah satu contoh kalimat panjang ala Seno Gumira Ajidarma. Kalimat yang demikian itu akan membuat kita terpacu untuk menyelesaikan cerita dengan seringkas-ringkasnya tanpa merasa kelelahan, apalagi bosan. Strategi narasi yang unik dan menarik ini dapat ditemukan dalam cerita-cerita tentang Maneka dan Satya, sepasang pengelana yang mencari makna kehidupan. Selengkapnya dapat kamu baca di Kitab Omong Kosong.

Dapatkan saduran kisah Ramayana ala Seno Gumira Ajidarma di sini

 

musik rapijali

Musik dan Dunia Baru Remaja

musik rapijali

Musik sangat identik dengan anak muda. Beberapa pegiat musik rata-rata merupakan kawula muda. Hal ini tentu menjadikannya memiliki semangat yang menggebu-nggebu laiknya semangat darah muda, persis judul lagu Rhoma Irama. Kegiatan bermusik sering kali diartikan sebagai sarana aktualisasi diri para remaja. Mereka biasanya membentuk grup band bersama beberapa kawan yang memiliki ketertarikan serupa atau karena motif lainnya yang masih bersinggungan. Dengan berkelompok dalam bermusik, mereka dapat membuka wacana diskusi yang lebih luas dan membentuk lingkungan yang suportif.  Salah satu buku yang membahas tentang kegiatan anak-anak muda yang gandrung terhadap musik adalah Rapijali 2. Dalam buku ini, kita dapat melihat kisah pergaulan anak-anak muda dalam mengaktualisasikan dirinya.

Perkawanan

Dalam Rapijali 2 karya Dee Lestari. Kita bisa menikmati musik melalui lingkungan perkawanan yang suportif dan saling dukung. Terbentuknya band Rapijali pada buku Rapijali 1: Mencari membuka pintu perkawanan sangat lebar untuk enam orang anak muda yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda. Menariknya, kisah mereka bertemu dalam irisan tentang musik dan setiap kisah perkawanan mereka mengalami permasalahan yang begitu kompleks juga karenanya. Kisah persahabatan mereka sangat layak dinantikan kelanjutannya dalam Rapijali 2: Menjadi!

(Bermula dari: https://bentangpustaka.com/buku/rapijali-dee-lestari/)

Perjalanan dalam Musik

Perjalanan sering kali terasa melelahkan. Kata yang satu ini menjadikan kita membayangkan sesuatu yang panjang dan berliku, penuh masalah, dan kerap kali mengalami ketersendatan. Begitulah. Musik dan perjalanan dalam Rapijali 2 menjadi sangat dekat karena di sana enam serangkai sahabat bertemu dan menciptakan perjalanan bersama demi satu tujuan. Dan betul, perjalanan amat sangat melelahkan dan kerap mengalami kebuntuan. Mereka acap kali dibenturkan pada pelbagai persoalan yang bersumber dari latar belakang mereka yang amat beragam. Dan bagi enam orang sahabat, musik menjadi jalan panjang tempat mereka bertemu dan memulai dunia baru menuju kehidupan yang mereka cita-citakan.

Penasaran dengan cerita lengkapnya? Nantikan kisah selengkapnya dalam Rapijali 2: Menjadi yang akan terbit bulan Juli 2021 nanti!

gambar siluet candi di tengah hutan - Fakta Kitab Omong Kosong, Cerita Ramayana ala Seno Gumira Ajidarma

Fakta Kitab Omong Kosong, Cerita Ramayana ala Seno Gumira Ajidarma

Ada fakta-fakta menarik tentang Kitab Omong Kosong, buku karya Seno Gumira Ajidarma. Walau premis utamanya adalah Ramayana, Seno Gumira mengambil kebebasan untuk memodifikasi kisah Ramayana secara kreatif dan dengan sentuhan khasnya.

Berikut 4 fakta tentang Kitab Omong Kosong:

Baca juga: Kitab Omong Kosong: Buku Seno Gumira Ajidarma yang Akan Terbit Ulang

 

Penulisan Nama dan Latar yang Tidak Konvensional

Kita mengenal Sinta, Rama, Rahwana, Kota Ayodya, dan Hanoman. Namun, di Kitab Omong Kosong, Seno Gumira menuliskan nama-nama tersebut dengan unik. Sinta menjadi Sītā, Rama menjadi Rāma, Rahwana menjadi Rāwana, Ayodya menjadi Ayodhyā, Hanoman menjadi Sang Hanūmān, dan penulisan nama-nama lain yang turut berubah.

Mereka tetaplah tokoh yang sama, tapi penulisan nama yang tidak “konvensional” ini telah menghidupkan ceritanya. Pemakaian aksen pada nama-nama tokoh cerita—yang memang berlatar di zaman dahulu—memperkuat latar cerita dan membangun suasana “Ayodya” tempat berlangsungnya kejadian.

 

Fokus pada Kisah yang Berbeda

Jika Ramayana berputar pada dinamika Rama-Sinta dan Rahwana-Sinta, serta peristiwa pengobongan dan pengasingan Sinta di Hutan Dandaka, Kitab Omong Kosong dimulai dengan upacara Persembahan Kuda.

“Maka berlangsunglah bencana Persembahan Kuda, sebuah upacara untuk dewa-dewa atas nama perdamaian yang menginjak-injak hak asasi manusia.”

Rama, bertahun-tahun setelah mengasingkan Sinta dalam keadaan hamil, melakukan upacara Persembahan Kuda demi menebus rasa bersalahnya. Tapi, semakin ke belakang, kita akan melihat bahwa Rama sesungguhnya tidak melakukan itu demi Sinta. Jangankan melakukan persembahan, Rama saja bahkan tidak berusaha mencari Sinta!

 

Perbedaan Karakterisasi Tokoh Sri Rama

Sri Rama kerap diagung-agungkan sebagai raja yang baik budi, bijaksana, mencintai kerajaan dan rakyatnya. Kitab Omong Kosong berlari dengan penggambaran yang berbeda 180 derajat.

“Saya Sri Rāma, raja yang berkuasa di Ayodhyā, mengadakan Persembahan Kuda. Kerajaan mana pun yang dilewati kuda putih yang kami lepaskan pada malam bulan sabit setelah surat ini disampaikan, harus tunduk kepada kami atas nama perdamaian.”

Rama digambarkan sebagai raja yang ditakuti. Upacara Persembahan Kuda yang menelan jutaan korban dan meluluhlantakkan benua, menciptakan citra sebagai raja arogan. Walmiki, pencerita Ramayana, menembangkan kisah yang mengutuk Rama atas perbuatannya. Sinta kecewa luar biasa dan mengemukakan ratapannya terhadap perbuatan Rama yang tidak adil dan seenaknya.

Singkatnya, sangat susah untuk bersimpati dengan Rama dalam cerita ini.

 

Tokoh Sentral Karangan Seno Gumira

Upacara Persembahan Kuda berubah jadi bencana, memorak-porandakan setiap negeri yang dilewatinya. Masuklah dua tokoh utama kita: Maneka dan Satya, salah dua dari sekian banyak korban upacara tersebt.

Maneka adalah pelacur yang menerima rajah dari si kuda persembahan. Hal ini membuat reputasinya sebagai pelacur melejit pesat. Orang-orang berbondong datang dari sepenjuru negeri untuk tidur dengannya, tidak peduli laki-laki atau perempuan. Maneka yang awalnya semringah lama-lama menjadi tersiksa.

Dia bertemu Satya, seorang budak berumur 16 tahun. Pertemuan ini membuat Satya berani untuk melarikan diri dari dunia perbudakan. Bersama-sama, mereka pergi mencari Walmiki untuk menanyakan mengapa mereka dimasukkan ke dalam cerita Ramayana.

Di tengah perjalanan, tujuan mereka berubah menjadi mencari Kitab Omong Kosong, sebuah kitab peninggalan Hanoman yang berisi cara menghemat 300 tahun untuk membangun kembali peradaban yang dihancurkan Persembahan Kuda.

 

Kitab Omong Kosong sedang dalam masa prapesan. Pembelian via bit.ly/pesankitabomong sampai tanggal 14 April 2021 akan mendapatkan bonus poster dari Bentang Pustaka. Info lengkapnya dapat diakses di bit.ly/pesankitabomong, Instagram Bentang, atau Twitter Bentang.

 

Kontributor artikel: Anggarsih Wijayanti

Kitab Omong Kosong: Buku Seno Gumira Ajidarma yang Akan Terbit Ulang

Kitab Omong Kosong, buku Seno Gumira Ajidarma, akan diterbitkan ulang. Buku ini unik karena menceritakan kisah wayang dari sudut pandang tokoh minor. Togog, yang merasa minder dan terasingkan dalam sebuah dunia yang sangat memuja Semar, memutuskan untuk merangkai kisahnya sendiri.

Baca juga: Dekonstruksi Kisah Cinta Rahwana dan Sinta dalam Rahvayana karya Sujiwo Tejo

 

Cerita Wayang dari Sudut Pandang Baru

Berkisah tentang malapetaka serbuan bala tentara Sri Rama, inilah kisah Satya dan Maneka, rakyat yang menjadi korban, yang menjelajahi pencarian Walmiki penulis Ramayana, sembari berlayar di samudera cerita. Inilah saat kematian Sang Hanoman, wanara agung yang ditakdirkan berumur panjang untuk menjaga kebudayaan.

Dalam buku Seno Gumira Ajidarma ini, kamu akan menemukan tokoh-tokoh wayang yang sudah familiar: Semar, Rama, Rahwana, Sugriwa, dan masih banyak lagi. Namun, akan ada banyak twist di dalamnya: sisi humanis tokoh wayang yang selama ini tidak diketahui, isi pikiran yang tidak pernah terungkap, dan motivasi-motivasi tidak terduga di balik kejadian fundamental cerita wayang.

Nuansa pewayangan yang kental, digabungkan dengan gaya berkisah Seno yang khas, membuat buku ini wajib masuk ke daftar rekomendasi bukumu.

 

Dari Penulis Peraih Kusala Sastra Khatulistiwa

Karya-karya Seno yang pernah terbit menjadi buku di antaranya Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (1994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Jazz, Parfum dan Insiden (1996), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), dan lain-lain.

Selain cerita pendek dan novel, dia juga merupakan seorang fotografer dan kritikus film. Seno menerima penghargaan Sea Write Award (1987) dan Kusala Sastra Khatulistiwa (2005). Tahun 2008, dia didapuk menjadi juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

 

Prapesan Kitab Omong Kosong akan diadakan tanggal 1—14 April 2021. Simak info lengkapnya di situs resmi Bentang Pustaka, Instagram Bentang, atau Twitter Bentang.

 

“Tolong sampaikan agar cerita ini tidak usah dibaca karena membuang waktu, pikiran dan tenaga. Sungguh hanya suatu omong kosong belaka. Mohon maaf sekali lagi untuk permintaan tolong ini. Maaf, beribu-ribu mohon maaf.”

—Togog

 

Kontributor artikel: Anggarsih Wijayanti

© Copyright - Bentang Pustaka