Tag Archive for: Mental Health

Bangkit dari Keterpurukan Memang Tak Mudah, Selvia Liem Ajak Kita untuk Pulih Bersama Melalui Buku Memilih Pulih

Apa jadinya jika hidup yang tadinya damai dan bahagia seketika porak-poranda? Layaknya bom nuklir yang menghancurkan ketenangan, kejadian dan masalah yang datang mampu memporak-porandakan kondisi fisik maupun mental seseorang. 

Meski waktu berselang, kejadian tak menyenangkan yang meninggalkan luka itu biasanya tak sembuh dengan cepat. Bahkan, orang yang telah melukai kita juga tak lagi nampak di hadapan kita. Namun, mengapa perasaan marah, bingung, kecewa, sering menyalahkan diri, hingga kehilangan arah tak bisa hilang?. 

Pertanyaan-pertanyaan perihal diri dan masalah yang dihadapi butuh ruang dan tempat untuk dicurahkan. Dirrect Message (DM) Instagram Selvia Lim @sl.susanto, women entrepreneur yang belakangan juga dikenal sebagai mental health influencer, hampir tiap hari berisi curhatan atas keresahan hidup yang dihadapi oleh para followers-nya. Sebagai seorang yang juga mengalami bom nuklir di beberapa periode hidupnya, Selvia Lim menuangkan segala kisah diri dan beberapa inspirasi dari kisah followers-nya untuk dikupas dan dimaknai lebih berarti dalam buku “Memilih Pulih yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang Pustaka.

Perlu Mengalami Perubahan

Masalah dan rintangan kerap dijadikan sumber stres, frustrasi, sampai depresi. Meski berpengaruh terhadap kesehatan mental, segala rintangan itu akan menjadi proses bagi kita untuk berkembang dan bertumbuh. Dalam hidup, kita perlu mengalami perubahan yang berbentuk penderitaan, kesakitan, luka, perih, yang akan membentuk diri kita menjadi diri yang lebih baik.

“Aku menganalogikan hal ini dengan artikulasi. Perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa demi kata yang baik, benar, dan jelas. Proses artikulasi yang benar dan baik ini tidaklah mudah. Jika diibaratkan dengan kehidupan kita, artikulasi berarti perubahan pola kehidupan karena ujian/rintangan yang didapat. Ujian atau rintangan tersebut ibarat pelatihan (training) yang perlu kita jalani demi menghasilkan kekuatan mental yang lebih baik. Proses perubahan ini pasti menimbulkan rasa sakit, sedih, luka, kemarahan, penyangkalan. Namun, pada akhirnya ketika kita mampu memproses semua itu adalah jalan terbaik untuk bertumbuh dan berkembang. Kita akan tampil menjadi diri yang lebih baik.”

“Itulah yang melatarbelakangiku memberi judul buku ini Memilih Pulih. Dengan metode artikulasi diri, segala ujian dan rintangan tersebut mampu membuat kita lebih mengenal diri sendiri.” jelas Selvia Lim 

Pulih dan Bangkit Butuh Proses yang Panjang

Bangkit dari keterpurukan memang tak semudah yang dikatakan, butuh tekad dan proses yang panjang. Hal itu yang disadari oleh Selvia dan dituangkannya dalam buku Memilih Pulih

Tak hanya menyajikan kisah yang bisa direfleksi, ia juga mengajak untuk menyadari diri dan segala permasalahan secara jernih. Misalnya, dengan menyadari asal mula dan bagaimana mental kita selama ini terbentuk. 

“Hal yang mengesankan dalam tulisan Selvia Lim ada pada caranya dalam mengajak kita memetakan masalah. Dia tidak bertindak sebagai guru, pengamat, ataupun mediator. Dengan penuh empati, Selvia memosisikan dirinya sebagai sahabat sekaligus survivor yang juga pernah mengalami masalah bertubi-tubi,” kesan Nurjannah Intan, editor Bentang Pustaka.

Suatu hal yang menarik yang dapat ditemui dari buku Memilih Pulih karena tak hanya mengisahkan permasalahan tapi juga terselip pembahasan pola asuh (parenting) sebagai wawasan bagi siapa pun untuk lebih menyadari pengaruh pola asuh orang tua terhadap kondisi jiwa dan pembentukan karakter anak.

“Buku ini seperti membawa kita ke perjalanan hidup tiap individu yang tentunya nggak selalu mulus. Namun, semua itu tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. Memilih Pulih memberikan perspektif baru untuk tetap melihat masalah sebagai sesuatu yang normal dan bisa diambil pelajaran positifnya.” demikian ungkap Arlene Clarissa.

Roslina Verauli, psikolog klinis untuk anak, remaja, dan keluarga, turut pula memberikan pengantarnya, “Laiknya film Alice in Wonderland, saya seolah dibawa menuju pintu berisi kisah-kisah hidup yang amat familier. Termasuk pengalaman riil dari penulis yang telah mengalami berbagai asam garam, “Been there, have done that” dan dunianya. Dalam Memilih Pulih, tiap bahasan menyajikan konsekuensi berbeda dan pembacalah yang akan menentukan: Apakah akan membiarkan dirinya terjebak masalah atau ingin berbenah?”

Teman untuk Pulih dan Bangkit

Buku ini ditulis dengan bahasa yang santai dan mampu jadi teman bersama untuk pulih dan bangkit dari segala ketidaknyamanan. Sama seperti tahun baru yang identik dengan resolusi baru, Memilih Pulih akan terbit pada 4 Januari 2023. Cocok sebagai referensi bacaan pembuka tahun. Menariknya, akan ada promo dan kejutan khusus dari penerbit Bentang Pustaka untuk buku Memilih Pulih karya Selvia Liem. Nantikan informasi perilisannya di Instagram Bentang Pustaka serta Shopee Official Shop Bentang Pustaka.

Sobat Bentang, ada beragam upaya untuk memulihkan diri dan bangkit dari diri yang sedang tidak baik-baik saja. Kalau kata Ci Selvi, sapaan akrab Selvia Liem dari para followers-nya, dalam buku Memilih Pulih sih, “The journey of maintaining mental health is a very long story”. Yuk temani perjalanan proses pulihmu bersama buku Memilih Pulih, agar Sobat Bentang tak merasa terpuruk seorang diri~

Rich result on Google's SERP when searching for 'masalah hidup'

Masalah Hidup Tak Kunjung Usai? Buku Ini akan Menyelamatkanmu

Masalah hidup memang tiada habisnya. Terlebih di situasi pandemi yang sangat menguji kewarasan kita. Mulai dari mobilitas yang terbatas, penghasilan yang kian menipis, hingga perasaan was-was yang berlangsung setiap saat. Segala sesuatu yang tadinya normal seketika bergejolak. Jika tidak berhati-hati, kita akan didera perasaan cemas yang berkepanjangan.

Ketidakpastian akan masa depan sungguh membayang. Tak heran jika ada banyak orang yang kesulitan beradaptasi lalu berujung depresi. Kampanye yang muncul belakangan ini membuka mata kita bahwa depresi maupun perasaan cemas yang berlebihan tak boleh disepelekan. Kesehatan mental adalah kunci utama bagi kebahagiaan hidup. Untuk mengatasi masalah hidup yang semakin membebani ini, kita perlu segera mencari pertolongan. Cara yang paling tepat adalah dengan menghubungi para ahli maupun terapis. Namun sebagai langkah awal, mencari referensi buku yang tepat untuk menenangkan jiwa juga bisa menjadi solusi.

 

Mengurai Masalah Hidup Lewat Filsafat Kuno

Jules Evans, pengelola Well-Being Project di Centre for the History of the Emotions di Queen Mary, University of London, pernah mendapati dirinya hidup dalam rasa cemas, depresi, serta stres pasca-trauma selama bertahun-tahun.

Melalui risetnya, Jules mengetahui bahwa gangguan-gangguan emosional ini nyatanya dapat ditangani dengan CBT (Cognitive Behavioural Therapy atau Terapi Perilaku Kognitif). Sebulan setelah menjalani terapi itu, ia tidak lagi terkena serangan panik. Kepercayaan dirinya kembali muncul, bahkan mampu mencerna emosi yang meluap secara tiba-tiba. Menariknya, ide dan teknik-teknik dalam CBT ternyata tak asing—mengingatkannya pada pengetahuan seputar filsafat Yunani Kuno.

Salah satunya adalah ajaran Socrates. Socrates menyatakan tanggung jawab kita sendirilah untuk “merawat jiwa”, dan inilah yang diajarkan filsafat kepada kita—seni psikoterapi, yang berasal dari bahasa Yunani dengan makna “merawat jiwa”. Kitalah yang harus menguji jiwa sendiri dan memilih prinsip serta nilai-nilai mana yang masuk akal dan mana yang membahayakan. Dalam konteks ini, filsafat merupakan suatu bentuk pengobatan yang dapat kita lakukan sendiri.

“Riset yang dilakukan oleh Jules Evans ini kemudian dituangkan ke dalam buku berjudul Philosophy for Life: And other dangerous situasions. Mengingat isi buku ini sangat ampuh untuk menyelamatkan kita dari kondisi tertekan akibat berbagai masalah hidup, kami pun memutuskan untuk menerbitkan edisi Bahasa Indonesianya: Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya. Tak perlu memiliki basis filsafat untuk membacanya. Pembahasan buku ini sangat ringan hingga bisa dibaca oleh siapapun,” ujar Nurjannah Intan, editor Nonfiksi di Bentang Pustaka.

Menyelesaikan Masalah Hidup dengan Berguru pada Filsadat Kuno

 Baca juga: Luka Batin Tak Kunjung Reda, Terapkan Cara Berikut untuk Menyembuhkannya!

 

Terapi Jiwa, Sebuah Solusi

Henry Manampiring, influencer sekaligus penulis Filosofi Teras, mengemukakan bahwa karya Jules Evans ini bisa berfungsi sebagai terapi jiwa. “Jika kamu masih menganggap filsafat sebagai topik yang mengawang-awang dan tak berguna, buku ini akan mengubah pandanganmu. Dengan bahasa yang lugas dan penuh cerita menarik, Evans menunjukkan bahwa filsafat justru bisa menjadi ‘terapi jiwa’ dan pilihan laku hidup (way of life). Kita bisa belajar dari kaum Stoa bagaimana tangguh menghadapi kesulitan hidup, dari kaum Epicurean menemukan kenikmatan hidup sejati, dari Phytagoras soal mendisiplinkan mental, dari kaum Skeptis cara untuk tidak mudah dibohongi, dan lain-lain. Kamu bisa belajar menjadi lebih bijak dalam menjalani hidup dengan ide dan pemikiran yang sudah bertahan ribuan tahun di dalam buku ini. Buku ini juga menjadi salah satu inspirasi saya menulis Filosofi Teras.

 

Masa pre-order Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya akan segera berlangsung pada 1—11 Oktober 2020 di laman bentangpustaka.com

Manfaat Puasa Gawai

Segudang Manfaat Puasa Gawai untuk Kehidupanmu!

Pernahkah kamu merasakan manfaat dari puasa gawai? Atau, kamu belum pernah mendengar apa itu puasa gawai?

Kehidupan di dunia menawarkan segala ketidakpastian. Kadang kala menjadikan kita terlena dalam sebuah kegelimangan euforia, kadang pula menjadikan kita sedih yang tak ada habisnya. Sepatutnya kita wajib menyadari itu semua agar tak terus-menerus terjebak dalam kepentingan dunia.

Puasa Gawai. Banyak di antara kita yang masih asing dengan penyebutan dua kata tersebut. Ya, yang kita ketahui puasa wajib saat Ramadan atau puasa sunah yang biasa dilakukan pada hari-hari tertentu. Meskipun begitu, “Puasa Gawai” dan jenis-jenis puasa yang lain tetaplah memiliki esensi yang sama.

Bahkan semuanya yang ada di dalam kehidupan seharusnya perlu kita renungi.

Tak semestinya pula kita harus selalu berkecimpung dalam segala durjana duniawi.

Manfaat Puasa Gawai

Manfaat Puasa Gawai

Puasa gawai sangat penting untuk kesehatan mental kita, terutama untuk anak muda yang sering mengoperasikan gawai setiap saat.

Puasa gawai adalah sebuah kegiatan untuk berhenti mengutak-atik gawai dari genggaman tangan kita. Tak hanya semata-mata melepaskan dari genggaman, tetapi juga ada hal-hal yang dingin dicapai dari sejenak mengutak-utik gawai tersebut.

Puasa gawai dan berbagai puasa yang lain memiliki tafsiran yang hampir serupa. Tujuannya juga sama-sama menahan hawa nafsu. Puasa wajib dan sunah untuk mendapatkan keberkahan dari Sang Pencipta, sedangkan puasa gawai bertujuan untuk menenangkan batin. “Sebentar …. Menenangkan batin? Kamu kira saya gila?”

Perlu menjadi koreksi kita bersama bahwa menenangkan batin bukanlah perihal gila tidaknya seseorang. Orang yang waras pun membutuhkan ketenangan batin. Hanya pola pikir kita yang perlu dibenahi sejak kini.

Manfaat Dari Puasa Gawai

Kembali dengan puasa gawai, maksud dari tujuan puasa gawai tersebut yaitu, menghentikan segala aktivitas kita di dalam gawai, lebih tepatnya mengarah pada media sosial. Sering kali kita mendapati perasaan yang kurang mengenakkan secara tiba-tiba ketika melihat beberapa gambar kiriman dari teman online kita yang lewat di lini masa.

Perasaan yang tak enak tersebut awalnya kita abaikan begitu saja. “Ah, hanya seperti itu …. Biarkan saja.” Namun, lama-kelamaan perasaan dalam diri yang mudah terabaikan tersebut akan menumpuk dan menjalar menjadi penyakit hati lain yang lebih kompleks.

Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal semacamnya, puasa gawai hadir untuk menjadi salah satu obatnya. Artikel ini terinspirasi dari melihat kiriman di akun @mengheningkan.cinta. Akun tersebut aktif membahas buku yang bertajuk Mengheningkan Cinta karya dari Mas Adjie Santosoputo, praktisi mindfulness milenial.

Berikut akan disajikan beberapa manfaat yang dapat dicapai ketika puasa gawai dapat diterapkan dalam kehidupan dan dilakukan secara konsisten.

Menjadikan Dirimu Semakin Produktif dalam Kehidupan Nyata

Menyingkirkan kesibukan yang berada di dalam gawai memang sedikit sulit bagi siapa pun yang sudah terlalu kecanduan. Namun, perlu diingat bahwa melepaskan gawai memiliki sisi positif yang perlu kita sadari bersama-sama, yaitu dapat membuat kita lebih bisa beraktivitas di dunia nyata dan membuat segalanya menjadi produktif.

Berbagai kesempatan aktivitas yang kita lakukan―selagi bisa dikategorikan dalam konteks positif, akan berdampak baik pada kesehatan mental kita. Pikiran buruk yang selalu mengendap akan dengan begitu mudah terdistraksi dengan aktivitas-aktivitas yang kita jalani dalam kehidupan nyata.

Lebih Akrab dan Dekat dengan Keluarga atau Saudara

Sering kali kita mengacuhkan orang-orang terdekat kita dan cenderung memilih bermain gawai sepuas mungkin. Ada banyak hal yang sebenarnya ingin dingkapkan, tetapi kita lebih memilih untuk mengatakan, “Nanti saja, masih tanggung.”

Padahal, sejenak berhenti bermain gawai saja sudah ada dampak baik yang dirasakan. Salah satu halnya akan lebih bisa ada waktu untuk bercengkerama dengan orang-orang sekitar, seperti keluarga atau saudara.

Hal semacam itu akan lebih terasa oleh anak yang terbiasa merantau jauh dan sedang pulang ke rumah. Mengakrabkan diri dan berbagi cerita keseruan selama dia merantau ataupun suka duka yang ingin diungkapkan. Tentunya, makna kebersamaanya akan lebih hangat untuk dirasakan.

Baca Juga : Latihan Self-Acceptance

Kualitas Tidur akan Lebih Nyenyak

Tak dapat dipungkiri, ketika kita mendapati diri selalu overthingking, tentunya akan berdampak pada kualitas tidur. Istirahat malam menjadi sulit dikendalikan. Begadang, melamun, lalu berujung pada segala pertanyaan-pertanyaan diri yang belum mampu kita jawab.

Padahal, kita ketahui sendiri bahwa tidur malam sangat penting untuk kebugaran badan, kesehatan jiwa raga, serta membantu daya tahan tubuh lebih prima ketika sedang beraktivitas setiap harinya. Justru kita malah mengabaikannya dan tak mengontrol jam tidur malam yang baik.

Oleh karena itu, tidur memiliki peranan yang penting dalam pemulihan pikiran dan luka batin, terutama kesehatan mental yang ada indikasi terganggu dengan isi gawai pada media sosial.

Memberikan Ketenangan Jiwa dan Pikiran

Tak selamanya kamu harus turut ikut campur dalam kehebohan pada media sosial, perdebatan sengit antara dua kubu yang saling menyalahkan, atau menjadikan media sosial sebagai tumpuan segalanya. Kamu hanya perlu sikap yang bijaksana ketika berperan menjadi makhluk yang turut memakai teknologi modern.

Kalau kamu menginginkan segalanya menjadi urusanmu, bisa-bisa isi kepalamu tak cukup untuk menampung pikiran-pikiran yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu. Saringlah semua hal yang kamu rasa perlu menjadi prioritasmu. Menenangkan jiwa dan pikiran dengan cara menaruh gawai sejenak menjadi solusinya.

Membuat Pandangan Hidup Jauh Lebih Jernih dan Realistis

Terlalu asyik dalam mengoperasikan gawai membuat kita terlalu banyak berandai-andai atau mengkhayal tanpa adanya diimbangi dengan tindakan nyata. Melihat kabar online dari orang lain di media sosial hanya sebatas wishlist dalam benak.

Hal semacam itu membuat segala mimpi kita terhambat. Harusnya kita juga melangkah maju untuk menambah wawasan yang berkualitas. Sejenak berhenti bermain gawai juga akan memengaruhi cara pandang kita dalam menyikapi suatu persoalan dalam kehidupan.

Beberapa hal di atas dapat kalian jadikan referensi dalam kehidupan jika sudah merasa terhenti pada kondisi yang membingungkan. Kalian juga dapat menemui tips penyembuhan luka batin lainnya melalui laman Mizanstore.com lalu cari buku Mengheningkan Cinta karya Adjie Santosoputro ini.

Perlu kita tanamkan dalam diri bahwa hidup ini bukan perkara siapa yang menjadi pemenang, melainkan siapa yang mampu mengilhami sebuah proses yang terjadi di dalam kehidupan untuk bisa menjadikannya kesempatan baik di sela-sela tantangan.

Salam,

Anggit Pamungkas Adiputra

 

© Copyright - Bentang Pustaka