[CERMIN] Rumah Idaman
Disini kita memulai kisah, bermula hanya aku dan kamu. Kita membangun asa bersama, suka dan duka selalu menghiasi langkah kita. Aku sangat suka berada disini denganmu. Di kursi itu, aku selalu melihatmu duduk diam, khusyuk memandang sebuah buku. Iya, kamu sedang bercinta dengan bukumu, aku pun tak akan mengganggu. Dari sini aku hanya memandangimu, cukup senang hanya dengan melihatmu serius melahap buku. Kamu mencintai buku, dan aku dengan senang hati akan membelikanmu buku dan membuatkan rak buku unik untukmu. Aku juga selalu menyiapkan secangkir teh dan sepotong kue yang aku racik sendiri dengan tanganku.
Di depan, biasa aku duduk denganmu, menghabiskan sore, di bangku itu. Memandang ke arah bunga berjajaran, cantik menghiasi halaman kita. Iya, kamu yang menanam bunga-bunga itu, supaya aku senang, ujarmu. Kamu pula yang menyusun pagar putih kayu berjajaran di muka, hingga aku merasa aman, ketika beberapa saat kamu meninggalkan aku. Sebenarnya tak perlu kau hiasi halaman kita, cukup ada kamu yang mengalirkan perhatian dan sayangmu padaku, dan sudah cukup hangat dan indah semua yang ada disini. Dan suatu saat nanti, disini akan ramai dengan suara tangisan atau tawa dari si kecil kita. Cukuplah dinding dan atap ini yang selalu merekam langkah dan kisah kita.
***
Oleh Afifatun Nafisah (@finafisah)
31 Januari 2015 Kamu, Bahagiaku
Disini kita memulai kisah, bermula hanya aku dan kamu. Kita membangun asa bersama, suka dan duka selalu menghiasi langkah kita. Aku sangat suka berada disini denganmu. Di kursi itu, aku selalu melihatmu duduk diam, khusyuk memandang sebuah buku. Iya, kamu sedang bercinta dengan bukumu, aku pun tak akan mengganggu. Dari sini aku hanya memandangimu, cukup senang hanya dengan melihatmu serius melahap buku. Kamu mencintai buku, dan aku dengan senang hati akan membelikanmu buku dan membuatkan rak buku unik untukmu. Aku juga selalu menyiapkan secangkir teh dan sepotong kue yang aku racik sendiri dengan tanganku.
Di depan, biasa aku duduk denganmu, menghabiskan sore, di bangku itu. Memandang ke arah bunga berjajaran, cantik menghiasi halaman kita. Iya, kamu yang menanam bunga-bunga itu, supaya aku senang, ujarmu. Kamu pula yang menyusun pagar putih kayu berjajaran di muka, hingga aku merasa aman, ketika beberapa saat kamu meninggalkan aku. Sebenarnya tak perlu kau hiasi halaman kita, cukup ada kamu yang mengalirkan perhatian dan sayangmu padaku, dan sudah cukup hangat dan indah semua yang ada disini. Dan suatu saat nanti, disini akan ramai dengan suara tangisan atau tawa dari si kecil kita. Cukuplah dinding dan atap ini yang selalu merekam langkah dan kisah kita.
***
Oleh Afifatun Nafisah (@finafisah)
31 Januari 2015bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!