Gangguan Kecemasan Pada Remaja, Jangan Dianggap Sepele, ya!

Sobel, gangguan kecemasan atau dikenal dengan anxiety disorder jadi masalah kondisi mental yang paling banyak dialami oleh remaja di Indonesia saat ini. Menurut survei dari Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), gangguan kecemasan menduduki persentase tertinggi masalah gangguan kesehatan mental pada remaja dengan persentase sebesar 3,7%. Selanjutnya, ada gangguan kesehatan mental depresi mayor (1%) dan gangguan perilaku (0,9%). Dari survey tersebut diambil kesimpulan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia kini memiliki masalah kesehatan mental.

 

Baca Juga: Kesehatan Mental Remaja Dipengaruhi Media Sosial? Apa Iya?

 

Hanya karena masih dianggap sebagai “anak remaja”, banyak orang tak menyadari bahwa remaja juga rentan terkena masalah kesehatan mental. Sobel, pasti pernah ngerasain gimana rasanya dianggap berlebihan atau bahkan diliputi rasa takut ketika mencoba untuk bercerita ke orang lain terutama, orang yang umurnya lebih tua. Oleh karena itu, Sobel perlu untuk menyadari pentingnya kesehatan mental untuk mengatur kesehatan mental diri.

Photo by Liza Summer: https://www.pexels.com/photo/worried-young-woman-covering-face-with-hand-6382634/

Apa Penyebab Gangguan Kecemasan pada Remaja?

Kecemasan atau dalam bahasa Inggris disebut anxiety menurut UNICEF adalah perasaan yang timbul akibat merasa khawatir atau takut akan sesuatu hal. Sebenarnya, perasaan khawatir dan takut ini manusiawi dan wajar, lho, Sobel. Semua orang pasti pernah merasakan perasaan ini. Bahkan, perasaan cemas dapat melindungi kita dari marabahaya yang datang. Namun, jika perasaan cemas ini sudah sangat mengganggu dan berdampak buruk bagi aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari maka disebut sebagai gangguan kecemasan atau dikenal dengan istilah kecemasan berlebih (anxiety disorder)

 

Setiap orang memiliki perbedaan sebab yang membuat cemas. Namun, ada beberapa faktor yang membuat remaja mengalami perasaan cemas secara terus-menerus. Pengalaman negatif yang menyebabkan trauma menjadi salah satu faktor kuat yang menyebabkan seseorang terus-terusan diliputi kecemasan. Selain itu, di fase remaja ada juga faktor krisis identitas di mana banyak remaja merasa stress karena ketidakmampuan mengendalikan diri dalam menghadapi masalah hidup. Untuk bisa melihat penyebab pasti, hanya tenaga profesional seperti psikiater dan psikolog yang bisa mendiagnosis, ya, Sobel!

 

Misalnya saja yang dialami oleh Ailsa dalam novel Asa Ailsa, ia baru saja putus dari pacarnya, Dirga. Hubungan yang telah dijalani selama tiga tahun itu kandas  saat Ailsa duduk di bangku kelas tiga SMA. MedicalNewsToday memaparkan, Fase putus cinta juga kematian seseorang adalah fase di mana emosi negatif berkumpul dan dapat menimbulkan trauma. Belum lagi posisi Ailsa yang sedang duduk di bangku tiga SMA yang penuh dengan tugas dan ujian membuat beban hidupnya terasa berat. Ia seharusnya  menikmati momen terakhirnya di bangku sekolah. Namun, kisah cintanya yang kandas membuat ia kalang kabut kelelahan. Sobel merasakan ada kesamaan dengan Ailsa?

Pentingnya Support System

Kisah Ailsa yang mencoba untuk bertahan di tengah kondisinya yang runyam pasca putus cinta juga putus asa membuat temannya Adhyaksa prihatin. Adhyaksa adalah teman dekat Ailsa, ia tak ingin kondisi Ailsa sama dengan ibu teman perempuannya itu. Ibu Ailsa mengalami depresi, Adhy cemas dengan kondisi Ailsa karena tak ingin teman perempuannya itu berakhir seperti ibunya.

 

Adhyaksa mencoba menemani Ailsa semampu yang ia bisa. Adhy berusaha untuk menjadi support system yang terus mendorong Ailsa bertahan menyelesaikan tahun ketiga SMA-nya. Adhyaksa adalah sosok yang mampu menjadi support system bagi Ailsa. Di kondisi diri yang sedang tak karuan, sosok seperti Adhyaksa mempunyai peran penting sebagai support system. Support system adalah orang atau sekumpulan orang yang mampu mendukung diri, terutama dukungan emosional. 

Yuk, Persilakan Dirimu Untuk Bertumbuh!

Sobel, jika kamu saat ini sedang merasa berada di titik terendah dalam hidup. Selalu merasa cemas dan tak terarah, mulai hargai diri sendiri dan orang-orang yang telah memberikan dukungan ke kamu, ya!. Kalau Sobel masih merasa takut bercerita atau tak menemukan orang yang bisa dipercaya sebagai support system, Sobel bisa memberi ruang pada diri dengan membaca buku bertema self-help. Buku bertema self-help bisa membantu mendapat perspektif baru dalam melihat sebuah permasalahan. 

 

Buku bertema self-help nggak harus yang pakai bahasa ilmiah, ribet gitu kok. Sobel bisa membaca buku bertema self-help melalui kisah cerita perjalanan dalam buku Asa Ailsa. Ailsa bisa jadi teman seperjuanganmu untuk menghadapi perasaan cemas yang selalu menghantui. Kira-kira bagaimana, ya perjalanan hidup Ailsa pasca putus cinta dalam perjalanan mengejar mimpinya. Akankah Adhyaksa juga mampu menjadi support system yang baik bagi Ailsa? Ikutin terus kabar rilis novel Asa Ailsa melalui Instagram Bentang Belia, ya!.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta