Berdamai dengan Tantrum Anak Sesuai Montessori

Menghadapi anak tantrum sering membuat kita sakit kepala. Mereka mungkin dijuluki “the terrible twos” atau “the terrible threes” karena tidak mau mendengarkan. Mereka terus-menerus melempar barang dan tidak mau tidur. Bahkan, saat di restoran mereka mungkin tidak bisa duduk diam. Melihat ruang terbuka, mereka langsung berlari dan menyentuh apa pun yang terlihat menarik. Jika tidak diperbolehkan maka mereka akan merajuk. Sungguh membuat kepala makin sakit.

Saking putus asanya, mungkin kita pernah mengancam, menyogok, dan memberi hukuman time out. Padahal, kita tahu bahwa ini bukanlah cara yang tepat, tetapi sulit juga mencari penggantinya. Namun, metode Montessori bisa menunjukkan kepada kita cara damai memandang balita.

Sebelum sampai di situ, kita harus mengubah cara padang terhadap balita. Pada dasarnya, balita itu perlu bergerak dan perlu mengeksplorasi serta mempelajari dunia di sekitarnya. Mereka tidak bisa kita minta duduk diam dalam waktu lama. Dan, pendekatan Montessori merekomendasikan agar kita  menerima hal ini. Caranya, Montessori merekomendasikan untuk menata ruangan dengan aman sehingga anak-anak tetap bisa bereksplorasi dengan aman pula.

Balita membutuhkan kebebasan, tetapi tetap dengan batasan. Dengan kebebasan akan membantu mereka menjadi pembelajar yang penuh rasa ingin tahu. Dan, batasan akan mengajari mereka memiliki rasa hormat pada orang lain dan bertanggung jawab. Pendekatan Montessori tidak permisif, tetapi juga tidak suka mengatur. Sebaliknya, pendekatan ini mengajari orang tua untuk menjadi pemimpin yang tenang untuk anak-anak.

Setelah mengetahui sifat-sifat dasar balita tersebut seharusnya kita bisa menempatkan pandangan kita secara tepat kepada mereka. Balita itu impulsif. Korteks prefrontal di otak mereka masih berkembang. Jadi, alih-alih menghukumnya atau berteriak-teriak, mengapa kita tidak mencoba berdamai menghadapi anak yang tantrum?

1. Jangan ikut tantrum

Memang sih, mungkin kita merasa malu ketika anak tantrum di tempat publik. Jika itu terjadi, pastikan mereka tantrum di tempat yang aman. Tetaplah kalem sambil menghela napas sejenak.

Ini memang menguji emosi, sih, tetapi sebisa mungkin hindari merespons balik dengan marah atau memelas sedih, seperti, “Enggak kasihan sama ibu?”, “Malu nih, dilihatin orang-orang.” Saat anak tantrum mereka sulit berkonsentrasi mendengar perkataan orang lain.

Lebih baik, tunggu sampai tantrumnya mereda. Beberapa ada anak yang menjadi tenang dengan dipeluk. Jadi, kita bisa melakukannya sambil mengajak anak bicara.

2. Konsisten

Tetaplah konsisten dalam menghadapi perilaku tantrum anak supaya mereka pelan-pelan bisa menyadari aturan yang berlaku. Dengan demikian, mereka tidak menjadikan tantrum sebagai senjata supaya kita menuruti keinginannya.

3. Tunjukkan otoritas

Orang tua adalah sosok yang punya wewenang. Memang sih, dalam beberapa hal kita harus memberinya otoritas, seperti memilih baju untuk dipakai, atau memilih mainan untuk dimainkan. Namun, untuk beberapa hal yang lain, orang tualah yang memiliki otoritas. Dan, anak perlu memahami bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi.

4. Antisipasi kemungkinan tantrum

Caranya adalah mengenali anak kita sebaik mungkin. Misalnya saat sedang bermain di mal, tunjukkan angka di jarum, pukul berapa waktu bermainnya habis dan beri ancang-ancang dulu sebelum selesai. Atau sebelum pergi berbelanja, beri penjelasan dulu barang-barang apa yang nanti boleh dibeli, mana yang tidak. Dengan demikian, mereka bisa lebih kooperatif dan tantrum berkurang.

Beberapa tips lainnya bisa dibaca di buku The Montessori Toddler. Di dalamnya juga terdapat ide aktivitas Montessori sesuai dengan perkembangan anak, serta tujuh prinsip penting untuk membangun rasa ingin tahu dan tanggung jawab anak.

Semoga kita bisa semakin memahami balita ya, karena sebenarnya, tidak ada istilah “the terrible twos” atau “the terrible threes”. Semua itu bergantung pada cara pandang kita kepada mereka.

1 reply

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] kesejahteraan anak. Selain itu, orang tua bisa mencari informasi dari sumber tepercaya seperti buku parenting, situs web tepercaya, maupun psikolog untuk mengatasi tantangan […]

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta