Tag Archive for: kambing dan hujan

Bentuk Toleransi dalam Islam yang Bisa Kita Praktikkan

Toleransi dalam Islam merupakan salah satu sikap sikap mulia yang mewujudkan nilai-nilai keislaman. Pasalnya, toleransi mengandung unsur saling menghargai sekaligus menghormati perbedaan. Nantinya, dua sikap tersebut akan membawa kita dalam perdamaian yang akan makin mempererat hubungan antarumat. Jadi, wajar kita mesti betul-betul mengusahakan toleransi, terutama sesama umat Muslim.

 

Meski satu keyakinan, Sobat Bentang pasti kerap menjumpai perbedaan dalam agama Islam. Yang paling sederhana deh, kadang merayakan hari raya Idul Fitri saja belum tentu bersamaan. Nah, untuk menyikapi hal tersebut, tentu sangat butuh toleransi dalam Islam bukan? Tidak mungkin kan kita terus bertengkar karena perbedaan-perbedaan yang ada. Berikut ada beberapa bentuk dari toleransi yang bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Toleransi dalam Islam

Secara harfiah, toleransi merupakan sikap menghargai antar manusia atas perbedaan yang ada. Selain itu, toleransi dapat pula berarti menahan diri dan bersikap sabar melihat perbedaan. Kehadiran toleransi memungkinkan seseorang untuk tidak gegabah dan mau menang sendiri dalam kehidupan sosial. Terlebih kita selalu diperhadapkan dengan perbedaan, baik itu agama, keyakinan, pendapat, dan lain-lain. Adanya toleransi dapat menekan konflik yang biasanya muncul karena keegoisan.

Sementara, toleransi dalam ajaran Islam memiliki makna lebih mendalam, yakni: kemudahan. Artinya, Islam memberikan kebebasan bagi siapa pun untuk menjalani sesuatu yang telah mereka yakini tanpa perlu mengusik kepercayaan orang lain. Makna toleransi ini menjadi dasar bagi umat Muslim untuk menghargai dan menghormati penganut agama lain. Bahkan, tak terbatas juga pada sesama umat Muslim dengan ajaran yang berbeda-beda.

Ingat untuk Berbuat Adil

Saat bicara toleransi, kita tak hanya berfokus pada sikap menghargai dan menghormati. Dalam toleransi, kita juga mesti berbuat adil alias tidak berat sebelah. Perbedaan ajaran atau hukum Islam tidak boleh membuat kita memperlakukan Muslim lain dengan tak adil. Misalnya, kita ramah pada sesama umat Islam yang satu ajaran dengan kita, tetapi bersikap acuh pada yang berbeda dengan kita. Ini tentu sangat tidak dibenarkan ya, Sobat Bentang.

Allah mengasihi setiap umat-Nya, maka kita pun semestinya melakukan hal yang sama bukan? Perbedaan ajaran bukan menjadi alasan untuk kita main hakim sendiri. Memegang teguh keyakinan Islam tak berarti kita bisa meremehkan ajaran yang lainnya. Justru karena adanya perbedaan hukum atau ajaran itulah, kita harus belajar untuk menerapkan toleransi. Sudah waktunya sesama Muslim bersatu, bukan terpecah-belah hanya karena perbedaan.

 

Baca Juga: Tiga Sebab Generasi Milenial Wajib Belajar Fikih!

Menghormati Prinsip dan Keyakinan Masing-Masing

Kembali lagi ke “pilar” penting dalam toleransi, yaitu menghormati. Munculnya berbagai hukum atau ajaran Islam yang berbeda tidak membuat kita untuk fokus ke mana yang paling benar. Sebaliknya, perbedaan itu nantinya akan membawa kita pada pemahaman untuk mau menghormati. Makin kita sanggup menghargai prinsip ajaran dan keyakinan Muslim lain, kian besar pula peluang untuk menciptakan kedamaian.

