Perjalanan Komunitas Membaca Raden Saleh - Bentang Pustaka

Perjalanan Komunitas Membaca Raden Saleh

MELUNCUR dan LUNTUR

Setelah dua puluh tahun berproses, akhirnya kami meletakkan pena. Novel Pangeran dari Timur yang kami tulis itu sudah dipinang sejak tahun 2006 oleh Gangsar Sukrisno selaku CEO penerbit Bentang Pustaka saat itu. Novel setebal 600 halaman dengan ilustrasi sampul menggunakan sketsa karya Adisuta itu terbit bulan Februari 2020 dan diluncurkan dua kali dalam waktu selang seminggu. Kami merancang agenda itu dengan gembira, antusias, dan berharapan panjang. Saat itu kami bekerja sama dengan seorang pelukis, Widi S. Martodihardjo dari Ubud, yang kini berpindah mukim berikut studionya ke Piyungan Yogya untuk melanjutkan pendidikan S-2.

Pangeran dari Timur (selanjutnya PdT) meluncur pertama kali untuk majelis pembaca pada Sabtu, 7 Maret 2020 di Rumah Raden Saleh yang berada dalam kompleks RS Cikini, Jakarta Pusat. Pilihan tempat itu sangat kontekstual dengan tokoh utama novel kami: Raden Saleh Syarif Bustaman. Kapasitas gedung tua yang membutuhkan perawatan cukup serius sebagai warisan budaya itu hanya cukup untuk 60 orang sehingga undangan kami pilih secara cermat. Mereka adalah orang-orang terdekat dalam kehidupan kami dan tinggal di Jakarta, juga yang memiliki kaitan erat dengan proses penulisan, sekaligus tokoh sastrawan. Peluncuran kedua sepekan kemudian, Sabtu, 14 Maret 2020 dilaksanakan di Museum Bank Indonesia, Kota Tua, Jakarta dengan menghadirkan 150 orang termasuk yang mesti mendaftar. Atas kebaikan direktur museum BI saat itu, kami mendapatkan fasilitas sejak tempat hingga paket makan siang bagi semua undangan termasuk tur museum.

Di dua lokasi tersebut, Widi melakukan demonstrasi melukis seturut petikan novel yang dibaca. Sayangnya, dua paket kegembiraan itu serentak disambut berita bencana global yang membuat daftar acara untuk meluaskan pengaruh novel PdT langsung pupus. Sejak Minggu, 15 Maret 2020 Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI mengumumkan instruksi tentang pemberlakuan larangan dan pembatasan keluar rumah (kuncitara alias mengisolasi diri) bagi semua warga Jakarta dan sebagian besar kota di Indonesia karena wabah Corona (Covid-19). Dampaknya, seluruh agenda penyiaran keliling PdT dibatalkan demi keamanan dan kesehatan bersama. Tanpa harus menerbitkan air mata, kami merasa nelangsa. Sebulan-dua, enam sampai dua belas bulan, akhirnya benar-benar dua tahun kami mengalami patah hati panjang yang tidak dapat menyalahkan siapa pun.

Dalam niaga perbukuan, toko-toko tutup dan bergiat secara daring. Siapa yang bisa melihat leluasa PdT di rak buku? Satu semester kemudian, buku-buku yang lambat penjualannya dikembalikan kepada penerbit sehingga timbunan novel PdT hanya menghuni gudang Bentang Pustaka. Alih-alih berpikir tentang promosi dan diskusi, kekhawatiran lebih mendominasi kehidupan kita yang tercekam berita kematian bertubi-tubi melalui berbagi media siaran.

MUASAL – MOTIVASI

Gagasan membentuk kelompok membaca (reading group) novel Pangeran dari Timur berawal dari pertemuan antara kami sebagai penulisnya (Iksaka Banu dan Kurnia Effendi) juga penyuntingnya (Endah Sulwesi) dengan Wien Muldian dan Kanti W. Janis (dua pendiri Perpustakaan BacaDiTebet). Menempati Ruang Temu Roy BB Janis, pada petang 14 Juni 2022, tercetus upaya membangkitkan kembali peminatan para pembaca fiksi sejarah. Kami memiliki materi yang sangat memadai, yakni sebuah novel yang secara lengkap menceritakan perjalanan hidup maestro pelukis Hindia (Indonesia) abad ke-19 yang menurut Prof. Dr. Werner Kraus (peneliti Jerman) sebagai Bapak Pelukis Indonesia Modern yang kemudian menjadi judul buku-meja-kopinya: Raden Saleh, Awal Seni Lukis Modern Indonesia (Goethe Institut, 2012).

Tersedia tempat yang relevan untuk memperkenalkan Raden Saleh melalui novel itu di perpustakaan yang sangat terbuka untuk berbagai kegiatan literasi, yakni BacaDiTebet. Tempat itu sangat memadai karena mendukung dan saling kait antara penulis dan pembaca, terdapat kafe yang menyediakan makan dan minum, bahkan kamar bagi yang hendak menginap/tinggal sementara—seumpama ada tamu datang dari luar kota atau melakukan residensi.

Banyak narasumber di sekitar kita. Selain kami, ada pustakawan, berderet pula sastrawan dan sejarawan, pegiat literasi dan tokoh keilmuan lain yang bersedia menjadi mitra acara klub membaca. Belakangan, narasumber itu datang dari berbagai bidang kecakapan dan keminatan yang memberikan keluasan pengetahuan sekaligus keterampilan sebagai hadiah/bonus acara “Membaca Raden Saleh”.

Hal utama yang mendasari keputusan langkah di atas adalah batalnya sederet rencana awal, antara lain: Festival Raden Saleh sepanjang April 2020 di Bogor; Perbincangan novel PdT di sejumlah tempat, mulai dari Jakarta (M Bloc), Bandung (Gedung Indonesia Menggugat), Yogya dan Solo (Bentara Budaya), Semarang (Kota Tua), Den Haag (Tong Tong Fair), Denpasar (Pekan Raden Saleh di Bentara Budaya Bali) yang berkesinambungan sejak Mei hingga Oktober 2020.

Lantaran kondisi kehilangan pemicu dan pihak penerbit saat itu belum sepenuhnya melaksanakan kegiatan perkenalan, maka ketika pagebluk berangsur mereda, gerakan “Membaca Raden Saleh” (MRS) kami mulai.

JADWAL yang BERTUMBUH

MRS#1 – 23 Juni 2022

Kami menyelenggarakan “Membaca Raden Saleh” (selanjutnya MRS) yang pertama pada Kamis, 23 Juni 2022 di Perpustakaan BacaDiTebet. Berlangsung pukul 18.30 hingga 21.00 WIB dengan peserta 35 orang hadir fisik. Dilaksanakan secara hibrida melalui tatap muka dan Zoom sehingga sejumlah peserta di luar kota dan luar negeri dapat mengikuti. Kami membaca Bab “Rumah Dansa”. Pembaca saat itu antara lain: Nana Riskhi Susanti (pembaca puisi terbaik ASEAN, 2016), Debra Yatim, Diadjeng Laraswati (melalui Zoom), Fathansyah, Danny Yatim, Magdalena Sitorus, dll. Bertindak sebagai pewara: Yuli Andyono.

MRS#2 – 15 Juli 2022

Berikutnya kelompok membaca PdT diundang mengisi acara Bulan Sastra Perpustakaan Jakarta (menyusul peresmiannya oleh Gubernur DKI pada 7 Juli 2022). Jadwal kedua berlangsung di Aula Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin – Taman Ismail Marzuki pada Jumat, 15 Juli 2022 pukul 14:00 hingga 16:00 WIB. Bab yang dibaca “Senja Terakhir di Cikini” dilanjutkan dengan wisata jalan kaki mengunjungi rumah Raden Saleh di RS Cikini. Peserta mencapai 118 orang. Pemandu acaranya—yang lucu dan segar—Felix Nesi (penulis novel Orang-Orang Oetimu, pemenang sayembara novel DKJ 2018). Pembaca pada hari itu antara lain: Irma Susanti Irsyadi (pendiri Nulis Aja Dulu dari Bandung), Antoinette Loedi, Asmariah Supriyadi (dari TBM Temon Yogya), Shantined, dll.

MRS#3 – 6 Agustus 2022

Jadwal ketiga, kami diundang mengisi acara Festival Jali-Jali Jakarta (Jakarta Literasi – Jakarta Literari). Acara berlangsung di Gedung Sarana Square, Tebet, Jakarta Selatan pada Sabtu, 6 Agustus 2022 pukul 14:00 – 16:00 WIB. Peserta dibatasi 40 orang sesuai kecukupan ruangan. Bab yang dibaca adalah “Awal Dendam dan Hidup yang Terbelah”. Awi Chin, novelis baru Indonesia, menjadi pemandu acara. Pembaca pada kesempatan itu antara lain: Inggita Notosusanto, Aryani Tina Sitio, Stebby Julionatan, Rita Nainggolan, dll.

MRS#4 – 18 September 2022

Pada jadwal keempat, kelompok membaca PdT keluar dari Kota Jakarta. Bogor sebagai kota yang sangat karib dengan kehidupan Raden Saleh di awal karier dan hari tuanya menjadi pilihan. Tempatnya pun di Gedung Eks Karesidenan Bogor yang pernah menjadi tempat penangkapan dan interogasi Raden Saleh oleh Pemerintah Kolonial Belanda lebih seabad silam karena tuduhan pemberontak. Acara diselenggarakan pada Minggu, 18 September 2022, sejak pukul 13:00 hingga 17:00 WIB. Peserta lebih dari 70 orang. Bab “Kuda Pacu dan Bagal” sepanjang 24 halaman dalam buku itu memberi kesempatan paling banyak pembaca daripada sebelumnya. Mereka antara lain: Ecka Pramita, Jane Ardaneshwari, Nurul Najmi, Maemunah Sudjangi, Yuni Agus, Annis Diniati, Sarita Diang (dari Surabaya), Umi Hikmawati, Sisi Hayati, Shalihah Prabarani, Anggraeni Rani Adityasari, Dwiati Novita Rini, Renata Anggraeni, dll. Usai acara pembacaan, sekitar 50 peserta melanjutkan ziarah ke makam Raden Saleh di Batu Tulis menaiki dua angkutan Uncal (kendaraan wisata Kota Bogor). Uniknya, panitia terdiri atas pemuda-pemudi usia 12 hingga 18 tahun yang dibina oleh Silih Asah Bogor (Tia Ayu) dan Kelompok Reka (Ersta Andantino). Anak-anak muda itu pula yang menjadi pemandu acara: Yosca, Fafa, dan Fattah.

MRS#5 – 15 Oktober 2022

Selanjutnya kami melancong lebih jauh, acara MRS dilaksanakan di Aula Sekretariat IKA UPI, Vila Isola, Bandung pada Sabtu, 15 Oktober, pukul 11:00 – 13:00 WIB. Kami bekerja sama dengan Kelompok Literasi Nulis Aja Dulu (NAD) dengan peserta sekitar 50 orang. Bab yang dibaca “Rendezvous”, dilanjutkan dengan “rendezvous” di Braga Permai (Maison Bogerijen), Jl. Braga Bandung malam harinya. Bertindak sebagai pemandu acara: Irma Susanti Irsyadi yang menggunakan cara lempar-tanya untuk memilih pembaca. Namun, sebagian peserta sengaja tidak menjawab pertanyaan agar bisa menjadi pembaca. Tamu istimewa pada kesempatan itu antara lain: Hermawan Aksan (wartawan Tribun Jabar, penyelia NAD, penyunting, sastrawan), Gangsar Sukrisno (mantan CEO Bentang Pustaka, penerbit yang melahirkan novel PdT), Hasan Sobirin (sejarawan Bandung), Ali Muakhir (pengarang cerita anak, penerima penghargaan MURI), Senny Alwasilah (Dekan FIB Unpas), Windy Marthinda, Nuri Suharto, Kanti W. Janis, dll.

MRS#6 – 13 November 2022

Bulan November MRS dilaksanakan di Museum Multatuli, Rangkasbitung, Lebak, Provinsi Banten. Acara diselenggarakan pada Minggu, 13 November 2022, pukul 10:00 – 13:00 WIB. Kami membaca Bab “Studio Kruseman”, yakni tempat Raden Saleh belajar melukis di Den Haag, Belanda atas beasiswa yang diusulkan Van der Capellen dan Reinward. MRS bekerja sama dengan Kelompok Pemuda Lebak Berprestasi. Sebagai hadiah, peserta mendapat kesempatan berkeliling Museum Multatuli dengan narasumber langsung kepala museumnya, Ubaidillah Muchtar. Luar biasa dan beruntung, atas “undangan” Yusuf Mukhlis (mantan Direktur Kantor Berita Antara), Bupati Lebak Dr. Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE, MM. hadir dan bahkan membacakan beberapa alinea. Pembaca lain adalah para penggiat literasi Lebak, Peter Setiawan, Maria Lapian, Nurina Widagdo, dll. Bertindak sebagai pewara: Nazwa Yuliana.

MRS#7 – 10 Desember 2022

Jadwal ketujuh kami “kembali” ke Jakarta, MRS dilaksanakan di Museum Bahari, Jakarta Utara. Dihadiri sekitar 60 peserta, berlangsung Sabtu, 10 Desember 2022, pukul 10:00 hingga 13:00 WIB. Bab “Kembali ke Jawa” yang dibaca menceritakan pelayaran Raden Saleh pulang ke tanah air dan kapalnya bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Sesudah acara, para peserta berkeliling Museum Bahari dan naik ke menara syahbandar (mercusuar). Icha Avrianty dengan segar dan mengalir memandu acara, mempersilakan Bu Misari (Kepala Museum Kebaharian) sebagai pembaca pertama, dilanjutkan tamu-tamu jauh dan istimewa: Yusrizal KW (Padang), Jenny Seputro (Wellington), Mahwi Air Tawar (penyair asal Madura), Bamby Cahyadi (manager lapangan Upnormal), Vincentia Anna (pengelola perjalanan wisata). Di situlah dimulai acara seru perang-buku (book war): setiap orang membawa satu buku untuk ditukar satu buku lain dengan berebutan diiringi musik dan tarian.

Putaran pertama di tahun 2022 selesai, tetapi jadwal tidak berhenti. Rupanya para peserta MRS yang sebagian menjadi pecinta mati-matian (die harder)—selalu hadir di mana pun dilaksanakan—terus memperoleh kawan baru. Kelompok membaca kami meraih jaringan dan lingkaran pertemanan yang lebih luas, beririsan satu sama lain komunitas. Dari setiap pengumuman yang mereka siarkan melalui media sosial selalu disambut gairah oleh selain yang setia, juga para peminat baru. Pemesan novel Pangeran dari Timur bertambah seiring meningkatnya jumlah anggota. Penerbit Bentang Pustaka mulai mendukung setiap bulannya dengan sumbangsih buku-buku untuk hadiah dan pengganti biaya peninjauan lokasi.

MRS#8 – 14 Januari 2023

Kami mengawali putaran “Membaca Raden Saleh” di Ruang Apung Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok. Berlangsung pada Sabtu, 14 Januari 2023, pukul 10:00 sampai 13:00 WIB. Kami membaca Bab “Malam Tahun Baru” dengan gaya dramatic reading, setiap halaman dibaca oleh lebih dari seorang dengan mengatur pembaca narasi dan tokoh-tokoh yang berdialog. Para pembaca yang bermain: Kepala Perpustakaan UI, Ary Aristo dari Mizan Film, Danny Yatim, Yudhi Widdyantoro, Indah Ariany, Budi Gunarti, Putriavianta Ferdy, Yulis Nurlaely, dll. Acara seru itu dihadiri 134 peserta, termasuk Salman Faridi selaku CO Bentang Pustaka. Diawali dengan penjelasan mengenai kain batik oleh Sisie Dimetra Macallo dan cara berkain oleh Endah Sulwesi, acara diakhiri dengan perang-buku dan kunjungan ke Perpustakaan UI. Stebby Julionatan menjadi pemandu acara. Pada perhelatan itu kami mengundang gerai kopi Kastara milik Chairunnisa.

MRS#9 – 11 Februari 2023

Kali ini kami masuk ke wilayah kantor media massa. Gedung Tempo di Palmerah terpilih sebagai tempat berhelat kelompok baca PdT. MRS berlangsung dengan sebagian menempati kursi berkeliling sebagian lainnya duduk lesehan, berlatar kantor kerja pengolah warta yang hari itu masih ditinggalkan pekerjanya pasca-pandemi. Acara hari itu menarik karena diawali dengan pengetahuan dan keterampilan meracik kopi oleh Daroe Handojo, seorang coffee grader, pemilik Noozkav dan penyedia kopi di Rumah Sagaleh Kebayoran. Lebih istimewa, hadir dan pembaca pertama: Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro (mantan Mendikbud 1993-1998). Pembaca berikutnya antara lain: Nabiha Shahab, Debra Yatim, Farah Rachmat, Heriyanto Yang, Titik Kartitiani, dll. Yudha Iqbal, penanggung jawab keanggotaan pembaca majalah Tempo, menjadi pewara. Bab yang dibaca: “Paris dan Kesunyian”.

MRS#10 – 12 Maret 2023

Mengapa bab “Romansa Braga” sangat mengesankan? Karena dipertunjukkan sebagai drama singkat oleh Ratna Ayu Budhiarti sebagai Ratna Juwita dan Cep Bani memerankan Syafei. Besutan sutradara F. Seachna Jaladri mendapat sambutan meriah di Kafe Restorasa Kota Garut—benar, jauh di luar Jakarta—pada Minggu, 12 Maret 2023. Dimulai pukul 10:30 berakhir pukul 15:00 WIB, dilanjutkan wisata kota berkeliling tempat bersejarah Garut, seperti permakaman para menak dan tokoh penting Garut sejak masa kolonial, sekolah dan gedung-gedung petilasan zaman Belanda—dengan pemandu Darpan Winangun. Tamu istimewa antara lain: Acep Zamzam Noor dan Kidung Purnama (keduanya penyair dari Tasikmalaya), Ujianto Sadewa, dan Oky Lasmini Sastrawigoena cucu Laksminingrat—tokoh perintis pendidikan kaum perempuan di Garut. Lily menjadi pewara.

MRS#11 – 8 April 2023

Tibalah bulan Ramadan, tetapi kegiatan MRS tidak berhenti. Jauh hari sudah mengatur rencana dan melaksanakannya di Kafe Sastra Balai Pustaka, Jl. Bunga, Matraman. Sabtu, 8 April 2023, waktu acara berbeda dengan biasanya, yakni sesudah Asar hingga tiba Magrib, diakhiri dengan berbuka puasa bersama. Achmad Fachrodji sebagai Direktur Utama Balai Pustaka, dikenal pakar dan penggemar pantun, membuka dengan pantun sebelum bercerita ringkas mengenai perjalanan Balai Pustaka hingga bangkit dan semarak sejak lima tahun yang lalu. Dipandu oleh Danny Yatim, kami membaca Bab “Pemberontakan dan Penangkapan”. Diramaikan lomba pantun yang diikuti 10 peserta, acara diakhiri dengan peninjauan keliling Balai Pustaka untuk melihat semua perbendaharaan buku bersejarahnya sejak awal 1800-an.

MRS#12 – 13 Mei 2023

Bulan Mei kelompok pembaca PdT berhelat di Galeri Cemara milik Ibu Toeti Heraty, budayawan, penyair, dan dosen. Kami membaca Bab “Penangkapan Dipanegara” yang didahului dengan penjelasan Iksaka Banu mengenai lukisan Nicolaas Pieneman dan Raden Saleh untuk gambar yang sama dengan sudut pandang dan nada bertolak belakang. Sebelum pembacaan, Ibu Ananda Moersid memaparkan perjalanan batik di Indonesia dengan tajuk “Re-invention of Tradition”. Dipandu pewara Debra Yatim, para pembaca hari itu berpasangan naik panggung, antara lain: Heru Susanto, Fakhriyah Ilyas, Oly Aisah, Budi Suryadi, Sandra Macallo, Sayyaf (usia 12 tahun), sampai Piere (seorang frater). Sehabis perang buku yang selalu seru, kami melakukan kunjungan ke museum-galeri yang dipenuhi lukisan para perupa maestro Indonesia (Mochtar Apin, Salim, Affandi, Basuki Abdullah, Otto Jaya, Srihadi, Ahmad Sadali, AD Pirous, Hendra Gunawan, dll). Acara yang dimulai pukul 10:00 berakhir dengan makan laksa di kedai museum hingga lewat pukul 14:00 WIB. Salman Faridi (CEO Bentang Pustaka hadir berbagi hadiah) dan meski telat, Aminuddin Th Siregar (calon doktor sejarah seni rupa sejak masa Raden Saleh di Universiteit Leiden) muncul menyalami kami.

MRS#13 – 17 Juni 2023

Di bulan Juni, MRS berulang tahun yang pertama. Dua belas bulan berlalu sudah. Berkat terkait dengan keinginan Wali Kota Bogor membuat Museum Raden Saleh di lantai puncak Gedung Perpustakaan Kota Bogor yang baru, kelompok pembaca PdT mendapat kesempatan menggunakan Aula Sri Baduga. Semua diatur oleh Marrisa—Kabag Arsip Bogor. Kami membaca Bab “Ke Eropa Lagi” yang dimulai oleh Rudiana (Kadispusip Bogor) dilanjutkan Yanki Hartijasti, Ace Sumanta (budayawan Bogor), Safarina (dari Manado), Abay Rahmat, dll. Ulang tahun dirayakan dengan tiup lilin kami berdua sebagai penulis PdT. Acara berlangsung Sabtu, 17 Juni 2023 dimulai pukul 10:00 hingga pukul 13:00 WIB dipandu oleh dua pewara: Rani Aditya dan Astrid Wahono. Sebelum usai, Bima Arya (Wali Kota Bogor) menyempatkan diri berfoto dengan para peserta MRS. Puncak acaranya jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor mengunjungi Tugu Raffles dan permakaman Belanda dengan penjelasan sejarah para tokoh kolonial oleh Iksaka Banu. Di Kebun Raya pula para peserta saling bertukar kado.

MRS#14 – 15 Juli 2023

Tempat pilihan berikutnya adalah Museum Pustaka Tionghoa Peranakan di BSD, Tangerang. Karena tempatnya berupa ruko, terbatas untuk maksimum 40 orang, maka kami menggunakan tenda di halaman parkir untuk menampung 70 orang dan museumnya dikunjungi secara bergiliran. Sabtu, 15 Juli 2023, sejak pukul 10:00 acara dimulai, dipandu oleh Peter Setiawan. Rini Intama (penyair) membaca puisi “Cio Tao” (adat perkawinan Cina Benteng yang sampai saat ini masih dilakukan), sebelum Azmi Abubakar, pemilik museum pustaka tersebut memaparkan sejarah Tionghoa peranakan di Indonesia. Azmi asli Aceh yang tergerak mendirikan museum itu sejak 2011 karena terpicu peristiwa kelam 1998. Kami membaca Bab “Hari yang Salah”, dimulai dari Azmi, Irena Maria Magdalena, Sarah, Susan Misero, dll. Sesudah itu kami melakukan perjalanan mengunjungi tiga bangunan bersejarah: Masjid Jami Kalipasir (abad ke-16), Vihara Boen Tek Bio, dan Museum Benteng Heritage sebelum berwisata kudapan di Pasar Lama hingga hari jatuh senja.

MRS#15 – 12 Agustus 2023

Lembaga di bawah Kemendikbudristek, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berlokasi di Rawamangun menjadi tuan rumah penyelenggaraan MRS pada Sabtu, 12 Agustus 2023. Acara berlangsung di Aula Gedung Dharma Badan Bahasa. Pada kesempatan itu, kami menghadirkan Shahandra Djuanda (cucu Ir. H. Juanda—pahlawan nasional mantan Perdana Menteri RI) untuk menyampaikan “kuliah” Deklarasi Djuanda (1957). Acara dimulai pukul 10:00 hingga 14:00 WIB, kali itu dilengkapi dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya (dipimpin Tetty, kepala SMP di Bogor). Sebelum pembacaan Bab “Orang-Orang dari Negeri Matahari Terbit”, Narima Berryl membaca puisi karya Chairil Anwar berjudul “Krawang-Bekasi”. Peserta yang berbusana tradisi aneka daerah mengikuti lomba Agustusan. Hadir dan membaca: Sekretaris Badan Bahasa Hafidz Muksin (kini menjadi Kepala Badan Bahasa), Ibu Noorwati (putri bungsu Ir. H. Djuanda), Pasha, Monica Syafitri, dan Natasha Anindita. Pasangan muda Dany Albattawy dan Elisa Nur Utari menjadi pemandu acara. Sejumlah penulis menyerahkan buku karya mereka ke Perpustakaan Badan Bahasa saat kunjungan pustaka. Acara dilengkapi tumpengan dan mengundang tukang es podeng untuk minuman segar bersama.

MRS#16 – 16 September 2023

Handoko Hendroyono selaku tuan rumah memberikan sambutan saat MRS diselenggarakan di Pos Bloc, Pasar Baru. Bab yang dibaca adalah “Buah Tangan dari Batavia” terkait dengan latar Passer Baroe. Sebelum acara dibuka, para peserta mengawali dengan, senam tari “Maumere” dan “Rungkad”. Jadwal hari itu dilengkapi dengan perang buku, pembagian hadiah lomba mingguan di WAG. Setelah itu para peserta melakukan wisata jalan kaki berkeliling kawasan Weltevreden, dimulai dari Gedung Kesenian Jakarta, Kantor Freemason yang kini menjadi Kantor Kimia Farma, Museum Kathedral, berakhir di Masjid Istiqlal dengan pemandu sejarah gedung: Ir. Yakob. Tidak dapat dipisahkan dari kudapan, acara bebas mereka menyebar ke Pasar Baru dipandu Merry Srifatma Dewi.

MRS#17 – 21 Oktober 2023

Menyesuaikan dengan bulan peletakan batu pertama nasionalisme melalui Kongres Pemuda ke-2 tahun 1928, MRS dilaksanakan di Gedung Museum Sumpah Pemuda. Gedung itu dihibahkan pemiliknya kepada Pemerintah RI tahun 2021. Pada bulan bersejarah itu, ditampilkan penggesek biola muda, Christy Larastian yang memainkan lagu Indonesia Raya karya WR Soepratman disusul Tanah Airku karya Ibu Soed. Violis itu keponakan Dwiati Novita Rini yang menjadi pewara berpasangan dengan Renata Anggraeni. Bab “Menuju Neraka” yang dibacakan berkisah mengenai tokoh-tokoh nasionalisme yang dikirim ke Digul. Kunjungan museum yang dipandu Eko Septian Saputra, disambung dengan jalan kaki menuju Gedong Joang di Menteng 31. Puncaknya, acara bebas di toko perangkat gerabah Kedaung.

MRS#18 – 18 November 2023

Mungkin ini pembacaan novel paling unik setelah selama 17 kali memilih tempat yang tidak bergerak. Atas ide Asmariah, kelompok pembaca PdT menyelanggarakan pembacaan Bab “Insulinde Park” di dalam bus Hiba dari Jakarta ke Cirebon. Ecka Pramita dan Linda CNN menjadi pemandu acara sepanjang jalan. Usai pembacaan, waktu yang tersisa digunakan untuk saling bercerita, dilanjutkan lomba karaoke yang dimenangi Raditya (bocah 9 tahun), Elisa, dan Danny Yatim. Setiba di Cirebon, persinggahan pertama adalah rumah makan empal gentong Krucuk. Tujuan kedua, kami berwisata sejarah di Keraton Kasepuhan Cirebon sebelum belanja wastra di pusat batik Trusmi. Menjelang perjalanan pulang, kami mampir ke tempat oleh-oleh khas Kota Cirebon.

MRS#19 – 16 Desember 2023

Museum ANRI Jl. Gajah Mada Jakarta menjadi lokasi acara MRS dengan memilih Bab “Pameran Kolonial di Bois de Vincennes”. Seiring menyambut perayaan Natal bagi kaum Kristiani, tema busana dimeriahkan warna merah dan hijau. Acara dibuka pewara dari Bandung, Windy Marthinda, kemudian disambut Ibu Artha sebagai tuan rumah. Mustari Irawan, mantan Kepala Museum ANRI yang dikenal sengan nama Irawan Sandhya Wiraatmaja sebagai penyair, membacakan dua buah puisi. Roosie Setiawan, seorang pegiat literasi berbagi pengalaman mengenai “membaca nyaring” yang digunakan untuk mendorong daya baca di kalangan anak-anak. Setelah acara pembacaan dengan para anggota baru seperti: Daryumi dan siswanya, Isson Khoirul wartawan kawakan, juga para narasumber hari itu, berlanjut dengan pembagian hadiah untuk para pemenang sejumlah lomba yang berlangsung dalam kelompok WA sepanjang sebulan. Acara ditutup dengan kunjungan museum yang memamerkan gambar dan riwayat Bung Karno di gedung emoat lantai. Arena luar ruang yang instagramable menjadi sasaran foto pribadi dan bersama.

MRS#20 – 13 Januari 2024

Pada bulan Januari, sebagai pembuka tahun putaran ketiga, dibacakan Bab “Arus Deras”. Arus hasrat, arus nasionalisme, arus perubahan yang mungkin menjadi titik tumpu masalah demi masalah berikutnya dalam novel PdT. Tempat acaranya di Perpustakaan Nasional, Jl. Medan Merdeka Selatan yang berkapasitas 190 orang. Dua narasumber berbagi pengalaman mengenai perjalanan literasi masing-masing yakni Asmariah Supriyadi dari TBM Temon Yogyakarta dan Herlina Mustikasari ketua GPMB (Gerakan Pembudayaan Minat Baca) Tangerang Selatan. Setelah perang buku, wisata perpustakaan dilakukan secara mandiri, boleh pilih tempat yang diminati. Pewara: Budi Suryadi dan Melia Haruko.

MRS#21 – 17 Februari 2024

Museum Layang-Layang di Pondok Labu menjadi pilihan tempat untuk membaca Bab “Keris Kiai Naga Siluman”. Endang Ernawati, sang pemilik museum, menjadi narasumber yang bercerita mengenai sejarah dan alasan berdirinya tempat koleksi pribadi layangannya, diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika pada 21 Maret 2003. Bertindak sebagai pewara: duet dua guru Ruri Pramodawardhani dan Yuyum Daryumi Atmaja. Bonus setelah pembacaan antara lain: membuat dan menggambari layang-layang; berlomba cepat tepat tentang layang-layang, buku, dan film yang diikuti lima kelompok dipandu Danny Yatim; tur museum.

MRS#22 – 2 Maret 2024

Pembacaan Bab “Rumah di Beatrix Boulevard” berlangsung di ruang tengah Kantor Penerbit Obor, Jalan Plaju, Jakarta Pusat. Juinita Senduk menjadi pewara. Jauza Imani membacakan petikan novel karya Moctar Lubis. Kartini Nurdin memaparkan perjalanan Yayasan Obor Indonesia yang didirikan Mochtar Lubis, Jacob Oetama, Goenawan Mohamad, dkk. Magdalena Sitorus menjelaskan perihal perempuan penyintas 65 yang telah ditulisnya dalam beberapa buku. MRS diramaikan dengan Cepat Tepat tentang buku dipandu Peter Setiawan. Pada kesempatan itu pula diumumkan Asmariah Supriyadi sebagai pemenang logo MRS. Ada sejumlah kawan baru: Leila S. Chudori, Ivan Lanin, Za’idatul Uyun Akrami (dari Sumbawa), dan Gunawan Wijaya, selain Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro yang hadir untuk kedua kalinya setelah di Gedung Tempo.

MRS#23 – 20 April 2024

Dalam memperingati Hari Kartini, klub baca novel PdT melaksanakan acara di Museum Tekstil Tanah Abang, Jakarta. Tema busana kebaya bagi perempuan dan kemeja putih barkain bagi pria. Bab “Menjual Kenangan” dibacakan terutama bagi peserta baru dengan pewara Vivid Sambas. Debra Yatim memperkenalkan RA Kartini dengan interaktif disambung penjelasan Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro yang pada usia 90 tahun di bulan Juni akan menerbitkan buku tentang Kartini 1.500 halaman. Peter Carey hadir ikut menguatkan perihal penangkapan Diponegoro di novel PdT. Setelah peserta lomba membaca surat-surat Kartini, dipimpin Susan Sandi Misero, agenda ditutup dengan tur museum dipandu oleh Budi Suryadi.

MRS#24 – 11 Mei 2024

Berlangsuung di Gedung Candra Naya Glodok, MRS kali ini sembari memperingati tragedi Mei 1998. Pewara Imelda Naomi memandu acara dengan penjelasan Andre Hutama mengenai sejarah Candra Naya disusul Dr. Bondan Kanumoyoso perihal Geger Pecinan. Diselang-seling dengan pembacaan puisi bertema 1998 oleh Narima Berryl, Sabila, Rustini, Renata Anggraeni, dll. Acara seperti biasa dimulai pukul 10:00 hingga 13:00 WIB dengan membaca Bab “Arah Angin” oleh sejumlah peserta baru seperti Phing Har (komikus), Putri Amaranila, Evelyn Ghozali, Windy Marthinda (dari Bandung), dan lain-lain. Bonus acaranya berupa jalan-jalan ke Kelenteng Tia Se Bio dan Gereja Santa Maria de Fatima, berakhir di pusat kuliner Petak Enam dipandu Peter Setiawan.

MRS#25 – 23 Juni 2024

Ruang Teater Museum Sejarah Fatahillah Kota Tua menjadi tempat berlangsung pembacaan Bab “Titik Awal”. Tidak lupa, kami tiup lilin ulang tahun kedua klub baca PdT. Bertindak sebagai pewara: Gunawan Widjaja. Narasumber JJ Rizal memaparkan tentang sejarah Jakarta yang berulang tahun ke-496. Dalam episode ini tema busananya tradisi Betawi atau tahun 1920-an. Dea Amanda menari Betawi di panggung sebelum acara pembacaan. Lomba membaca cerpen Betawi dan lomba sketsa dengan objek gedung museum meramaikan acara. Bonusnya pemilihan busana terbaik pria dan wanita. Acara diakhiri dengan tur museum.

MRS#26 – 14 Juli 2024

Kembali klub baca PdT melakukan muhibah, kali ini ke Bandar Lampung. Rombongan Jakarta sebanyak 38 peserta naik bus Big Bird, empat yang lain menggunakan mobil pribadi. Mereka berangkat Sabtu pagi, 13 Juli dari parkiran Stasiun Tebet menuju Merak, dilanjutkan naik kapal feri jalur ekspres, kemudian melakukan kunjungan wisata ke berbagai tempat: Pantai Keduwarna, Bakso Sony, toko oleh-oleh Hai Toms, Masjid Agung Alfurqon, berakhir dengan makan malam di Diggers sembari mendengarkan sekaligus terlibat live music. Minggu tanggal 14 Juli, berangkat dari penginapan Wisma BPMP, peserta MRS Jakarta menuju Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung untuk melaksanakan agenda utama. Diawali pemaparan sejarah Lampung oleh Ir. Anshori Djausal, M. T. dengan moderator Iin Zakaria. Bab “Pulang” dibaca oleh Anshori Djausal, Nelliawaty (pustakawan), Arman AZ, dan Udo Karzi (budayawan Lampung), wakil Komunitas Penulis Muda Lampung, Adiono dari Busa Pustaka, Helmi Fauzi (penggemar dan penjual buku), wakil Komunitas Tapis Kopi dan Buku. Diakhiri dengan menonton film dokumenter berbahasa Lampung di Teater Museum Lampung. Bertindak sebagai pewara adalah Putriavinta dan Jauza Imani. Semua peserta gembira sejak berangkat hingga pulang. Selaku tuan rumah, Jauza Imani dan Iin Zakaria melaksanakan dengan baik.

MRS#27 – 10 Agustus 2024

Museum Mandiri menjadi tempat perhelatan pembacaan Bab “Puri Rosenau”. Sekalian merayakan HUT RI ke-79, kami mengundang dua violin jalanan (Andika dan Rizki) untuk memainkan lagu “Indonesia Raya” dan “Tanah Air”, selanjutnya mereka mengamen sejumlah lagu yang dinyanyikan beramai-ramai di pengujung acara sebelum tur museum. Narasumber Hendrik E. Niemeijer (sejarawan dan penulis asal Belanda) bicara tentang sejarah Batavia. Bertindak sebagai pewara: Susan Misero. Kali ini kegiatan MRS diramaikan dengan bazar plus pameran dokumentasi foto dan poster sejak MRS pertama, juga hasil lomba sketsa. Kegembiraan dan keharuan berpadu di antara hadirin yang melampaui jumlah 120 orang—rekor dari semua MRS. Diawali oleh Fajar (Kepala Museum Mandiri), pembaca yang mendapat giliran adalah kawan-kawan baru, termasuk Husin dan A Hui (ayah beranak yang tinggal di Jerman).

MRS#28 – 14 September

Sesuai dengan tempatnya di Sanggar Teater Populer, bab yang dibaca adalah “Marionette”, istilah teater boneka yang lazim dimainkan dengan tali di jemari dalam pertunjukan. Narasumber Slamet Rahardjo Djarot menyampaikan sejarah perjalanan Teater Populer yang didirikan oleh Teguh Karya. Mengapit acara Membaca Raden Saleh, ditampilkan permainan gitar oleh Didy Dyahtri dan akordion oleh Edmay Solaiman (istri mendiang Hengky Solaiman), serta pembacaan petikan novel Badai Pasti Berlalu oleh Ratna Ayu Budhiarti. Bertindak sebagai pewara: Ellya Soraya.

MRS#29 – 19 Oktober

Bagi kami tiada yang aneh ketika acara MRS berlangsung di Gereja Sion. Menempati area ibadah misa pula. Tidak bermasalah bagi mereka yang terhimpun dalam klub baca PdT karena menghargai kebhinekaan Indonesia. Acara dibuka dengan penjelasan seorang wanita pendeta mengenai gereja tersebut. Bertindak sebagai pewara: Margaretha Lina Prabawanti dan Daffa. Bab yang dibaca adalah “Singa dari Mysore”. Kali ini Isna Marifa, penulis novel Sapaan Sang Giri menyampaikan perihal perbudakan oleh kolonial Belanda yang berlangsung di Afrika Selatan. Sangat relevan karena Gereja Sion sebagai gereja tertua di Batavia, dibangun oleh Portugis, tempat menyimpan para budak. Imelda Naomi sempat memainkan orgel seiring tur gereja yang dipandu Yahya, staf dinas kebudayaan Kemendikbud. Selalu ada pembaca baru yang ditampilkan termasuk Narendra, Abigail, dan Irwan Zubir.

MRS#30 – 9 November

MRS berlangsung di Museum Kebangkitan Nasional yang juga dikenal dengan nama STOVIA yang pada tahun 1908 menjadi tempat berdirinya Organisasi Boedi Oetomo. Jauh dari Amsterdam, Joss Wibisono, penulis asal Indonesia yang tinggal di Belanda menjadi narasumber yang menceritakan perihal perlawanan pemuda Indonesia di Eropa, di antaranya Hatta. Bab yang dibaca adalah “Pertengkaran” tentang nasionalisme di tahun 20-an. Pasha menjadi pewara dan Christy Larastian memainkan biola untuk mengiringi dua lagu pembuka: “Gugur Bunga” dan “Indonesia Pusaka”, keduanya masih bersekolah di SMA. Prof. Wardiman Djojonegoro untuk keempat kalinya hadir dalam acara kami, tetapi tentu tidak ikut book-war yang seru. Para pembaca di antaranya: Joss Wibisono, Christy, Tommy, Laveta Pamela, dan Mr. Aart Verburg. Acara ditutup dengan tur museum.

MRS#31 – 14 Desember 2024

Profesor Manneke Budiman sebagai narasumber menyampaikan topik “Sastra dan Kekuasaan” dipandu pewara Narima Beryl. Bertempat di Auditorium Gedung IV Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, episode yang kami baca adalah “Cianjur”. Dihadiri sekitar 90 peserta, berseru riang dengan book war—rebutan buku. Kami meminta para kawan baru untuk membacakannya halaman demi halaman, antara lain: Riyana Rizki, Imam Muhtarom, Kerry, dan Endang Purwani.

MRS#32 – 18 Januari 2025

Mengawali tahun 2025, MRS berlangsung di Rumah Danar Hadi di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat. Persiapannya cukup panjang dan sangat detail karena pihak Danar Hadi ingin menyelenggarakan fashion show yang diikuti oleh 10-15 anggota terpilih melalui seleksi ketat. Peragawati dan peragawan itu adalah: Yanki Hartijasti, Nanisa, Emi Suy, Nani Yugo, Budi Suryadi, Marrisa, Alex, Stebby, Elisa, Ecka Pramita, dan Tinna Ling. Para peraga catwalk dilatih oleh Gunawan Widjaja, musik dikompilasi oleh Silvia. Pada kesempatan itu Indah Marsaban berceramah tentang “Kebaya Menuju UNESCO”. Pewara Vincentia Anna mengajak para peserta baru membaca Bab “Sepasang Cawan Anggur”, antara lain: Fajar (marketing manager Danar Hadi), Cinta Lita (dari Houston), Poppy, Oktavianus Masheka, dan paling seru Joseph (ayah Patty). Titik Kartitiani yang hari itu berulang tahun, dirayakan bersama.

MRS#33 – 8 Februari 2025

Pertama kalinya kami memilih rumah dan galeri seorang pelukis legendaris yang sudah diwakafkan kepada negara, yakni Museum Basoeki Abdullah di Fatmawati Jakarta Selatan. Kami membatasi kehadiran 80 orang karena aulanya tidak terlalu besar. Pada kesempatan itu, narasumber Asmujo Jono Irianto (dosen FSRD ITB) sebagai kurator nasional menyampaikan perihal seluk-beluk kerja kuratorial seni rupa. Menyesuaikan tempatnya, kami menyelenggarakan lomba gambar untuk anggota MRS dengan tema Basoeki Abdullah yang dimenangi oleh: Diva, Santi dan Andes, Ietje S. Guntur, Titik Kartitiani, dan Daniel. Bab “Biro Buitenzorg” dibaca oleh antara lain: Asmujo, Luthfi sebagai kepala museum, Diva, Andi Widjanarko, Ellya, Panca Irianti. Pewara seorang alumnus FSRD Trisakti: Nike Singawinata. Bonus acara ini adalah tur museum.

MRS#34 – 15 Maret 2025

Sungguh istimewa, acara MRS di bulan Ramadan yang berlangsung di Griya Gus Dur (dahulu disebut Wahid Institute) diisi “kuliah” mengenai toleransi oleh dua narasumber: Rieke Diah Pitaloka (artis, politisi, anggota DPR, intelektual) dan Inaya Wahid (putri bungsu Gus Dur, aktivis). Dalam forum itu kami memahami Gus Dur lebih dalam sebagai humanis yang pengaruhnya terus bergelombang melalui Gusdurian. Kami memilih Irena Tjahjadi sebagai pewara. Acara ditutup dengan pembacaan satu halaman Bab “Huis van de Liefde” oleh Inaya Wahid. Kami mengakhiri pertemuan dengan berbuka puasa bersama, makan nasi Madura sumbangan dari Patty sebagai perayaan ulang tahun ayahnya.

MRS#35 – 12 April 2025

Setelah Bogor, Depok, dan Tangerang, kami menyelenggarakan MRS di Museum Bekasi sebagai bagian dari Jabodetabek, menempati amfiteater luar ruangan. Kami membaca Bab “Korban Pertama”. Bertindak sebagai pewara: Yulis Nurdiana dan Dinda. Kami memilih narasumber Petrik Matanasi untuk memaparkan sejarah perjuangan warga Bekasi di masa kemerdekaan. Kami sekalian melaksanakan halal bihalal karena baru saja merayakan Idulfitri di awal bulan. Pembacaan selalu mengutamakan kawan baru, antara lain: Laris Naibaho, Yudiati Kuniko, Anastasia, dan Arief Ashshiddiq. Sebelum tur museum, ada selingan main lempar pisau di halaman.

MRS#36 – 10 Mei 2025

Bulan Mei yang memiliki sejarah kelam, tepat sekali memilih narasumber Usman Hamid (Direktur Eksekutif Amnesti Internasional Indonesia) untuk bercerita kesaksiannya tentang peristiwa tragedi 1998. Museum Taman Prasasti yang menjadi pilihan tempat merupakan permakaman masa kolonial Belanda, di situ terdapat makam Soe Hok Gie, aktivis kritis yang meninggal muda. Heriyanto Yang menjadi pewara, kami membaca Bab “Surat-Surat dari Pengasingan”. Dibacakan antara lain oleh Ita Siregar dan Grace dari Balige.

Masih ada sembilan bab yang tersisa. Dalam agenda sudah terdaftar: Juni di Perpustakaan Narapuspitan milik Riza Perdanakusuma di Yogyakarta, Juli di Gedung Antara Heritage Pasar Baru, Agustus di Teater Salihara Pasar Minggu, dan September di rumah Rieke Diah Pitaloka di Depok.

INDUK yang BERBIAK

Demikian perihal perkembangan acara Membaca Raden Saleh yang dijalankan pembaca novel Pangeran dari Timur terus bergulir dengan peminat penuh semangat. Mereka memerlukan tempat untuk bergiat yang tidak dikenakan biaya—dengan kata lain bekerja sama dalam penyelenggaraan. Peserta umum dengan cara mendaftar sesuai kecukupan tempat, tidak dikenakan biaya kecuali bila ada kunjungan ke suatu tempat yang harus membayar karcis dan biaya kebersihan. Kudapan disiapkan dengan cara botram (potluck) berbagi antaranggota—apabila tuan rumah tidak mentraktir.

Di luar yang kami sangka, lahirlah kegiatan “Jalan-Jalan Menteng” dengan pemandu yang bercerita mengenai sejarah kawasan elite Jakarta tersebut, yakni Danny Yatim dan Budi Suryadi. Kunjungan ke rumah Raden Saleh dan ziarah ke makam Raden Saleh rupanya memicu ide tur sejarah kawasan tertentu. Diawali dengan gratis kemudian berkembang menjadi berbayar bagi pemandu.

Kami memberi kesempatan bagi anggota klub baca PdT yang berpotensi untuk mengajar. Dimulai dengan kelas menulis memoar oleh Nuria Soeharto, kelas sketsa oleh Aderina Annisa, public speaking oleh Peter Setiawan, cerita anak oleh Imelda Naomi, sampai kelas merajut bersama Rustini. Kami juga membuatkan kelas untuk pelatihan penyuntingan dengan mentor Anton Kurnia. Kedua penulis Pangeran dari Timur juga membuka kelas penulisan cerpen dan fiksi sejarah. Semua berlangsung perdana di BacaDiTebet, sebagai tempat kelahiran klub baca PdT. Apa yang terjadi kemudian? Lahirlah Komunitas Rajut Ceria yang semula hanya enam orang menjadi 120 anggota—lebih banyak anggota dari luar MRS—dan makin eksis. Lahir pula SketsBar, komunitas bagi para sketser, penggambar spontan dengan objek lokasi yang mereka kunjungi bersama.

Untuk sebuah komunitas yang dikerumuni oleh para penggemar buku, kami tidak menyusun kepengurusan resmi, semua berkembang alamiah dan selalu ramai WAG diisi dengan percakapan saling-silang aneka tema. Kami bertiga (Banu, Kef, Endah) tidak memberlakukan pembatasan dialog kecuali dua hal: politik dan agama. Sesekali melintas topik politik dan agama sebagai pengetahuan, tentu tidak dilarang. WAG yang saban ditinggal beberapa jam bisa berisi lebih 500 chat, cukup mengherankan. Namun, mereka rata-rata mengaku betah karena akhirnya menjadi semacam keluarga yang diikat pertemuan sebulan sekali dengan membaca satu bab dari novel PdT, sementara bonus yang didapat dari narasumber sangat bermanfaat.

Akhirnya, lupa pada pertemuan keberapa, Endah Sulwesi disebut sebagai Bu Lurah. Mungkin karena beberapa hal menyangkut koordinasi acara ditumpukan kepadanya. Dan sebenarnya, kami bertiga memang yang “paling repot” dalam mempersiapkan agenda bulanan. Umumnya enam bulan MRS ke depan sudah dipikirkan, disurvei, dan dicari narasumber yang cocok. Pembacaan bab pun tidak berurutan, tetapi lebih pada kecocokan lokasi yang dikaitkan dengan materi cerita. Secara demokrasi, kami membuka kesempatan usulan tempat dan narasumber untuk ditindaklanjuti dan biasanya dibuat panitia kecil sebulan menjelang pelaksanaan untuk koordinasi. Untuk memperingan dan berbagi tugas, kami meminta Aryani Tina Sitio sebagai bendahara, Elisa Nur Utari sabagai Humas, serta Peter Setiawan sebagai Admin dan Kuis Berhadiah.

Banyak kawan—baik yang di dalam maupun di luar komunitas MRS—merasa heran, melihat atau merasakan hubungan kelompok ini begitu solid dan hangat. Bukan berarti tidak pernah bertengkar, namun seperti halnya sebuah keluarga, friksi tidak untuk saling membenci. Banyak manfaat untuk mengembangkan jaringan bagi masing-masing anggota, saling mendukung untuk berbagai kepentingan, dan sekian kali kami membuat acara sempalan: nonton film bersama (Hanung Bramantyo, Lola Amaria, Agung SentausaJoko Anwar), diskusi topik tertentu, menonton konser (Kla Project, Ananda Sukarlan), dan hiburan Cak Lontong. Kesimpulannya: sebuah grup pembaca novel (Pangeran dari Timur) memiliki karakter dan pertumbuhan yang unik. Seharusnya dapat diikuti dengan klub pembaca yang lain.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta
Shopee bentangofficialshop

Tokopedia Bentang Pustaka
Shopee mizanofficialshop

Jogja
Akal Buku
Buku Akik

Malang
Book by Ibuk

Bondowoso
Rona Buku

Jakarta
Owlbookstore
Tangerang Selatan
Haru Semesta

Wilayah Toko Tautan
Jabodetabek Novely Young
Rangkai Kata
Jawa Barat Calia Buku
Jawa Tengah Tukubooks Group
Cintai Otakmu Books
Jawa Timur Owlbookstore