Seperti Apa Gambaran Masa Depan yang Sebenarnya?
Pernahkah kamu mencoba sehari saja tidak terhubung ke internet? Pada zaman kini, atau millenials lebih sering menyebutnya zaman now, adalah hal yang tidak mudah untuk melepaskan diri dari internet. Berbagai hal yang menyokong kehidupan sehari-hari telah dipermudah dengan internet.
Berita terkini adalah tentang tutupnya gerai-gerai ritel, digital media dijadikan kambing hitam atas fenomena tersebut. Namun, benarkah digital media menjadi alasan utama? Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab secara holistik melalui berbagai pespektif. Namun, dalam tulisan ini yang menjadi sorotan adalah hadirnya digital media yang telah memberi dampak luar biasa pada peradaban manusia.
Masa depan adalah dunia digital. Pernyataan tersebut tentu masih dapat dibantah, tapi jika menilik tren yang ada saat ini—digitalisasi berbagai hal—pernyataan itu kini seakan menjadi semacam ramalan.
Lalu seperti apa gambaran masa depan yang akan dikuasai oleh dunia digital? Novel The Circle karya Dave Eggers memberikan gambaran cukup jelas mengenai ramalan tersebut.
Mae Holland, tokoh utama, begitu bahagia saat tahu dirinya diterima bekerja di perusahaan teknologi terbesar, The Circle. Ia takjub dengan lingkungan kerja di The Circle, segalanya ada di dalam perusahaan ini. Mulai dari makanan gratis, tempat rekreasi, tempat istirahat, ruang olahraga, fasilitas kesehatan. Singkatnya, lingkungan perusahaan ini seakan adalah kota kecill yang serba ada.
The Circle memperkenalkan pada dunia tentang keterbukaan informasi. Segalanya menjadi begitu transparan dengan kamera yang diciptakan oleh The Circle. Setiap orang di dunia memiliki akses untuk mengetahui secara langsung kehidupan orang lain di belahan bumi yang berbeda.
Pada awalnya, konsep keterbukaan ini begitu menarik. Kasus korupsi oleh pemerintah bahkan dapat diselesaikan dengan keterbukaan informasi. Konflik dan daerah tertinggal di belahan bumi lain juga dapat tertolong dengan adanya teknologi ini. Gambaran masa depan yang diinginkan, bukan?
Namun, seiring berjalannya waktu, Mae Holland menemukan fakta-fakta memilukan tentang keterbukaan informasi. Segala perubahan yang telah diciptakan The Circle tersebut bahkan telah membunuh sahabat Mae sendiri. Mae dihadapkan pada dilema dan keputusannya akan berpengaruh besar pada budaya masyarakat dunia.
Novel ini merupakan karya terjemahan yang diterbitkan kembali oleh Bentang Pustaka. Ceritanya begitu mengalir dan pembaca seakan dibawa ke dunia yang menjadi ramalan sekaligus impian orang-orang selama ini.
Meskipun termasuk dalam genre science-fiction, The Circle tidak hanya ditujukan untuk penggemar teknologi. Bumbu kisah persahabatan antartokoh serta konflik batin yang dialami Mae menjadikan novel ini layak dibaca berbagai kalangan.
Buku ini juga sangat realistis jika kamu ingin memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan karena pekembangan teknologi dan budaya masyarakat saat ini. The Circle adalah bacaan wajib bagi siapapun pada masa kini. Pernahkah kamu mencoba sehari saja tidak terhubung ke internet? Pada zaman kini, atau millenials lebih sering menyebutnya zaman now, adalah hal yang tidak mudah untuk melepaskan diri dari internet. Berbagai hal yang menyokong kehidupan sehari-hari telah dipermudah dengan internet.
Berita terkini adalah tentang tutupnya gerai-gerai ritel, digital media dijadikan kambing hitam atas fenomena tersebut. Namun, benarkah digital media menjadi alasan utama? Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab secara holistik melalui berbagai pespektif. Namun, dalam tulisan ini yang menjadi sorotan adalah hadirnya digital media yang telah memberi dampak luar biasa pada peradaban manusia.
Masa depan adalah dunia digital. Pernyataan tersebut tentu masih dapat dibantah, tapi jika menilik tren yang ada saat ini—digitalisasi berbagai hal—pernyataan itu kini seakan menjadi semacam ramalan.
Lalu seperti apa gambaran masa depan yang akan dikuasai oleh dunia digital? Novel The Circle karya Dave Eggers memberikan gambaran cukup jelas mengenai ramalan tersebut.
Mae Holland, tokoh utama, begitu bahagia saat tahu dirinya diterima bekerja di perusahaan teknologi terbesar, The Circle. Ia takjub dengan lingkungan kerja di The Circle, segalanya ada di dalam perusahaan ini. Mulai dari makanan gratis, tempat rekreasi, tempat istirahat, ruang olahraga, fasilitas kesehatan. Singkatnya, lingkungan perusahaan ini seakan adalah kota kecill yang serba ada.
The Circle memperkenalkan pada dunia tentang keterbukaan informasi. Segalanya menjadi begitu transparan dengan kamera yang diciptakan oleh The Circle. Setiap orang di dunia memiliki akses untuk mengetahui secara langsung kehidupan orang lain di belahan bumi yang berbeda.
Pada awalnya, konsep keterbukaan ini begitu menarik. Kasus korupsi oleh pemerintah bahkan dapat diselesaikan dengan keterbukaan informasi. Konflik dan daerah tertinggal di belahan bumi lain juga dapat tertolong dengan adanya teknologi ini. Gambaran masa depan yang diinginkan, bukan?
Namun, seiring berjalannya waktu, Mae Holland menemukan fakta-fakta memilukan tentang keterbukaan informasi. Segala perubahan yang telah diciptakan The Circle tersebut bahkan telah membunuh sahabat Mae sendiri. Mae dihadapkan pada dilema dan keputusannya akan berpengaruh besar pada budaya masyarakat dunia.
Novel ini merupakan karya terjemahan yang diterbitkan kembali oleh Bentang Pustaka. Ceritanya begitu mengalir dan pembaca seakan dibawa ke dunia yang menjadi ramalan sekaligus impian orang-orang selama ini.
Meskipun termasuk dalam genre science-fiction, The Circle tidak hanya ditujukan untuk penggemar teknologi. Bumbu kisah persahabatan antartokoh serta konflik batin yang dialami Mae menjadikan novel ini layak dibaca berbagai kalangan.
Buku ini juga sangat realistis jika kamu ingin memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan karena pekembangan teknologi dan budaya masyarakat saat ini. The Circle adalah bacaan wajib bagi siapapun pada masa kini.Afina Emas
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!