Tag Archive for: SerialMeaningfulLifestyle

Everything in Between

Tips Bersepeda sebagai Gaya Hidup

Bersepeda menjadi rutinitas atau gaya hidup untuk beberapa orang di berbagai belahan dunia, tak terkecuali bagi Marlies dan Diego. Mereka adalah sepasang petualang yang melakukan perjalanan amal Everything in Between dengan bersepeda dari Belanda ke Indonesia.
Di Belanda, Marlies memiliki hobi bersepeda dan tentu saja ia sangat menikmatinya. Namun, ketika melakukan perjalanan Everything in Between, bersepeda tidak lagi menjadi sekadar hobi, tetapi praktik sehari-hari yang terasa seperti “sesuatu yang harus dilakukan”. Lalu, bagaimana Marlies menjadikan bersepeda sebagai gaya hidupnya? Apakah ini mudah diterapkan dalam kehidupanmu? Berikut adalah tips untuk bersepeda sehari-hari ala Marlies:

1. Bangun pagi!


Bangun pagi tuh jam berapa, sih? Ya … kalau di Indonesia antara pukul 4.30 sampai 6.00, soalnya saat itu udara masih sejuk dan segar. Bangun pagi bakal bikin kamu lebih produktif. Kalau kamu bangun lebih pagi, kamu punya lebih banyak waktu untuk menyiapkan pekerjaan. Keadaan pada pagi hari juga hening, sehingga baik digunakan untuk berkonsentrasi. Selain itu, dengan bangun pagi, kamu akan cenderung memiliki energi yang lebih banyak. Sangat bermanfaat untuk melakukan berbagai aktivitas pada saat tersebut.
Menurut Marlies, semakin awal kamu bangun tidur, hari itu akan semakin menyenangkan. Dan untuk Marlies, yang bersepeda, ini berarti ia dapat mengayuh berkilometer-kilometer pada pagi yang segar dan akan lebih banyak bersantai pada sore hari. Sensasi bersepeda pada pagi hari dalam kondisi segar, terang, dan agak sepi pasti berbeda dengan sensasi bersepeda pada sore hari. Toh, sebaiknya, sore hari digunakan untuk bersantai sembari meminum teh hangat dan menatap alam sekitar.

2. Buat dan ikuti jadwal yang terstruktur.

Bikin Jadwal yang Terstruktur

Bikin jadwal yang terstruktur untuk bersepeda

Menurut Marlies, jadwal itu harus terstruktur karena struktur seperti sebuah rumah untuk kehidupanmu dengan semua kompleksitas untuk ditinggali.
Biasanya, jadwal yang terstruktur akan membuahkan hasil yang memuaskan. Jadi, kamu bisa menyusun jadwal harian.
Misalnya, pada Senin—Jumat kamu bersepeda setiap pukul 5.30—6.00, sedangkan pada Sabtu—Minggu durasi bersepedanya kamu tambahkan menjadi 1—2 jam. Jika perlu susun dengan mendetail rute yang ingin kamu lewati.
Tambahkan reward and punishment untuk memacu motivasi kamu. Artinya, kalau kamu rajin bersepeda selama seminggu, pada akhir pekan kamu boleh menonton film di bioskop atau membeli buku bacaan baru.
Namun, apabila kamu tidak rajin, alias masih malas-malasan bersepeda, kamu kasih hukuman untuk dirimu sendiri. Bentuknya seperti apa? Sesuai kesanggupan kamu aja.

3. Ketika kamu mengikuti jadwal, kamu harus fleksibel juga


Meskipun kamu telah membuat jadwal sampai terperinci yang harus dilakukan dengan rutin, kamu juga boleh “bolos” atau memundurkan waktu bersepedamu, lho.
Kita nggak pernah tahu, kan, ada hal penting apa yang terjadi sewaktu-waktu. Entah karena kamu ada acara keluarga, jatuh sakit, atau hal-hal lain, yang membuat kamu tidak dapat bersepeda pada jadwal yang sudah kamu bikin.
Just don’t be too hard on yourself. Kalau berhalangan karena alasan yang logis, nggak apa. Namun, jangan dijadikan kebiasaan, ya.
Entar jadinya kamu malas dan bersepeda sebagai gaya hidup tidak dapat terealisasikan. Semoga berhasil!

4. Berpegang pada keyakinanmu dan semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya, sungguh


Dalam bersepeda selama ini, Marlies selalu teringat dengan perkataan Lao Tzu, seorang filsuf Cina, yakni “Alam tak pernah tergesa-gesa, toh semuanya tercapai juga”.
Everything in Between, perjalanan bersepeda selama sebulan penuh dari Belanda ke Indonesia berhasil dilakukan oleh Marlies dan Diego. Salah satu kuncinya adalah: yakin. Marlies yakin, yang dilakukannya adalah hal baik, maka ia akan mendapatkan hasil yang baik pula.
Kalau pun sekarang kamu belum terbiasa bersepeda, nggak apa. Semua hal membutuhkan proses, bukan? Yang penting kamu memiliki keyakinan akan itu.

Setelah mengenal Marlies dan Diego serta membaca tips bersepeda di atas, apakah kamu semakin tertarik untuk menjadikan bersepeda sebagai gaya hidupmu? Tertarik juga bersepeda dari Belanda ke Indonesia, atau malah sebaliknya? Temukan jawabannya di sini.

Bersepeda dari Belanda ke Indonesia, Cerita Perjalanan Ini jadi Buku

Ialah Diego dan Marlies, sepasang kekasih yang berhasil melintasi 23 negara dengan jarak lebih dari 12.000 kilometer yang ditempuh selama 11 bulan dengan bersepeda. Perjalanan mereka dimulai pada awal April 2018 dari Nijmigen, Belanda dan berhasil sampai di Jakarta, Indonesia pada 24 Februari 2019.

Tak sedikit memang pasangan yang melakukan hal ‘gila’ bersama. Namun, yang membuat kisah Diego dan Marlies cukup berbeda dengan kisah pasangan lainnya adalah niat mereka melakukan perjalanan untuk menemukan arti hidup di bumi. Juga segala hal kecil yang berada diantaranya.

Sebelum kisah perjalanan bersepeda mereka terdengar khalayak banyak, mereka adalah pasangan biasa pada umumnya yang menjalani hubungan jarak jauh, Indonesia – Belanda. Diego adalah seorang anak laki-laki yang lahir dan besar di Indonesia. Sedangkan Marlies adalah seorang anak perempuan yang lahir dan besar di Belanda. Mereka memiliki hobi yang sama, yaitu bersepeda.

Dipisahkan oleh jarak 14.000 kilometer lebih dan tentu budaya yang berbeda, memang bukan hal mudah untuk dilalui sepasang kekasih. Silih berganti mereka saling mengunjungi satu sama lain. Hingga akhirnya terucap sebuah kalimat rindu yang menjadi awal perjalanan ini ada – “Satu hari nanti, Aku akan mengunjungimu ke Indonesia dengan bersepeda.”

Memang tidak begitu saja langsung terjadi. Banyak hal yang sudah pasti mereka pertimbangkan sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan tersebut.

Perjalanan Diego dan Marlies didokumentasikan dalam akun instagram bernama @everythinginbetween.journal. Saat ini akun tersebut telah memiliki lebih dari 39 ribu followers. Tidak berhenti di akun instagram saja, sebuah inisiatif kecil yang datang dari teman dan keluarga terdekat Diego pun dilakukan untuk menceritakan perjalanan mereka.

Sebuah pameran yang berjudul “Everything in Between #foreverythingthatmatters” menjadi bukti bahwa kisah perjalanan Diego dan Marlies mampu memberikan pesan yang baik kepada banyak orang. Sebuah perjalanan yang mengajarkan kita untuk menyayangi lingkungan di sekitar, bukan hanya manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan.

Pameran yang digelar dari 12 – 26 Maret 2019 di sebuah kedai kopi di daerah Barito, Jakarta Selatan ini, berhasil menarik lebih dari 3.000 pengunjung. Beberapa foto  dan kisah dibaliknya serta barang-barang milik Diego dan Marlies yang di bawa selama perjalanan tersebut menjadi objek utama dalam pameran tersebut.

Untuk mengetahui kisah lengkap dan pesan baik dari perjalanan Diego dan Marlies, kamu bisa membacanya di buku mereka yang berjudul “Everything in Between”. Buku ini diterbitkan oleh Bentang Pustaka dan sudah bisa dipesan melalui website www.mizanstore.com. Setiap buku yang terjual, mereka menyumbang untuk menanam satu pohon.

 

Sumber: https://www.viva.co.id/gaya-hidup/travel/1134224-bersepeda-dari-belanda-ke-indonesia-cerita-perjalanan-ini-jadi-buku.

Sumber foto: @everythinginbetween.journal.

Andien Segera Rilis Lagu ‘Everything in Between’

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyanyi jazz Indonesia Andien Aisyah akan segera merilis lagu dengan judul “Everything in Between”. Lagu ini diangkat dari kisah perjalanan Diego Yanuar dan Marlies Fennema yang melakukan perjalanan sepeda dari Belanda ke Indonesia.

“Lagu ‘Everything in Between’ ini aku harap bisa segera rilis, dan lagunya bisa miliki relasi dengan pameran Everything in Between,” kata Andien di Kopi Kalyan Barito Jakarta, Selasa (12/3).

Meski demikian, menurut Andien, lagu tersebut akan bercerita tentang makna hidup secara umum. Khususnya tentang bagaimana menjalin hubungan dengan alam, binatang, tumbuhan dan semua makhluk ciptaan Tuhan.

Andien juga menyebut, lagu barunya tersebut akan cocok menemani perjalanan liburan atau lainnya. “Lagunya sebenarnya sangat enak untuk didengar saat perjalanan,” kata Andien.

Sementara itu, Diego dan Marlies mulai mengayuh sepeda dari Belanda pada bulan Februari 2018 dan tiba di Indonesia akhir Februari 2019. Perjalanan keduanya sudah direncanakan selama dua tahun. Dalam perjalanan ini mereka telah melewati 23 negara sepanjang 12.000 kilometer, hingga akhirnya tiba di Indonesia.

Perjalanan panjang mereka kemudian diceritakan kembali dalam sebuah pameran foto berjudul Everything in Between yang digelar di Kopi Kalyan Barito Jakarta mulai 12 hingga 24 Maret 2019. Diego berharap, adanya pameran ini bisa memberi perspektif berbeda kepada semua orang tentang lingkungan, alam, binatang dan umumnya semua ciptaan Tuhan.

“Semoga semua yang datang ke pameran ini akan lebih berpikir dalam mengambil keputusan. Berpikir mengenai ciptaan Tuhan yang lain yang sering kita lupakan yaitu binatang dan alam,” kata Diego yang merupakan adik kandung Andien.

 

Sumber: https://senggang.republika.co.id/berita/senggang/musik/poag4k328/andien-segera-rilis-lagu-everything-in-between.

Misi Bersepeda Diego dan Marlies dalam Everything in Between

Diego dan Marlies punya cara unik untuk berbagi dengan makhluk hidup. Mereka berkeliling dunia menggunakan sepeda untuk bantu mereka yang membutuhkan.

Diego merupakan adik dari aktris Andien Aisyah. Bersama temannya, Marlies, ia memiliki ide untuk melakukan aksi sosial yang berbeda. Diego dan Marlies berasal dari dua kebudayaan yang berbeda. Namun, kecintaan mereka terhadap alam membuat mereka bersatu untuk membantu sesama. Keduanya memutuskan untuk melakukan perjalanan keliling dunia dengan mengayuh sepeda.

 

Perjalanan Diego dan Marlies dari Belanda ke Indonesia

Diego dan Marlies menamakan perjalanan mereka “Everything in Between”. Dimulai dari Nijmegen, Belanda pada tanggal 2 April 2018, mereka berhasil tiba di Indonesia pada tanggal 23 Februari 2019. Memang bukan waktu yang singkat, mengingat Diego dan Malies menempuh jarak 12.000 km dengan melewati 23 negara. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk mengeksplorasi dan saling mengenal wilayah di antara mereka berdua, menemukan perbedaan yang diharapkan bisa memperkuat persatuan.

Kami ingin berkomunikasi walaupun tanpa kata-kata. Kami ingin melihat, melakukan, dan mempertimbangkan dari sisi yang belum pernah kami kenal sebelumnya.- Diego dan Marlies

Selain untuk mengenal budaya dan wilayah yang mereka lewati, Diego dan Marlies juga memiliki misi mulia. Mereka mendedikasikan Everything in Betweenuntuk membantu manusia, hewan, dan tumbuhan. Diego dan Marlies berpendapat bahwa kehidupan yang harmonis harus tercipta di antara ketiganya. Setiap 1 km yang mereka tempuh selama perjalanan Everything in Between sama dengan uang sebesar 1 euro.

 

Misi Kebaikan Diego Marlies

Dalam penyalurannya, Everything in Between bekerja sama dengan 3 organisasi yang dipercaya bisa menyebarkan pesan kebaikan. Tak lama setelah tibba di Jakarta, Diego dan Marlies langsung mengunjungi ketiga oraganisasi tersebut untuk memberikan donasi yang telah terkumpul. Ketiga organisasi tersebut adalah:

  1. Yayasan Lestari Sayang Anak

    Yayasan Lestari Sayang Anak merupakan panti asuhan yang menyelamatkan bayi dan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu merawat mereka. Berdiri sejak tahun 2009, Yayasan Lestari Sayang Anak memiliki misi untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak dengan menyediakan makanan sehat, pakaian, pendidikan, kebutuhan medis, dan kasih sayang. Seluruh anak asuh dirawat hingga mereka tumbuh dewasa dan siap hidup mandiri kedepannya.

  2. Jakarta Animal Aid Network (JAAN)

    Berdiri sejak tahun 2008, JAAN berfokus pada 2 bagian yaitu kesejahteraan hewan domestik dan penyelamatan hewan liar. Kesejahteraan hewan domestik meliputi adopsi kucing dan anjing, pemberian makanan anjing gratis, pelayanan sterilisasi kucing, dan penyelamatan darurat. Sementara untuk penyelamatan hewan liar, JAAN melakukan perlindungan terhadap hewan-hewan liar seperti primata, lumba-lumba, macan, orangutan, dll. Selain itu, JAAN juga rutin memberikan edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya kehidupan binatang, bagaimana habitatnya, dan tidak ada campur tangan kekerasan dari manusia.

  3. Kebun Kumara

    Semakin berkembangnya kota, semakin besar pula jarak hubungan manusia dengan lingkungan alam dan tumbuhan. Alasan itulah yang mendorong Kebun Kumara untuk mengajarkan masyarakat akan pentingnya lingkungan dalam hidup manusia. Dengan memudahkan masyarakat berkebun di halaman rumah sendiri, Kebun Kumara memberikan kemudahan akses langsung terhadap sumber pangan organik. Karena, Kebun Kumara percaya bahwa makanan yang baik dan sehat adalah hak semua orang.

Setibanya di Indonesia, Diego dan Marlies membuat acara sharing session yang membahas mengenai perjalanan mereka bersepeda selama 11 bulan dan membagi pengalaman mereka ketika mengelilingi dunia.

 

Sumber berita: https://blog.kitabisa.com/misi-bersepeda-diego-dan-marlies-dalam-everything-in-between/.

ilustrator

Belajar Menjadi Ilustrator Buku bersama Yoelanda Sari

Menjadi ilustrator yang karyanya bisa dinikmati melalui berbagai medium, dari media sosial, merchandise, hingga buku itu memang nggak mudah. Namun, bukan berarti nggak mungkin, terutama bagi kita yang masih baru memulainya.

Sejak awal, siapa pun bisa dengan mudah jatuh hati pada karya-karyanya yang selalu imut, sederhana, dengan penggunaan warna-warni nan hangat, yang menyisakan seutas senyum setelah melihatnya. Wajar kalau Stephany “Teppy” Josephine penulis buku Suka-Suka Teppy memilih Yoelanda sebagai partner untuk memberi sentuhan dan warna pada buku yang baru saja terbit Maret 2019 ini.

Tahun 2018, pertama kalinya Bentang Pustaka berkenalan dengan sosok ilustrator berbakat bernama Yoelanda Sari. Yuk, kita simak kiatnya untuk menjadi ilustrator!

Keep explore and creating

Memulai itu kadang lebih susah. Seperti yang dituturkan gadis kelahiran Jakarta, 11 Januari 1992 ini, awalnya Yoelanda nggak langsung bisa yakin: Mau membuat karya seperti apa? Dengan style seperti apa? Lalu tentang apa? Dan untuk siapa?

Seiring dengan proses berpikir itu, Yoelanda memutuskan untuk mengambil inspirasi gaya dan tema ilustrasinya nggak jauh-jauh dari apa yang sedang dia rasakan dan pastinya pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Bagi kita yang baru akan memulai, akan lebih baik untuk berkaca dari diri sendiri terlebih dulu.

Baginya, perkara menemukan style atau ciri khas itu jangan menjadi penghalang seorang ilustrator untuk melangkah maju. “Dulu aku juga galau lama banget soal style ini. It can be a short or long process karena perjalanan setiap orang akan berbeda-beda. Jangan sibuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain sampai lupa bahwa yang terpenting adalah menikmati prosesnya. Keep exploring and creating, harus berani tunjukkan karya kita supaya bisa dapat feedback,” tutur lulusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Bina Nusantara ini.

Get the good impact from social media

Setelah memulai, langkah selanjutnya adalah untuk selalu konsisten membuat karya. Kegigihan Yoelanda dalam tiga tahun terakhir ini membuat namanya dan @moon_pancake (brand merchandise miliknya) semakin dikenal luas. Meski mengakui bahwa ia awalnya nggak berencana menjadi full-time illustrator. “Dapet kerjaan-kerjaan ilustrasi itu justru karena aku sering iseng nge-post random di Instagram,” ujarnya. Baginya, media sosial itu jika dipergunakan untuk tujuan yang baik seperti mengembangkan diri, maka akan ngasih hal baik juga.

Yoelanda banyak mengambil inspirasi dari sosok keren yang dilihatnya di medsos. Nama-nama perempuan independen seperti Michelle Obama, J.K. Rowling, dan Lizzie Parra merupakan muse terbesarnya. Perkenalannya dengan Teppy juga berawal dari saling berkirim DM di Instagram, lho! Menurutnya jangan takut buat menyampaikan apresiasi atau sekedar menyapa orang yang kita kagumi karena kita nggak tahu kesempatan apa yang mungkin bisa didapat.

Aim high, but stay grounded

Memulai berarti juga memelihara mimpi. Yoelanda selalu berharap karya-karyanya bisa memberi manfaat, “I hope my works can be a rainbow in someone else’s cloud to cheer up someone who is having a hard time.”

Selain itu, Yoelanda punya target yang menurutnya berat untuk dicapai tapi layak dicoba,  “I am still learning to be less overthinking, practicing self-love, and green lifestyle more consistently.” Yoelanda pengin terus menyadari ketidaksempurnaannya dan merangkul potensi diri pada saat yang sama. “Aku tuh orangnya banyak mau, tapi setiap tanggung jawab selalu berusaha aku kerjain satu persatu.” Sikapnya juga dicerminkan dari caranya menjalin relasi. Baginya selain bakat dan skill, bekal terpenting dari seorang ilustrator itu adalah attitude yang baik, punya inisiatif, dan pastinya disiplin.

 

buku suka suka teppy

Panduan Menikmati Buku Suka-Suka Teppy

Hai, Teman-Teman! Kali ini kami akan berbagi hal-hal yang sebaiknya kamu lakukan setelah bertemu dengan buku Suka-Suka Teppy. Bukannya sok ngatur, ini cuma saran supaya pengalaman membacamu mempunyai makna yang lebih dalam dan kesan yang bertahan lebih lama. Seperti layaknya film yang hobi diulas Teppy, buku ini juga nggak selalu ngasih paparan jawaban yang datar atau terlalu mulia, tapi ada naik turun emosinya. Ada twist segala rupa jadi bisa dibahas panjang lebar, bahkan setelah kamu menutup bukunya.

Makanya kita langsung aja yuk, simak langkah-langkahnya!

  1. Kenalan dulu sama Stephany Josephine, atau yang biasa disapa Teppy. Teppy dikenal sebagai blogger dan social media influencer. Artikel yang paling banyak diminati di blognya yaitu, “Movie Review Suka-Suka”, ulasan film dengan gaya penuturan sebebasnya yang didominasi meme dan GIF. Karakter Teppy yang ceplas-ceplos nan jujur bak teman yang udah bareng kamu 10 tahun lamanya ini juga jadi inspirasi gaya bercerita dalam buku ini.
  2. Put your smartphone down. Nggak perlu ribet pakai ponsel pintarmu untuk nanya ke Teppy. Buku ini sudah berisi kumpulan pertanyaan dari kamu yang sudah mengirimi Teppy e-mail pada akhir tahun lalu, “Hai, kamu! Ada yang kegelisahannya terwakili di buku ini?” Dari ratusan e-mail yang masuk, sekitar 100 pertanyaan yang dimasukkan dalam 18 bagian, dari tema pop culture, lifestyle, family, friendship, career, self-love, sampai love yang topik curhat andalan sejuta umat, dikupas tuntas!
  3. Cari tempat membaca senyaman mungkin, dekat dengan aroma kopi … atau mungkin teh hangat? Tahu nggak, kalau tulisan Teppy selama ini banyak dihasilkan di coffee shop? Soalnya hobinya Teppy adalah mencari coffee shop lucu setiap akhir Minggu. Buat menyendiri lama-lama katanya. Maybe you should try ;).
  4. Remember that this book is gonna be your pocket friend! Saat sedih atau bingung atau sekadar lagi butuh teman, kamu bisa menggenggam buku ini dan membolak-balik halamannya untuk menemukan sosok teman seperti Teppy. Kadang bisa bikin kamu kena “omel” sekaligus diingatkan dengan sayangnya, saat ngebaca buku ini.
  5. This is the perfect time to contemplate. Terima kasih untukmu yang sudah menggenggam buku ini. Kalau saat membaca halaman-halamannya, kamu menemukan kesalahan cetak pada hal vi dan 71, tim Bentang Pustaka mohon maaf, ya! 🙏 Kamu bisa mengabaikannya sejenak, sambil kembali menikmati harimu dengan buku ini.

Happy reading!

© Copyright - Bentang Pustaka