Musim Semi Bahagia Ala Orang-Orang Biasa

https://college-homework-help.org/

Adakah yang merasa istimewa atau diistimewakan dari kehidupan sehari-hari yang orang lalui? Jika Anda bukan Pangeran Arab Saudi atau anak Raja Grosir online macam Ali Baba, rasanya tak ada yang istimewa. Akan tetapi, tunggu dulu, benarkah anggapan seperti itu? Apa sebetulnya yang berbeda ketika orang lahir dan hidup dalam keadaan biasa saja dengan mereka yang tajir melintir?! Semua hal material yang terikat dengan anak yang lahir berkecukupan pasti serba berbeda dengan mereka yang cukupan saja, atau bahkan kekurangan. Akan tetapi kekurangan materi saja tidak bisa jadi ukuran bahwa orang-orang akan hidup kurang bahagia.

Barangkali, sebagai ironi, masih kita ingat dengan jelas bagaimana aktor paling lucu, setidaknya menurut saya, yang setiap filmnya selalu saya nikmati, Robin Williams, meninggal dalam keadaan depresi.  Mereka yang menghibur banyak orang dengan karyanya bahkan tidak bisa membuat dirinya lebih bahagia. Teramat sering, banyak seniman, begitu besar pergulatan dalam dirinya sejak dalam proses kreatif sehingga kerap menimbulkan pikiran-pikiran negatif tentang mengakhiri hidup secara tragis. Kurt Cobain, Michael Jackson, Keith Flint, dan Jim Morrison termasuk dalam liga ini.  Padahal, dibandingkan orang-orang biasa, hidup mereka setidaknya bertabur banyak kemudahan. Sekurangnya tidak perlu ruwet memikirkan besok mau makan apa.

Jadi, bahagia tidak selalu hadir dalam mode otomatis ketika keberlimpahan menyertai. Seorang penulis travel, yang memiliki minat spesifik berkunjung dan mencatat negeri-negeri paling bahagia yang diknjunginya, mencantumkan negara berkembang cenderung miskin sebagai negara yang penduduknya paling bahagia.  Dalam Geography of Bliss, Eric Weiner menjerumuskan kita dalam anggapan yang sepenuhnya baru: ada banyak kejutan kebahagiaan muncul di tempat tak terduga!

Kawan-kawan saya yang mengklaim diri mereka millennial sering kali mengekspresikan kebahagiaan sesederhana melahap semangkuk mie instan dengan telor ; direbus atau digoreng cuma soal selera. Dalam perjalanan saya ke pelosok pulau di Timur Jawa misalnya, sering saya dapati wajah-wajah penuh bahagia mereka yang  tinggal dalam lingkungan geografis yang menantang. Sebagai catatan, jika Anda pesepeda aktif, perlu kombinasi chainring paling kecil dan sprocket paling besar untuk mencapai tempat-tempat ini.  Tragisnya, selagi saya anggap tanjakan itu begitu curam, banyak si Mbah dengan santainya berjalan penuh tenaga dengan tumpukan rumput, tak jarang kayu bakar, menjulang di belakang punggungnya.

Orang-Orang Biasa sebetulnya luar biasa. Dari mereka kita meminjam mata baru untuk selalu melihat banyak perspektif berbeda. Orang-orang biasa adalah cermin betapa perjuangan dan keluh kesah dalam gemerlap keringat seringkali menjadi sebab kebahagiaan. Barangkali ini juga yang sering diungkap dalam kebijaksanaan kuno yang kerap paradoksal-diametral; kebahagiaan yang sesungguhnya muncul dari ketakmelekatan. Kekayaan adalah menihilkan rasa keberpunyaan, sedemikian sehingga tak seorang pun bisa mencuri lagi darimu.

Simak kisah terbaru Andrea Hirata, Orang-Orang Biasa, yang akan rilis pertengahan Maret 2019 ini. Cek tautannya di www.mizanstore.com Mari membaca dan jangan lupa bahagia.  (Salman Faridi, penulis 50 Kisah tentang Buku, Cinta, dan Cerita-Cerita di Antara Kita, pegiat buku yang hobi gowes dan saat ini tinggal di Yogyakarta)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta