Tag Archive for: Iksaka Banu

Pangeran dari Timur Ditulis Selama 20 Tahun

Novel Pangeran dari Timur merupakan karya fiksi berbasis kisah hidup pelukis Raden Saleh. Ditulis bersama oleh Kurnia Effendi dan Iksaka Banu, novel ini membutuhkan waktu 20 tahun dari tahun 1999 sampai tahun 2019. Ada dua panggung sejarah di dalamnya yaitu panggung Raden Saleh dan panggung orang-orang masa pergerakan. Menarik, bukan?

Keputusan mereka membuat novel bersama tentu ada banyak pengaruh dan hambatan, bahkan saling bertentangan antara gaya tulisan dan perspektif mereka yang berbeda. Tapi lambat laun mereka menjadi saling melengkapi.

Iksaka Banu menggunakan literatur semacam koran Belanda untuk mengetahui data Raden Saleh ketika sekolah di Belanda. Bahkan dalam menuntaskan kisah Raden Saleh, Kurnia Effendi pergi ke Belanda dan memastikan data faktual Raden Saleh sebagaimana yang telah mereka temukan di koran Belanda. Tidak mengherankan apabila novel Pangeran dari Timur digarap selama 20 tahun.

Siapakah Raden Saleh?

Raden Saleh adalah seorang pelukis brilian asal Indonesia beretnis Arab-Jawa. Beliau adalah pelopor seni modern Indonesia. Lukisannya merupakan perpaduan romantisme yang sedang popular di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang ciri khas lukisan Jawa

Mitosnya Raden Saleh ketika melukis makanan lalat akan datang. Ketika melukis bunga di kanvas, kupu-kupu tiba-tiba datang. Bahkan ada yang lebih ekstrem yaitu ketika Raden Saleh tidak terlihat sedang bersama-sama temannya lantas temannya menjemputnya di rumah. Ketika membuka pintu rumah, teman-temannya kaget karena melihat mayat di depan pintu rumahnya, padahal itu hanyalah lukisan mayat.

Sebegitu indah dan nyatanya lukisan beliau, sehingga terdapat banyak mitos di kalangan pegiat lukisan.

Bagaimana ya Kolaborasi antara Kurnia Effendi dan Iksaka Banu?

Proses penulisan yang sangat matang hingga mencapai lebih dari 1 dekade. Salah seorang penulis, yaitu Iksaka Banu, adalah peraih Kusala Sastra Khatulistiwa. Dia juga merupakan penulis dengan spesialis cerita bertema kolonial, sementara Kurnia Effendi adalah penulis fiksi kenamaan yang aktif berkegiatan di dunia literasi.

Perbedaan tersebut justru membuat Kurnia Effendi dan Iksaka Banu saling melengkapi. Keunggulan dari novel ini ditulis double plot dengan pembagian yang straight, Iksaka Banu menulis sejarah Raden Saleh dan Kurnia Effendi menulis plot masa pergerakan dengan menghadirkan nuansa pertengkaran yang dapat memancing emosi pembaca. Dan itulah yang menjadi tujuan mereka untuk membuat semacam vonis, siapa sih Raden Saleh itu? maka dibuatlah dua kubu pertentangan sehingga pembaca dapat menginterpretasikan sendiri, siapa Raden Saleh itu?

Kolaborasi keduanya membuahkan karya novel sejarah yang menarik dibaca!

Mahakarya Iksaka Banu dan Kurnia Effendi

Dua puluh tahun yang lalu, kisah Raden Saleh mulai mengalir dari jemari Iksaka Banu dan Kurnia Effendi.

Berawal dari sebuah sayembara penulisan skenario, Iksaka Banu mengajak Kurnia Effendi untuk duet menulis kisah perjalanan hidup Raden Saleh. Namun karena tenggat waktu yang tidak cukup, skenario yang sudah dirancang pun tidak jadi dikirimkan. Alih-alih melanjutkan skenario, mereka memutuskan menuangkan kisah Raden Saleh ke dalam bentuk novel. Tidak main-main, butuh waktu 20 tahun, lho, untuk menyelesaikan novel sejarah ini!

Siapakah Raden Saleh?

Raden

Raden Saleh
Sumber: wikimedia.org

Pangeran dari Timur bermula dari rasa penasaran Iksaka Banu dan Kurnia Effendi tentang siapa itu Raden Saleh. Raden Saleh atau yang dijuluki “Pangeran dari Timur” merupakan seorang maestro lukisan berdarah Jawa-Arab yang hidup pada era 1800-an. Beliau merupakan salah satu pelukis beraliran Romantisme yang saat itu sedang berkembang di Eropa.

Salah satu ciri khas Raden Saleh yaitu beliau biasa menyertakan gambaran dirinya pada setiap lukisannya. Beliau juga sering kali melukis adegan perburuan satwa liar. Namun, ada satu lukisan Raden Saleh yang berbeda dari lukisannya yang lain, karena tidak biasanya beliau menggambar lukisan sejarah. Lukisan itu tak lain dan tak bukan adalah “Penangkapan Diponegoro.”

“Penangkapan Pangeran Diponegoro” bercerita pengkhianatan Belanda terhadap Diponegoro. Keunikan dari lukisan ini yaitu cara penggambaran Raden Saleh. Di sana Pangeran Diponegoro dan pengikutnya tidak membawa senjata sama sekali. Jenderal De Kock menangkap Pangeran Diponegoro dalam keadaan tidak siap untuk berperang di bulan Ramadhan.

Raden Saleh menggambarkan sosok Pangeran Diponegoro yang tetap bersikap siaga dengan tangan kiri menggenggam tasbih.  Raden Saleh juga mengambarkan dirinya sendiri yang sedang menyaksikan peristiwa itu dengan sikap penuh empati.

Karya Duet Iksaka Banu dan Kurnia Effendi Terbit di Bulan Desember

Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857)
Sumber: jakartaglobe.id

Tidak lama lagi, sebuah karya 20 tahun dari Iksaka Banu dan Kurnia Effendi segera bergabung dalam jajaran buku Fiksi Dewasa Bentang Pustaka. Ada banyak kisah menarik dan rahasia-rahasia tak terduga yang terungkap dalam novel bertajuk Pangeran dari Timur ini. Kolaborasi ciamik dari Kurnia Effendi, ahlinya kisah romantis, serta Iksaka Banu yang ahli dalam meramu cerita sejarah tentu menjadikan Pangeran dari Timur menjadi novel sejarah yang menarik untuk disimak.

Sudah siapkah Sahabat Bentang menyambut kedatangan Pangeran dari Timur? Podcast tentang Pangeran dari Timur bisa didengarkan melalui Spotify dan Google Podcast.

© Copyright - Bentang Pustaka