Konteks menghormati sendiri dapat kita perlebar menjadi kemauan untuk mau memahami. Itu artinya, sah-sah saja jika kita ikut belajar apa yang umat Muslim lain yakini. Dengan mencoba melihat dari sudut pandang berbeda, kita jauh lebih mudah mempraktikkan toleransi bahkan empati. Daripada memperdebatkan ajaran mana yang paling benar, sebaiknya kita membuka diri untuk diskusi demi mempererat kerukunan antarumat.

Toleransi dalam Islam pada akhirnya akan membawa kita melihat perbedaan hukum atau ajaran dengan lebih indah. Tidak ada perdebatan yang menimbulkan permusuhan, melainkan memunculkan kedamaian yang menenangkan. Sobat Bentang bisa nih mencontoh Mif dan Zia dalam buku Kambing dan Hujan. Keduanya merupakan pasangan dengan ajaran Islam berbeda, tetapi masih bisa akur. Kalau penasaran, coba deh baca sampai tuntas bukunya ya!

4 Langkah Bijak Menghadapi Perbedaan dalam Ajaran Islam

Adanya perbedaan ajaran dalam agama Islam tentunya sudah sering Sobat Bentang temui. Tak jarang nih, kita menemui teman atau relasi yang melaksanakan hukum Islam berbeda dari kita. Entah itu soal haram tidaknya sesuatu, jumlah rakaat saat tarawih, sampai tentang qunut. Kebayang nggak, dari satu agama yang ada, kenapa bisa muncul ajaran berbeda-beda begitu?

Ironisnya, perbedaan ajaran Islam yang ada sering kali menjadi perdebatan yang kurang perlu. Bukan cuma orang dewasa yang kerap mempermasalahkannya, anak-anak pun kadang menggunakannya sebagai bahan pertengkaran. Alih-alih menimbulkan perpecahan, bukankah sebaiknya kita menyikapi perbedaan dengan lebih bijak? Nah, berikut ini ada beberapa langkah untuk menghadapi perbedaan tanpa mesti saling tuding siapa lebih benar.

1. Memahami dan Menerima Bahwa Perbedaan Sejatinya Memang Ada

Sobat Bentang, perbedaan dalam ajaran Islam sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu. Jadi, sangat wajar jika masih kita temui hingga saat ini. Bahkan, perbedaan sendiri sebenarnya merupakan sunatullah. Baik itu perbedaan jenis kelamin, status sosial, suku bangsa, hingga opini ataupun penentuan hukum. Saat kita menyadari bahwa perbedaan memang semestinya ada, maka kita pun lebih mudah menerima perbedaan yang ada.

 

Kunci agar tetap tenang saat menyikapi berbagai perbedaan adalah kemauan untuk saling mengenal dan memahami. Kita boleh saja berpegang pada keyakinan ajaran sendiri, tetapi jangan pula menutup diri untuk mengenal ajaran lain. Pahami kenapa bisa muncul perbedaan dan tempat diri pada posisi umat lain. Dengan begitu, kita akan memiliki hati lebih lapang untuk memandang perbedaan ajaran yang ada.

2. Tidak Memegahkan Satu Ajaran Islam secara Berlebihan

Selanjutnya, kita juga mesti belajar untuk tidak terlalu memegahkan ajaran yang kita yakini secara berlebihan. Apalagi jika mesti sampai merendahkan atau meremehkan ajaran lain. Oleh sebab itu, penting untuk mau belajar tentang ajaran yang berbeda dari kita. Bukan untuk menggoyahkan apa yang kita yakini, melainkan sebagai media untuk berempati.

 

Dengan begitu, kita pun terhindar dari sikap mengagungkan satu ajaran. Meskipun berbeda, bukan berarti harus selalu berdebat bukan? Tidak ada salahnya sesekali mengobrol santai sambil mempelajari berbagai ajaran yang ada. Ingat, jangan pakai ngotot apalagi keras kepala ya. Anggap saja berdiskusi sebagai langkah untuk memperluas ilmu tanpa harus serta merta mengikuti ajaran yang berbeda.

 

Baca Juga: Perbedaan Pandang Hukum Islam itu Hal yang Wajar, Gausah Ribut!

3. Kemukakan Pendapat dengan Tepat

Nah, jika sudah ada kemauan untuk lebih terbuka pada perbedaan, poin selanjutnya ini penting loh. Saat terlibat dalam diskusi tentang ajaran Islam, ingatlah untuk mengutarakan pendapat dengan tepat. Hindari opini yang terkesan hanya memojokkan apalagi menjatuhkan umat lain. Diskusi bukan sebagai ajang untuk mencari mana yang benar ataupun mana yang salah.

 

Lewat obrolan sehat, perbedaan ajaran yang ada bisa kita lihat menjadi keragaman yang lebih indah. Opini yang bersahutan akan menggiring kita pada komunikasi sehat, tanpa mesti mendebat. Maka, pelan-pelan kita dapat lebih memahami kenapa masing-masing orang bisa memegang keyakinannya dengan teguh. Saat sudah berada pada titik ini, berbagai keragaman yang ada dalam Islam makin membuat kita mencintai Islam itu sendiri. 

4. Hilangkan Prasangka Buruk

Kenapa banyaknya ajaran Islam malah kerap memunculkan keributan yang tak kita inginkan? Mungkin salah satu alasannya adalah kebiasaan berprasangka kurang baik satu sama lain. Sebagai umat Islam, sering kali tanpa sadar kita melabeli atau memberi cap jelek ke umat lain yang menjalankan hukum berbeda dari kita. Kebiasaan inilah yang nantinya menumbuhkan prasangka kurang bagus.

 

Yuk, mulai belajar mengurangi atau bahkan menghilangkan prasangka jelek ke sesama umat Islam. Sekali lagi nih, tidak perlu mencari siapa yang paling benar. Sadari dan terima bahwa perbedaan memang semestinya ada. Tugas kita sebagai umat Allah adalah saling mengenal, memahami, serta mengasihi. Tidak usah diperdebatkan atau diributkan lagi ya.

 

Itulah tadi beberapa langkah bijak yang bisa kita praktikkan dalam menghadapi berbagai perbedaan pandangan Islam. Mungkin memang awalnya sulit kita praktikkan, tapi tidak ada salahnya mencoba untuk berubah. Keberagaman itu indah kok, sama seperti kisah perbedaan ajaran Islam yang tertuang dalam buku Kambing dan Hujan. Coba deh Sobat Bentang baca buku tersebut kalau ingin mendapat sudut pandang baru mengenai perbedaan!

Cinta Tanpa Restu, Gimana Ya Cara Menyikapi Masalah Ini?

Kondisi cinta tanpa restu orang tua ataupun keluarga pastinya sudah familiar kamu dengar. Meski dua insan tengah merasakan indahnya cinta, ketidaksetujuan orang tua akan menjadi batu ganjalan terbesar. Hubungan cinta yang semestinya membahagiakan berubah menjadi rumit. Jika sudah ada pada posisi ini, biasanya akan muncul “perang dingin” antara orang tua dengan pacar anaknya.

Apakah Sobat Bentang pernah mengalami peliknya cinta tanpa restu tersebut, apalagi andai sudah ada rencana buat menikah? Buat kamu yang tengah berada pada kondisi serba tak enak tersebut, coba deh baca ulasan singkat ini. Dalam menghadapi ketiadaan restu orang tua atas hubunganmu, kamu dapat menyikapinya lewat cara ini. Siapa tahu dapat kamu coba!

Tetap Tenang dan Tidak Gegabah

Saat orang tua tidak persetujuan atas hubungan cinta anaknya, si anak biasanya lekas tak terima atau malah marah. Apalagi kebanyakan orang tua juga enggan menuturkan alasan ketidaksukaannya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan hubungan orang tua dan anak jadi renggang. Bahkan, anak bisa kian masa bodoh akan sikap orang tua tersebut.

 

Oleh sebab itu, dibutuhkan ketenangan dalam menghadapi sikap orang tua. Baik kamu maupun pacar sebaiknya tidak langsung merespon dengan kemarahan. Alih-alih gegabah atau melawan, sebaiknya terima dulu saja sikap dan pilihan orang tua. Biarkan hati kalian sama-sama tenang dulu sebelum melakukan tindakan selanjutnya.

Berbincang dengan Orang Tua

Cinta tanpa restu bukan berarti menemui jalan buntu tanpa jalan keluar kok. Kala kamu mengamati kondisi sudah jauh lebih tenang, cobalah dekati orang tua perlahan. Pada kesempatan ini, sebisa mungkin jangan langsung singgung tentang pacarmu. Berbicaralah pelan-pelan sebelum menjurus ke sana.

 

Poin penting yang mesti kamu dapatkan dari obrolan ini adalah alasan orang tua kurang setuju dengan hubunganmu dengan pacar. Jangan sekadar mencari alasan, tetapi lebih dalam lah menggali emosi dan perasaan mereka. Dengan begitu, kamu memperoleh sudut pandang masalah dari sisi orang tua juga. Siapa tahu loh ada pertimbangan orang tua yang baik untuk kamu perhatikan.

Tidak Menutup Mata terhadap Cinta Tanpa Restu

Pikirkan pendapat orang tua, jangan asal tutup mata

Sumber: Freepik

 

Nah, selepas memahami perasaan dan mengerti pendapat orang tua, kamu dapat menentukan sikap berikutnya. Resapi, apakah alasan orang tua kurang menyukai pacarmu itu benar-benar demi kebaikanmu atau hanya ketakutan mereka saja? Ingat, ada kalanya firasat orang tua juga kuat. Jadi, jangan mudah abai pada alasan yang mungkin sedikit menjelekkan pacarmu.

 

Kuncinya tidak tutup mata alias terjebak dalam cinta buta. Bila memang ada sesuatu pada diri pacarmu yang kurang berkenan untuk orang tua, ya terima saja. Tanya ke dirimu sendiri, apakah kamu juga sebenarnya sependapat dengan mereka? Lalu, cermati juga apakah hal tersebut masih mungkin untuk pacarmu perbaiki atau tidak.

Baca Juga: Mengenal Jodoh dari Sudut Pandang Islam

Beri Pengertian ke Pacar

Pikiranmu akan menjadi lebih jernih setelah bicara baik-baik ke orang tua. Maka, kondisi cinta tanpa restu tersebut bisa jadi menemukan titik cerah. Setelah tahu akar masalahnya, kini waktunya kamu diskusikan ke pacar. Dalam posisi ini, jangan terkesan kamu berat sebelah ya.

 

Berilah pengertian sebaik mungkin ke pacarmu dengan menjelaskan sudut pandang orang tua. Salurkan empatimu sehingga pacarmu pun bisa ikut membayangkan posisi orang tua. Dengan begitu, kalian dapat bersama-sama memikirkan jalan keluar. Pastikan kamu dan pacar sudah ada pada kesepakatan sama sebelum bicara bersama ke orang tua ya.

Pelan-Pelan Libatkan Pacar ke Keluarga

Yang paling penting, jangan berhubungan secara sembunyi-sembunyi. Sekalipun masih belum mendapat restu, kalian masih punya kesempatan untuk mengusahakannya. Tunjukkan keseriusan kalian dengan pelan-pelan melibatkan pacar ke beberapa acara keluarga. Tidak perlu terlihat ingin melawan ketidaksetujuan orang tua, cukup hadir dan bersikap sopan.

 

Lagipula, orang tua mana ingin ribut dengan pacarmu kok. Ambil hati mereka perlahan, tidak perlu terkesan buru-buru. Apalagi jika kalian berencana menikah, sangat penting untuk tidak bertindak gegabah. Percaya saja, jika memang pacarmu adalah jodohmu, Tuhan pun pasti akan bukakan hati orang tua.

 

Itulah tadi beberapa langkah bijak dalam menghadapi cinta tanpa restu dari orang tua. Tentu saja itu bukan perjalanan mudah, namun yakinlah bahwa nantinya ada jalan keluar. Sobat Bentang dapat belajar juga dari kisah Mif dan Zia dalam buku Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan. Cerita kesabaran mereka dalam menghadapi ketidaksetujuan orang tua pasti bisa menginspirasimu. Yuk, buruan pesan sekarang!

© Copyright - Bentang Pustaka