Apakah Kapitalisme Punya Etika?

Karl Marx pernah mewacanakan bahwa kapitalisme mengandung kontradiksi internal dan bergerak menuju kehancuran. Kapitalisme juga dianggap telah mengakibatkan semakin melebarnya ketimpangan sosial, khususnya dalam empat puluh tahun terakhir. Namun, ramalan Marx nyatanya tidak terbukti, setidaknya hingga saat ini. Kapitalisme mampu terus bertahan dan mengatasi kontradiksi yang dikandungnya.

Apakah Ramalan Marx Memeleset?

David Harvey, ilmuwan neomarxis sekaligus ahli geografi, mengatakan kapitalisme memang mampu mengatasi permasalahan yang dimilikinya sehingga dapat terus beradaptasi. Namun Harvey, yang juga Profesor Antropologi dan Geografi di City University of New York, mengingatkan bahwa berkembangnya teknologi dan inovasi telah mengakibatkan kapitalisme kembali menghadapi permasalahan. Terjadinya krisis global 2008, krisis akibat pandemi Covid-19, yang telah menjadikan ketimpangan terus melebar, kerusakan alam dan lingkungan semakin parah, adalah contoh-contoh problem kapitalisme yang diangkat Harvey. Kapitalisme telah berada dalam tahap yang tidak dapat ditoleransi sehingga perlu diganti sebelum membawa kita menuju jurang kehancuran. Mungkinkah mengganti kapitalisme?

Pemikiran Harvey tersebut terangkum dalam buku Kapitalisme Tanpa Etika karya Dr. Junanto Herdiawan.  Buku ini mencoba melacak pemikiran Harvey dan mengonfigurasi ulang pemahaman akan kinerja kapitalisme, yang dalam praktiknya, kerap melupakan atau meminggirkan dimensi etis.

Ketimpangan yang Semakin Lebar

Menurut Yanuar Nugroho, Dosen STF Driyarkara Jakarta, Deputi Kepala Staf Kepresidenan RI 2015—2019, Visiting Senior Fellow ISEAS Singapura dan Honorary Fellow University of Manchester Inggris, tantangan struktural pembangunan saat ini adalah rendahnya mobilitas sosial. Hal ini memicu meningkatnya ketimpangan dan kemiskinan. Selain itu, urbanisasi dan tersierisasi, serta kerusakan lingkungan hidup, juga menjadi tantangan yang perlu dijadikan fondasi dalam merumuskan arah pembangunan masa depan. Buku ini mencoba untuk menukik lebih dalam membongkar tantangan-tantangan tersebut dari kacamata filsafat, ekonomi, dan geografi. Melalui pemikiran David Harvey, seorang ilmuwan geografi, buku ini mengangkat kontradiksi-kontradiksi internal kapitalisme yang dalam perjalanan sejarahnya telah memicu munculnya berbagai problem struktural dan krisis ekonomi. Penulis, yang memiliki latar belakang ilmu ekonomi dan mempelajari ilmu filsafat, mencoba memasukkan dimensi etis dalam analisis interdisiplinernya.

Buku ini mengajak—bahkan memaksa—kita untuk menyadari bahwa perumusan arah pembangunan bukan hanya bersifat politis dan teknokratik, melainkan berdimensi etis. Buku ini wajib dibaca oleh mereka yang menekuni pembangunan dan kebijakan, khususnya para pemikir, perencana pembangunan, dan pembuat kebijakan. Ia perlu dijadikan referensi untuk memperkaya horizon pemikiran dan mempertajam refleksi—sesuatu yang makin langka didapatkan hari-hari ini, tambah Yanuar.

Sedangkan menurut Dr. S.P. Lili Tjahjadi, Dosen STF Driyarkara Jakarta, buku ini memuat tiga gugus pemikiran David Harvey, salah seorang pemikir kontemporer kondang, sebagai sebuah kesatuan (three in one): filsafat sosial, ilmu ekonomi, dan geografi, khususnya di kalangan masyarakat urban global dewasa ini. Penulis yang memiliki latar belakang studi filsafat dan ilmu ekonomi telah berhasil memperlihatkan korelasi ketiga elemen itu dan batas-batasnya lewat riset interdisipliner yang elaboratif dan sekaligus kritis dalam buku ini.

Dapatkan buku ini di toko kesayanganmu atau di linktr.ee/Bentang.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta