Perlunya Punya Sikap Bodo Amat Seperti Allan Karlsson

Apakah Bersikap Bodo Amat itu Perlu?

Allan Karlsson telah memiliki sikap bodo amat sejak kecil. Dalam karakter Allan, sikap bodo amat adalah saat Ia tidak ingin mencampuri urusan orang lain dan fokus terhadap dirinya untuk kenikmatan hidup. Ia memang terkenal menyebalkan, apalagi karena usia senjanya kini. Lelaki tua yang tinggal di Rumah Lansia itu kabur melalui jendela kamarnya tepat satu jam sebelum acara ulang tahun ke-100 yang juga akan dihadiri oleh walikota. “Lebih baik aku segera pergi selagi bisa” hanya itu yang ada dipikiran Allan. 

 

Kisah perjalanan Allan Karlsson dalam Novel 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window And Dissapeared sangat unik juga menarik. Sejak halaman awal buku ini, karakter tokoh Allan Karlsson sudah kuat sekaligus jarang ditemui. Bagaimana bisa mbah-mbah yang ada di dalam Rumah Lansia punya keinginan kabur dan menjelajah dunia tanpa tujuan yang pasti?

 

Semua itu bisa Ia lakukan karena Allan memiliki sikap bodo amat. Sikap bodo amat yang telah menjadi sifatnya sejak dahulu ini menjadi caranya untuk menikmati hidup, demi kebahagiaan yang Ia inginkan. Apalagi karena usianya telah kelewat tua dan sering dianggap hidup hanya menunggu ajal. Apa saja pentingnya punya sikap bodo amat seperti Allan?

Bersikap Bodo Amat Membuatmu Merasa Istimewa

Bagi Allan, menghilang pada ulang tahun ke-100 adalah hal yang istimewa. Melakukan suatu hal yang tidak pernah terpikirkan orang lain adalah upayanya menikmati hidup. Karena usianya itu, Ia seringkali merasa tak bahagia karena senantiasa dianggap tak bisa apa-apa dan hanya diam menunggu ajal. Dari Allan, kita bisa belajar bahwa salah satu cara agar merasa istimewa di tengah kondisi yang membuat kita senantiasa tak percaya diri adalah bersikap lah bodo amat. 

Sikap Bodo Amat Diperlukan Jika Ingin Menikmati Hidup 

Allan berhenti sekolah sejak usia 10 tahun, Allan pun akhirnya masuk dunia industri untuk bekerja. Dalam ingatannya, perbedaan pandangan antara Ibu dan Ayahnya dalam hal-hal yang saat itu belum Allan pahami membuat ia menghargai perbedaan pandangan dari setiap manusia. Allan juga tidak bodoh, ia suka membaca berita di perpustakaan umum di Flen, bisa menulis dan berhitung. Ia menikmati apapun dari segala minat dan potensinya, ia tak suka ribut-ribut. Falsafah hidup yang didapat dari mendiang Ibunya adalah “Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apapun yang terjadi, pasti terjadi.”

Bersikap Bodo Amat Mampu Melepaskan Beban dan Lebih Fokus pada Diri Sendiri

Rumah kecil milik Allan yang lama ditinggalkan di Yxhult itu berantakan. Genting-genting atap rumah sudah terbang dan berserakan di tanah, toilet depan rumah sudah roboh dan salah satu jendela dapur melambai-lambai tertiup angin. Allan tumbuh di rumah itu, tetapi rumah itu sudah terasa jauh. Dengan keahliannya, Ia pun meledakkan rumah itu. Baginya, sudah waktunya memutuskan hubungan dengan masa lalu dan melanjutkan hidup.

Novel terjemahan dengan bahasa dan kalimat yang mudah dipahami ini layak menjadi bacaan seru penuh petualangan yang cukup nyeleneh mengingat tokoh utama dalam novel ini, Allan Karlsson yang juga nyeleneh. The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window And Dissapeared merupakan mahakarya best seller internasional yang telah diangkat menjadi film dan masuk ke dalam nominasi Academy Award ke-88. Apakah Sobat Bentang juga ingin menjelajah dunia bersama sang kakek berusia 100 tahun ini juga? Bisa nikmati perjalananya dengan membaca buku asli terbitan Bentang Pustaka ini, ya!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta