Mitologi Burung Bangau Pengantar Bayi, Begini Kisah dan Maknanya

Mitologi burung bangau pembawa bayi manusia terkenal di benua Eropa, Afrika, Amerika hingga wilayah Timur Tengah. Mitologi hewan yang populer jadi dongeng ini punya beragam versi kisah yang menarik untuk diikuti. Apalagi, kisah bangau pembawa bayi manusia pernah diangkat dalam film animasi The Storks (2016). Berdasarkan kisahnya, bangau dan bayi manusia punya hubungan spesial. Bagaimana kisah legenda bangau dan bayi manusia?

Burung Bangau Melambangkan Kebahagiaan 

Sahabat Bentang pernah dengar cerita legenda Jepang yang mengatakan bahwa siapapun yang berhasil membuat 100 hingga 1000 origami burung bangau  maka keinginannya akan terkabul? Atau burung bangau yang dilambangkan sebagai pengabul umur panjang dalam Fengshui Mandarin? Di berbagai dunia, bangau memiliki karakteristik dan filosofi yang beragam. 

Lambang atau simbol burung bangau memiliki makna yang positif yakni tentang kebahagiaan. Karakter burung bangau yang dikenal sebagai burung yang setia terhadap sarang dan pasangannya. Secara fisik, burung bangau berukuran besar dengan sayap dan warna bulu yang indah. Mereka juga dikenal canggih karena saat terbang menerapkan prinsip aerodinamis, dengan kepala dijulurkan ke depan dan kaki didorong ke belakang untuk menghemat energi dan memaksimalkan udara.

Apa Hubungan Burung Bangau dan Bayi Manusia?

Di Jerman, bayi yang baru lahir dilambangkan dengan burung bangau. Banyak pernak-pernik bermotif hingga berbentuk bangau menghiasi rumah kediaman sang bayi. Berbeda dengan Jerman, warga Prancis percaya bahwa jika ada sarang bangau di atap rumah adalah tanda bahwa seseorang akan hamil. Dongeng yang menceritakan legenda bangau pembawa bayi manusia juga terkenal di Belanda dan sering menjadi dongeng pengantar tidur bagi anak-anak. 

Dongeng bangau pembawa bayi manusia lalu diantar ke manusia juga populer di Amerika Serikat. Bahkan, jadi inspirasi bagi layanan pos Amerika Serikat untuk memunculkan layanan pengiriman bayi atau anak-anak melalui pos. Layanan ini populer pada tahun 1913 hingga 1920-an.

Asal Mitologi Burung Bangau Pengantar Bayi

Mitologi burung bangau pengantar bayi terkenal sebagai mitologi Yunani Kuno. Namun, seputar asal usulnya menurut Livescience, legenda bangau pengantar bayi ini tidak dapat dipastikan berasal dari mana. Walaupun begitu, dapat dipastikan menurut Rachel Warren Chadd, co-author of “Birds: Myth, Lore and Legend”, mitos ini bermula dari pemaknaan fisik burung bangau beberapa masyarakat di berbagai belahan dunia yang sama. Seperti, warna putih bangau yang bermakna pure, murni, atau tulus.

Kisah yang paling populer seputar mitologi burung bangau ini berasal dari Yunani Kuno. menurut kisahnya, ada seorang dewi bernama Hera yang cemburu dengan putri cantik bernama Gerana. Hera pun mengubah Gerana menjadi seekor bangau. Tak hanya mengubah Gerana menjadi bangau, Hera juga mengambil bayi Gerana. Gerana pun berusaha mengambil bayinya kembali dalam keadaan sudah berubah menjadi bangau. Bayinya ia letakkan di paruhnya, inilah penggambaran populer dari legenda bangau pengantar bayi. 

Mitologi Burung Bangau Pengantar Bayi dalam Novel Karya Penulis Indonesia

Mitologi burung bangau pengantar bayi diangkat dalam kisah novel Baby to Be. Baby to Be berkisah tentang Adelia, seorang birth doula yang tidak ingin menjalani bagaimana rasanya hamil.  Ia memiliki alasan mengapa ia tidak ingin hamil, pengalaman buruk di keluarganya membuatnya tak ingin mewariskan hal tersebut.

Namun, seekor bangau misterius tiba-tiba datang. Membawa buntalan kain jarik berisi ruh calon bayi kepada Adel. Buntalan kain jarik berisi ruh bayi manusia itu pun diserahkan kepada Adel. Hingga akhirnya Adel harus berhadapan dengan dua pilihan sulit. Menemukan pemilik asli calon bayi yang diantar oleh bangau misterius, atau membiarkan ruh bayi itu bersemayam di rahimnya.

Baby to Be merupakan karya salah satu finalis Mizan Writing Bootcamp 2022, Marina Yudhitia. Novel bertema perempuan dan keluarga ini merupakan novel solo debut perempuan asal Bandung, yang langsung diterbitkan penerbit buku mayor, Bentang Pustaka. Keunikan kisah Baby to Be yang mengandung unsur mitologi, sekaligus mengangkat tema yang tidak biasa jadi nilai plus.

Marina Yudhitia seolah mengajak kita untuk menelusuri diri lewat kisah Adelia. Kisah Adelia seolah jadi gambaran bagaimana perempuan masa kini harus berhadapan dalam berbagai keputusan. Kehidupan dunia kerja, adanya trauma keluarga hingga toxic relationship yang ada dalam kisah Adelia relevan dengan banyak kondisi perempuan kini. Informasi seputar novel Baby to Be bisa Sahabat Bentang pantau di Shopee Bentang Official Shop, ya~

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta