Melintasi Empat Benua demi Menemukan Indonesia
“Kita selalu bertanya-tanya bagaimana Indonesia dibandingkan negara lain?” begitu kira-kira pertanyaan Pandji Pragiwaksono dan jutaan masyarakat Indonesia lainnya. Dengan berbagai persoalan dan karut-marutnya negara ini, banyak orang yang berandai-andai hidup dengan lebih nyaman di negara lain. Sebagian orang mencoba membandingkan Indonesia, mengkontekstualisasikan beberapa persoalan di Indonesia dengan negara lain. Ada berbagai faktor yang kemudian membuat kita sempat berpikir untuk meninggalkan negara ini dan tinggal di negara lain yang lebih maju. Tentu, negara yang lebih menjamin kesejahteraan warganya.
Dari segi infrastruktur, Indonesia memang masih berjuang. Baik dari segi transportasi, telekomunikasi, dan taraf pembangunan lainnya, Indonesia masih mencoba melampaui banyak ketertinggalan. Memang dibutuhkan waktu karena Indonesia adalah negara kepulauan. Lantas, apakah negara lain memang lebih baik dari Indonesia? Memangnya, bagaimana Indonesia dibandingkan negara lain.
Pertanyaan ini yang juga pertanyaan jutaan masyarakat Indonesia, dibawa oleh Pandji melintasi empat benua sekaligus. Dibawa ke duapuluh kota sekaligus, Pandji menyoroti berbagai hal dan menjawab satu per satu pertanyaan tentang Indonesia. Dalam penjelajahannya selama satu tahun itu, ia pun berusaha Menemukan Indonesia.
Menemukan Indonesia adalah buku travelogue pertama Pandji. Seperti buku travelogue pada umumnya, Pandji berkisah tentang perjalannya selama 365 hari ke duapuluh kota. Kota-kota tersebut adalah Singapura, Melbourne, Adeilade, Brisbane, Sydney, Gold Coast, Hong Kong, Macau, London, Manchester Liverpool, Amsterdam, Leiden, Berlin, Guangzhou, Beijing, Los Angeles, San Fransisco, Tokyo, dan Kyoto.
Seperti buku travelogue lain, Pandji bercerita banyak seputar kota-kota tersebut. Mulai dari corak arsitektur, budaya, kuliner, infrastruktur, pertokoan, transportasi dan lain sebagainya. Namun, ada yang berbeda dari kisah Pandji. Sebab, ia juga bercerita tentang negara-negara yang ia singgahi melalui perspektif “bagaimana Indonesia dibandingkan negara lain?”
Dalam perjalanannya, baik saat world tour maupun liburan pribadi bersama keluarga, Pandji meresapi tiap hal yang ia temui. Ia memaknai perjalannya dengan membaca kacamatannya tentang Indonesia. Seperti yang diresahkan banyak orang tentang Indonesia yang lamban untuk maju, Pandji pun mendedahnya melalui buku Menemukan Indonesia. Pandji menuangkan perspektif sosial politik untuk memindai negara lain demi Menemukan Indonesia.
Misalnya saja ketika berkunjung ke Singapura yang selalu disebut-sebut modern dan kemajuannya melebihi Indonesia. Sekalipun Singapura negara kecil, namun pendapatannya dibanding Indonesia jauh lebih banyak. Masyarakatnya sejahtera dan disiplin. Namun, kondisi kewilayahan Singapura yang kecil itulah yang tidak bisa disamaratakan dengan Indonesia. Indonesia adalah negara besar, kepulauan pula. Pembangunan infrastruktur tidak bisa dilakukan semudah di Singapura. Oleh karena itu, ketika kita ingin membandingkan Indonesia dengan negara lain, kita harus melihat konteks-konteks tertentu.
Dalam buku Menemukan Indonesia ini, dengan melampaui 365 hari, melintasi empat benua, menjelajahi delapan negara, Pandji berusaha menemukan apa itu Indonesia. Dan pada akhirnya, tidak ada yang bisa mengalahkan Indonesia dari hati masyarakatnya. Selalu ada Indonesia di tiap perjalanan Pandji Pragiwaksono.
“Kita selalu bertanya-tanya bagaimana Indonesia dibandingkan negara lain?” begitu kira-kira pertanyaan Pandji Pragiwaksono dan jutaan masyarakat Indonesia lainnya. Dengan berbagai persoalan dan karut-marutnya negara ini, banyak orang yang berandai-andai hidup dengan lebih nyaman di negara lain. Sebagian orang mencoba membandingkan Indonesia, mengkontekstualisasikan beberapa persoalan di Indonesia dengan negara lain. Ada berbagai faktor yang kemudian membuat kita sempat berpikir untuk meninggalkan negara ini dan tinggal di negara lain yang lebih maju. Tentu, negara yang lebih menjamin kesejahteraan warganya.
Dari segi infrastruktur, Indonesia memang masih berjuang. Baik dari segi transportasi, telekomunikasi, dan taraf pembangunan lainnya, Indonesia masih mencoba melampaui banyak ketertinggalan. Memang dibutuhkan waktu karena Indonesia adalah negara kepulauan. Lantas, apakah negara lain memang lebih baik dari Indonesia? Memangnya, bagaimana Indonesia dibandingkan negara lain.
Pertanyaan ini yang juga pertanyaan jutaan masyarakat Indonesia, dibawa oleh Pandji melintasi empat benua sekaligus. Dibawa ke duapuluh kota sekaligus, Pandji menyoroti berbagai hal dan menjawab satu per satu pertanyaan tentang Indonesia. Dalam penjelajahannya selama satu tahun itu, ia pun berusaha Menemukan Indonesia.
Menemukan Indonesia adalah buku travelogue pertama Pandji. Seperti buku travelogue pada umumnya, Pandji berkisah tentang perjalannya selama 365 hari ke duapuluh kota. Kota-kota tersebut adalah Singapura, Melbourne, Adeilade, Brisbane, Sydney, Gold Coast, Hong Kong, Macau, London, Manchester Liverpool, Amsterdam, Leiden, Berlin, Guangzhou, Beijing, Los Angeles, San Fransisco, Tokyo, dan Kyoto.
Seperti buku travelogue lain, Pandji bercerita banyak seputar kota-kota tersebut. Mulai dari corak arsitektur, budaya, kuliner, infrastruktur, pertokoan, transportasi dan lain sebagainya. Namun, ada yang berbeda dari kisah Pandji. Sebab, ia juga bercerita tentang negara-negara yang ia singgahi melalui perspektif “bagaimana Indonesia dibandingkan negara lain?”
Dalam perjalanannya, baik saat world tour maupun liburan pribadi bersama keluarga, Pandji meresapi tiap hal yang ia temui. Ia memaknai perjalannya dengan membaca kacamatannya tentang Indonesia. Seperti yang diresahkan banyak orang tentang Indonesia yang lamban untuk maju, Pandji pun mendedahnya melalui buku Menemukan Indonesia. Pandji menuangkan perspektif sosial politik untuk memindai negara lain demi Menemukan Indonesia.
Misalnya saja ketika berkunjung ke Singapura yang selalu disebut-sebut modern dan kemajuannya melebihi Indonesia. Sekalipun Singapura negara kecil, namun pendapatannya dibanding Indonesia jauh lebih banyak. Masyarakatnya sejahtera dan disiplin. Namun, kondisi kewilayahan Singapura yang kecil itulah yang tidak bisa disamaratakan dengan Indonesia. Indonesia adalah negara besar, kepulauan pula. Pembangunan infrastruktur tidak bisa dilakukan semudah di Singapura. Oleh karena itu, ketika kita ingin membandingkan Indonesia dengan negara lain, kita harus melihat konteks-konteks tertentu.
Dalam buku Menemukan Indonesia ini, dengan melampaui 365 hari, melintasi empat benua, menjelajahi delapan negara, Pandji berusaha menemukan apa itu Indonesia. Dan pada akhirnya, tidak ada yang bisa mengalahkan Indonesia dari hati masyarakatnya. Selalu ada Indonesia di tiap perjalanan Pandji Pragiwaksono.
Lamia Putri D.bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!