Peluncuran Layla, GusCan Menghembuskan Nafas Tasawuf
Yogyakarta – Jumat (28/4) lalu, Kota Solo menjadi kehormatan untuk mengadakan Kongres Persatuan Penulis Indonesia atau yang dikenal dengan Kongres Satu Pena. Dalam kongres tersebut, Candra Malik, atau yang kerap disapa dengan Gus Can mendapat kesempatan untuk meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Layla. Peluncuran yang dilakukan secara tertutup di hotel Aston Solo tersebut dihadiri oleh seluruh peserta kongres dan langsung mendapatkan respon yang positif dari para penulis-penulis lain.
Novel setebal 262 halaman ini bercerita tentang seorang pemuda Wallailli Wannahar yang berkelana mempelajari ilmu tasawuf. Di dalam perkelanaannya tersebut, Lail, menemui berbagai rintangan hingga akhirnya ia bertemu dengan Layla, seorang gadis yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Namun, diam-diam, Layla, memiliki sebuah rahasia besar. Di sisi lain, kedua orangtua Lail pun memintanya untuk menikahi Kinasih, teman masa kecilnya.
“Petualangan spiritualitas dan cinta, keduanya berjalan paralel dan beririsan dalam nafas tasawuf yang diembuskan novel ini. Menghibur, berisi, sekaligus membawa kita ke titik-titik perenungan spiritual. Novel Lalya, menjadi koleksi apik dari GusCan.” – Deelestari
Menyelami Layla, kita akan diajak untuk memaknai cinta dan agama secara lebih mendalam. Bagi GusCan, selain bermusik, Layla, juga merupakan hasil dari tasawufnya selama ini. Dengan membaca dan mendalami Layla, pembaca akan menemukan berbagai kejutan hidup yang tidak akan terpikirkan sebelumnya. Yogyakarta – Jumat (28/4) lalu, Kota Solo menjadi kehormatan untuk mengadakan Kongres Persatuan Penulis Indonesia atau yang dikenal dengan Kongres Satu Pena. Dalam kongres tersebut, Candra Malik, atau yang kerap disapa dengan Gus Can mendapat kesempatan untuk meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Layla. Peluncuran yang dilakukan secara tertutup di hotel Aston Solo tersebut dihadiri oleh seluruh peserta kongres dan langsung mendapatkan respon yang positif dari para penulis-penulis lain.
Novel setebal 262 halaman ini bercerita tentang seorang pemuda Wallailli Wannahar yang berkelana mempelajari ilmu tasawuf. Di dalam perkelanaannya tersebut, Lail, menemui berbagai rintangan hingga akhirnya ia bertemu dengan Layla, seorang gadis yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Namun, diam-diam, Layla, memiliki sebuah rahasia besar. Di sisi lain, kedua orangtua Lail pun memintanya untuk menikahi Kinasih, teman masa kecilnya.
“Petualangan spiritualitas dan cinta, keduanya berjalan paralel dan beririsan dalam nafas tasawuf yang diembuskan novel ini. Menghibur, berisi, sekaligus membawa kita ke titik-titik perenungan spiritual. Novel Lalya, menjadi koleksi apik dari GusCan.” – Deelestari
Menyelami Layla, kita akan diajak untuk memaknai cinta dan agama secara lebih mendalam. Bagi GusCan, selain bermusik, Layla, juga merupakan hasil dari tasawufnya selama ini. Dengan membaca dan mendalami Layla, pembaca akan menemukan berbagai kejutan hidup yang tidak akan terpikirkan sebelumnya.Vivekananda Gitanjali
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!