Toto Rahardjo: Sosok Autodidak yang Peduli dengan Pendidikan

Toto Rahardjo merupakan salah satu sosok autodidak Indonesia yang menjadi inspirasi bagi banyak orang. Beliau menghabiskan masa muda dengan berperan sebagai fasilitator pendidikan kerakyatan pada beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Sosok Toto ini cukup unik karena populer dengan prinsip belajar tidaklah melulu harus di bangku sekolah.

 

Sebagai anak muda, kamu mungkin belum begitu familiar dengan Toto yang kini berusia 63 tahun. Namun, percaya deh, pemikiran-pemikiran beliau sangat relevan buat para generasi milenial ataupun generasi Z zaman sekarang. Kamu akan kagum dengan pola pikir beliau yang membuka pikiranmu makin terbuka, terutama dalam hal pendidikan.

 

Nah, penulis Rony K. Pratama memuat pemikiran berharga sekaligus rekam jejak empiris seorang Toto Rahardjo ke dalam buku berjudul Manusia Tanpa Sekolah. Kali ini Bentang Pustaka kasih sedikit bocoran isi bukunya ke kamu ya. Siapa tahu kamu jadi penasaran menggali sosok autodidak yang keren ini!

Kenalan dengan Toto Rahardjo

Toto lahir dan tumbuh di sebuah desa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Beranjak dewasa, Toto mencecap pendidikan bangku kuliah di Yogyakarta, tetapi tak selesai. Meski begitu, jiwa dan semangat belajar Toto tak berarti meredup.

 

Beliau mendirikan Sanggar Anak Alam alias SALAM, sebuah tempat belajar yang berbeda dari institusi-institusi pendidikan lainnya. SALAM ibarat laboratorium pendidikan yang memerdekakan para muridnya dalam belajar. Dalam SALAM, praktik belajar dan pendidikan bukanlah sebatas jargon yang selama ini kamu kenal.

 

Selain aktif dalam semua kegiatan SALAM, Toto juga pernah mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar di Kali Code bersama almarhum Romo Mangun. Sepanjang hidupnya, Toto juga dikenal sebagai sahabat dekat sosok Emha Ainun Nadjib (Cak Nun).

Konsep Belajar Tanpa Mesti Sekolah

Bertambah usia tak membuat Toto berhenti belajar. Justru pada usia yang kian menua, pemikiran Toto makin matang. Tidak heran jika hingga sampai sekarang masih banyak anak-anak muda betah mengobrol banyak topik dengan beliau.

 

Salah satu pendapat menarik dari sosok Toto adalah bahwa seseorang yang ingin belajar tidak harus selalu bersekolah. Bagi Toto, belajar tidak akan pernah terbatas hanya pada institusi pendidikan, seragam, pelajaran, apalagi nilai. Belajar sejatinya adalah proses yang menyenangkan yang memberi ruang bebas bagi seseorang untuk mengeksplorasi diri.

 

Menurut Toto, orang Indonesia sudah banyak salah kaprah tentang konsep belajar. Sejak dulu, belajar identik dengan sekolah dan guru. Seorang guru bicara, maka murid mendengarkan. Guru memberi tugas, murid tinggal mengerjakan. Dengan cara ini, belajar seakan-akan berpusat pada guru saja, bukan murid.

 

Padahal, seharusnya murid jauh lebih aktif daripada guru. Sementara, peran guru sejatinya hanyalah sebagai fasilitator yang mendampingi anak belajar. Pemikiran inilah yang kemudian membuat Toto meyakini bahwa sekolah bukan menjadi satu-satunya media untuk seseorang dapat belajar.

Pemikiran Toto Rahardjo dalam Buku Manusia Tanpa Sekolah

Buku Manusia Tanpa Sekolah bukan hanya memuat pemikiran atau gagasan sosok Toto dalam dunia pendidikan. Banyak hal lain yang termuat dalam buku tersebut, mulai dari beberapa masalah sosial hingga kritik akan kesenjangan antara desa dan kota.

 

Membaca buku Manusia Tanpa Sekolah akan membukakan matamu akan isu-isu penting yang mungkin selama ini terabaikan. Menggali sudut pandang Toto akan suatu masalah sangat menyenangkan loh. Kamu menjadi sadar bahwa terus belajar hingga usia senja layaknya Toto dapat membuatmu lebih maju.

 

Tidak ada salahnya anak-anak muda menilik gagasan orang tua. Buku ini juga mengajarkan kalau melatih berpikiran terbuka dan kritis sangat bagus untuk menumbuhkan manusia.

Kalau kamu jadi makin penasaran dengan kehidupan serta pemikiran dari sosok Toto Rahardjo, buruan pesan buku Manusia Tanpa Sekolah hanya di  https://linktr.ee/Bentang sekarang. Atau bisa juga kamu beli langsung di toko buku kesayanganmu ya!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta