Si Kecil Kecanduan Bermain Gadget, Perlukah Digital Detox?

Para ahli dari seluruh dunia menemukan cara untuk menolong anak yang sudah telanjur kecanduan gadgetnya, yaitu melalui digital detox. Apa, sih, digital detox itu? <p style="text-align: justify;">Zaman dahulu, pemandangan anak-anak kecil bermain di luar rumah dengan teman-temannya merupakan hal yang mudah kita temukan. Namun, pada era milenial ini tampaknya pemandangan itu hanya akan kita temui di pedesaan atau di permukiman padat penduduk saja. Apa yang sebenarnya terjadi pada anak-anak di Indonesia? Selain karena lahan bermain yang sudah beralih fungsi menjadi bangunan dan sarana publik, tampaknya penggunaan gadget di kalangan anak menjadi penyebab lain mengapa pemandangan anak-anak bermain dengan teman sebayanya tak bisa kita temui setiap hari.</p>

<p style="text-align: justify;"><em>Moms</em>, sebuah fakta mengejutkan ditemukan bahwa rata-rata anak-anak di Indonesia menghabiskan waktu selama 6 jam per hari menatap layar ponsel pintarnya. Itu berarti jika kita mempunyai waktu 24 jam dan 8 jam untuk tidur serta rata-rata menghabiskan waktunya di sekolah selama 8 jam, itu berarti anak Indonesia hanya memiliki waktu 2 jam untuk makan, bermain, dan menghabiskan waktu bersama keluarganya. Hmmm … coba bandingkan dengan waktu yang mereka habiskan untuk gadget, pasti sebagai orang tua, kita tidak mau, kan, waktu yang bisa mareka habiskan dengan kita malah mereka habiskan dengan menatap gadget mereka?</p>

<p style="text-align: justify;">Belum lagi efek yang ditimbulkan dari penggunaan gadget berlebih mulai dari hal-hal simpel seperti berkurangnya waktu bersama orang tua, berkurangnya waktu bermain, hingga hal-hal <em>complicated</em> yang cenderung mengerikan seperti <em>nomophobia, low bat anxiety, </em>ataupun<em> phantom vibration syndrome. </em>Banyak anak-anak di bawah lima tahun yang sudah begitu akrab dengan gadget (iPad, misalnya). Tak hanya terjadi di Indonesia, kondisi ini pun dialami hampir di seluruh dunia. Di Inggris, umpamanya, seorang anak perempuan berusia 4 tahun dilaporkan mengalami kecanduan iPad dan harus dirawat oleh psikiater. Bagaimana jika itu adalah si kecil, <em>Moms</em>? Apa yang akan kita lakukan sebagai orang tua yang anaknya mengalami kecanduan gadget?</p>

<p style="text-align: justify;">Dilansir dari kompas.com, anak-anak dengan kecenderungan kecanduan gadget akan sangat terikat dengan perangkat itu dan ingin selalu bermain tanpa henti. Perilaku kecanduan ini juga ditandai dengan perasaan kurang nyaman, gelisah, cemas, dan marah, bahkan mengamuk saat gadgetnya diambil. Jika si kecil di rumah sudah mengindikasikan gejala-gejala ini, sebaiknya sebagai orang tua kita patut waspada karena pasalnya bisa jadi si kecil sudah mulai mengalami kecanduan gadget yang bisa mengubah pola kehidupannya di rumah, seperti pola makan, pola tidur, pola bermain, hingga perilaku-perilaku destruktif seperti malas makan, bolos sekolah, enggan berbicara, dan lain-lain.</p>

<p style="text-align: justify;">Para ahli dari seluruh dunia menemukan cara untuk menolong anak yang sudah telanjur kecanduan gadgetnya, yaitu melalui <em>digital detox</em>. Apa, sih, <em>digital detox</em> itu? “Digital detox” merupakan program rehabiltasi “kecanduan” gadget yang didesain oleh Dr. Richard Graham dari Capio Nightingale Hospital, London. Namun, sepertinya <em>digital detox</em> ini membutuhkan biaya yang sangat banyak, <em>Moms</em>. Biaya <em>digital detox</em> selama 28 hari yang harus dibayar orang tua di Inggris saat anak-anaknya mengalami kecanduan gadget sebesar 16.000 pound atau sekitar 300 juta rupiah lebih. Wah, sangat mahal, ya. Lalu, apa nih, alternatif yang bisa kita lakukan?</p>

<p style="text-align: justify;">Buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya. Jika kita ingin si kecil lepas dari gadgetnya dan bersosialisasi dengan kehidupan nyatanya, kita sebagai orang tua harus memberi contoh kepada si kecil untuk tidak menggunakan gadget ketika <em>family time</em> sedang berlangsung. Apalagi, pemerintah sudah membuat program 18–21 tanpa <em>smartphone</em> di rumah yang bertujuan supaya orang tua di rumah lebih <em>aware</em> dengan keadaan si kecil. Selain itu, jika frekuensi bermain gadget sudah lebih dari 3 x sehari, hendaknya kurangi secara bertahap, ya <em>Moms</em>, karena jika secara langsung, anak akan memberontak. Misalnya, kurangi dari yang semula 3 x menjadi 2 x dan kurangi juga durasi bermain gadgetnya atau mungkin jangan kenalkan anak pada gadget sebelum waktunya ya, <em>Moms</em>. Namun, jika sudah telanjur jangan lupa berilah <em>reward</em> atau hadiah ketika anak berhasil mengurangi durasi bermain gadgetnya. O iya, jangan lupa selalu ciptakan <em>family time</em> yang menyenangkan di rumah untuk membantu si kecil melupakan keinginannya untuk bermain gadget. Dan, untuk memotivasi si kecil mengurangi aktivitas bersama gadgetnya, alangkah lebih baik jika <em>Moms</em> & <em>Dads</em> mengoleksi buku dari <a href="https://www.instagram.com/bentangkids/"><span style="color:#0000CD;">Bentang Kids</span></a> tentang Cerita <a href="https://mizanstore.com/pencarian/hasil_pencarian?kata_pencarian=cerita+anak+jagoan"><span style="color:#0000CD;">Seri Anak Jagoan</span></a> yang berjudul <a href="https://mizanstore.com/cerita_anak_jagoan_ketika_63714"><span style="color:#0000CD;"><em>Ketika</em> <em>Lala Bermain Gadget</em></span></a>. Selamat mencoba, <em>Moms</em>!</p>

<p style="text-align: justify;"> </p>

<p style="text-align: justify;">Diolah dari berbagai sumber.</p>

<p style="text-align: justify;">Sumber gambar : www.shutterstock.com</p>Larasati M

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta