Tag Archive for: romance fiction

Musuh Jadi Cinta dalam Masa Remaja

Musuh jadi cinta memang sering terjadi di masa remaja. Awalnya, timbul rasa benci, bertengkar, lalu berubah menjadi dendam karena rasa kesal sudah menumpuk. Bisa jadi, hal itu adalah suatu pendekatan yang tidak kasat mata. Beberapa dari kalian mungkin langsung tebersit siapa orangnya yang suka bikin jengkel, lalu merutuki dalam hati. Indikator sederhana itu biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di masa sekolah, masa remaja, atau masa ranum-ranumnya emosi seseorang. Pada masa ini, transisi emosi bisa berubah dengan cepat. Misalnya dari membenci seseorang, bisa jadi jatuh cinta beneran. Waduh! Banyak sekali kasus sedemikian yang kemudian diangkat menjadi kisah cinta yang manis. Misalnya dalam Vanilate karya Risma Ridha.

novel musuh jadi cinta

Menengarai Musuh Jadi Cinta

Dalam novel Vanilate sang tokoh utama, Vanila tidak segan-segan untuk meluapkan segala kebencian yang sudah penuh terhadap Late. Baginya, Late bukan seseorang yang bisa terus diperlakukan baik. Perlakuan selanjutnya tentu gelagat yang jutek, atau omongan yang ketus. Kedua tindakan tersebut selalu menjadi sinyal untuk menunjukkan permusuhan. Nanti sesudahnya, akan banyak hal yang merembet, misalnya keinginan untuk terus membuat kebencian itu sebagai suatu yang terpatri. Tapi pada akhirnya, yang terjadi malah teringat terus! Lho?

Menarik garis pada kehidupan remaja, kasus sedemikian ini bisa ditemui bahkan dialami oleh kamu yang membacanya. Usahamu yang terus membenci justru sia-sia karena kamu baru saja membuatnya terus teringat. Seperti Vanila yang meledak, atau dari pihak Late yang justru ikut turut dalam pusaran intensitas besinggungan dengan “musuhnya” ini. Di pihak siapa pun, kasus musuh jadi cinta ini bisa jadi asal muasal kisah kasih yang manis di masa remaja kamu!

(Baca artikel terkait Vanilate di Stereotip Novel Wattpad di Kalangan Pembaca)

Interpretasi Diri

Dengan siapa lagi validasi itu bisa didapat kalau bukan bermula dari kamu? Orang terdekat kamu akan terus mempertanyakan hubungan kalian dan memberi ledekan yang makin membuat perasaanmu menggebu-gebu. Manis dan pahitnya kisah ini bisa kamu temukan dalam Vanilate, sebuah romance remaja dengan topik Musuh jadi Cinta  yang baru saja terbit dan bisa didapat di Mizanstore. Bak berkaca, kamu akan menemukan dirimu sama terjebaknya dengan Vanila dalam perasaannya sendiri.

Stereotip Novel Wattpad di Kalangan Pembaca

Pernah mendengar stereotip novel Wattpad yang dianggap sebelah mata? Pandangan yang satu ini tidak dapat langsung dihilangkan dalam masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu dibongkar dan perlu kita kaji kembali. Faktanya, tidak sedikit penulis Wattpad yang menghasilkan karya tulis yang berkualitas dengan mengusung tema dan konflik yang unik. Salah satunya, seperti yang dilakukan oleh Risma Ridha dalam karyanya yang berjudul Vanilate. Kisah ini bisa menjadi mediator untuk membongkar stereotip yang berkembang terkait novel yang diangkat dari platform Wattpad. Banyak alasan kenapa novel Wattpad masih worth the hype, bahkan setelah proses penerbitannya. Apa aja, sih, alasannya?

Stereotip Novel Wattpad

Karya Segar dari Penulis Baru

Wattpad biasanya menjadi jujukan napak tilas para penulis. Saat menuangkan karyanya di platform tersebut, penulis bermula membagikan ide-idenya yang berkembang menjadi satu karya yang utuh. Gaung yang bersambut dari para pembaca dapat menjadi acuan hasil tulisan penulis tersebut. Pada dasarnya, setiap karya tulis memiliki sasaran pembacanya, pun yang terjadi dalam platform di Wattpad.

Baca juga artikel terkait dengan judul Mulutmu Harimaumu: Talenta dan Petaka

Saat lahir ke proses penerbitan, karya-karya dengan penulis jutaan tersebut melangkah lebih jauh untuk dikenal di luar zona pembaca lamanya. Namun, tidak sedikit orang-orang yang menyangsikan kualitas ide dan eksekusi penulisannya. Kesangsian tersebut merambah ke pembentukan stereotip novel wattpad, mulai dari picisan, atau novel dengan konflik umum. Pendapat itu dapat membunuh kualitas karya dan eksistensi ranah pembacaan secara umum. Tanpa apresiasi, tidak ada perkembangan lebih lanjut para penulis baru dengan ide-ide segar tersebut.

Membongkar Stereotip Novel Wattpad

Apresiasi untuk karya tersebut sebaiknya adalah dengan membacanya dan meninggalkan stereotip novel Wattpad yang beredar di masyarakat. Setelah proses panjang dalam kanal Wattpad dan jumlah pembaca, penulis telah membuktikan karyanya berhasil menarik perhatian pembaca. Seperti halnya karya Risma Ridha yang akan terbit, Vanilate. Dengan pembaca yang begitu banyak di kanal bacaan tersebut, karya satu ini membuktikan kualitasnya terhadap pembacaan di lingkungannya. Mendukung karya tersebut menggapai pembaca lebih luas bisa didukung dengan mendapatkan dan memulai membaca bukunya. Vanilate akan segera terbit dan bisa didapatkan di MizanStore. Sebuah kisah yang akan menarik perhatianmu dan siap membuktikan kesegaran idenya.

mulutmu harimaumu

Mulutmu Harimaumu: Talenta dan Petaka

mulutmu harimaumu

Pernah dengar peribahasa mulutmu harimaumu? Peribahasa yang satu itu memang merujuk perihal tuturan dan dampaknya bagi penuturnya. Dengan peribahasa itu, kita diajak untuk berhati-hati dalam berucap, atau juga dalam bertingkah. Tetapi, bagaimana jika istilah Mulutmu Harimaumu menjadi suatu pokok permasalahan dalam kehidupan seseorang seutuhnya? Seperti halnya Vanila, dalam kisah Vanilate karya Risma Ridha yang akan rilis pada bulan Juli ini. Kisah Vanila adalah pertarungan diri untuk terus menjaga hal yang hendak diutarakan. Kalau salah, bisa sangat berbahaya. Pasalnya, apa pun yang diucapkan oleh Vanila selalu berakhir menjadi kenyataan. Seolah-olah peribahasa Mulutmu Harimaumu adalah perwujudan sosok Vanila!

Mulutmu Harimaumu: Sebuah Talenta

Vanila dalam kisah Vanilate adalah gadis yang luar biasa. Ia digambarkan sebagai seorang siswa SMA yang tidak biasa! ia merupakan  seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam dirinya. Tentunya, tidak semua orang dapat mewujudkan apa pun yang terucap dari mulutnya. Tetapi Vanila adalah pengecualian. Risma Ridha ingin menambah adrenalin dari pembacanya dengan menghadirkan keahlian khusus dari Vanila yang begitu dengan dengan keseharian: tuturan. Berbicara dan bahan tuturan adalah suatu habis keseharian, tapi dengan memberi “penyelewengan” kebiasaan, merupakan suatu kebaruan.

(Intip artikel terkait Vanilate: Sebuah Prahara Sumpah Serapah, yuk!)

Ucapan yang menjadi kenyataan adalah suatu talenta. Vanila bisa saja mengucapkan segala sesuatu yang selalu positif untuk menghadirkan suatu perwujudan yang indah.  Istilah Mulutmu Harimaumu selalu beriringan dalam setiap tuturan, tidak melulu baik, tapi juga sesuatu yang bersifat negatif. Selain menjadi talenta, kasus yang dialami Vanila mampu menjadi sesuatu petaka. Tidak jarang Risma Ridha membuat kemampuannya ini menyeret Vanila dalam kubangan masalah. Lebih dari masalah, Vanila juga terus-menerus dijerat oleh perasaan bersalah.

Petaka atau Talenta?

Vanilate adalah kisah kehidupan Vanila dengan kemampuan khususnya ini. Pembaca akan diajak menyelami kehidupan Vanila dengan berat dan mudahnya memiliki kemampuan untuk mewujudkan ujarannya. Risma Ridha juga mengimbuhkan beberapa tokoh yang semakin meramaikan kisah dalam novel Vanilate, baik mereka yang menjadi korban dari mulut Vanila, atau mereka yang menjadi kontra atas tuturan Vanila yang berbahaya. Di sinilah pembaca akan menemukan jawaban dari pertanyaan perihal kemampuan khusus Vanila: Petaka atau Talenta? Nantikan informasi prapesannya di akun resmi Belia Bentang .

Membaca buku fantasi

Membaca Buku Fantasi: Mengembalikan Kewarasan

Membaca buku adalah sebuah sarana untuk penghiburan, tidak terkecuali membaca novel fantasi. Novel fantasi menjadi genre yang memiliki peminat yang cukup tinggi. Karya-karya dengan genre ini sering kali menggunakan sesuatu yang bersifat imajiner dan tidak ternalar untuk menghidupkan gambaran magis para pembacanya. Seperti yang kita kenal dengan ilmu magis, atau kemampuan ajaib yang sering digambarkan pada tokohnya. Tidak semua penulis bisa mengantarkan para pembacanya untuk sampai di titik imajinasi yang sesuai dengan bentuk naratif yang dituliskannya. Tapi mari mulai membedah karya milik penulis lokal untuk mengembangkan kualitas penulis Indonesia. Salah satunya adalah Sahlil GE dengan karyanya The Girl From Tomorrow.

(Baca juga artikel tentang The Girl From Tomorrow: Novel Fantasi Indonesia: Eksistensi dan Optimisme)

Narasi Penuh Misteri

Membaca buku fantasiThe Girl From Tomorrow adalah suatu karya yang dipenuhi plot dan kejadian magis di dalamnya. Dengan realitas kehidupan yang tampak begitu stagnan, membaca buku fantasi yang satu ini bisa mengembalikan angan yang kaya dengan sihir. Tidak hanya menawarkan kisah yang berbau sihir, Sahlil GE juga menjelaskan hal-hal ganjil yang penuh misteri. Sahlil GE dapat diakui andal dalam memunculkan tanda tanya pada suatu kejadian dan membuatnya beralasan di bagian lain. Sehingga meski merupakan kisah yang bersifat magis, The Girl From Tomorrow tidak serta merta menjadi kisah fantasi dengan narasi yang penuh dengan omong kosong dan kemustahilan yang aneh. Kisah yang dituliskan oleh Sahlil GE ini dipenuhi oleh misteri yang membuat kegiatan membaca buku fantasi menjadi alternatif rutinitas yang menyenangkan.

Masih banyak hal-hal menarik lainnya yang membuat The Girl From Tomorrow menjadi kisah fantasi yang bisa direkomendasikan. Beberapa hal lainnya adalah tokoh-tokoh dalam novel The Girl From Tomorrow yang digambarkan begitu unik dan nyentrik. Dari tokoh-tokoh inilah kamu akan diajak mengarungi keseluruhan jalan cerita dengan begitu menyenangkan.

Yuk, Membaca Buku Fantasi!

Dengan kondisi realitas masa kini yang semakin tidak menentu, break sejenak dari rutinitas yang terlalu berat bukan hal yang egois. Dalam kondisi yang demikian, kita diharapkan tetap sehat baik secara fisik maupun mental. Selain asupan yang bergizi, kegiatan yang menyenangkan dan penuh penghiburan juga sangat dibutuhkan. Membaca buku fantasi menjadi saran berkegiatan yang menyenangkan, tentu dengan rekomendasi bacaan yang menghibur seperti The Girl From Tomorrow karya Sahlil GE. Untuk mendapatkan buku, bisa  ke toko buku kesayangan kamu atau  melalui Mizanstore.

prahara sumpah vanilate

Vanilate: Sebuah Prahara Sumpah Serapah

Prahara sumpah di Vanilate ini seperti layaknya yang kita temukan di kehidupan sehari-hari. Siapa di sini pernah mengutarakan sumpah serapah saat kesal? Atau justru saat merasa senang?

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sering kali berujar sembarangan dan semaunya saat sedang kesal yang membentuk kutukan atau sumpah serapah yang buruk. Atau sebaliknya, kita kadang menebar janji saat merasa senang. Dalam emosi yang begitu stabil, kita justru menyesalinya. Tapi bagaimana ya, jika justru tuturan kita adalah segala bentuk realitas yang belum terjadi? Atau bisa disebut sebagai: realitas dalam ujaran. Sumpah yang selalu menjadi nyata. Dalam kisah yang satu ini, pembaca akan diajak bermain-main dengan suatu tuturan milik tokohnya. Sebuah kisah karya Risma Ridha yang berjudul Vanilate.

(Kenalan lebih lanjut dengan sang penulis Risma Ridha: Segera Hadir Kembali!, yuk!)

Prahara Sumpah di Vanilate

kisah kasih dan prahara sumpahDi kisah ini kamu akan bertemu dengan sang tokoh utama yang bisa kamu sebut juga sebagai pemegang kendali. Segala tuturannya mampu menjadi sesuatu berbahaya, sebab hampir seluruhnya menjadi kenyataan. Saat ia tidak menyukaimu, kamu bisa menjadi sasaran empuk kehidupan yang bersumber dari ujarannya. Semua ini menjadi suatu figurasi dari diri sendiri bahwa tidak semua hal harus diujarkan. Begitupun dengan Vanila, sang tokoh utama ini.

Pemahamannya akan hal ini menjadikan Vanila sebagai kumpulan prahara sumpah yang tetahankan di Vanilate. Di dalam dirinya menumpuk banyak hal yang akhirnya tidak terucap. Entah baik entah buruk. Di benaknya sibuk dengan ketakutan yang menjadikannya diam dan tidak banyak bicara. Vanila digambarkan selalu menutup mulutnya, irit berucap karena segala hal bisa menjadi prahara untuknya. Apalagi sesuatu yang merupakan sumpah serapah. Kita tahu benar bahwa sumpah serapah adalah sesuatu yang berdasar pada hati yang paling dalam. Vanila sendiri sudah lama berusaha meninggalkan refleks pribadinya untuk melontarkan sumpah serapah.

Berdasarkan Pengamatan

Vanila dalam kisah Vanilate adalah sebuah pengembangan dari pengamatannya. Risma Ridha tida menulis dengan sembarangan terkait merekonstruksi pemaknaan prahara sumpah serapah di Vanilate. Setelah Happy Birth-die tamat di Wattpad,  ia mulai menulis kisah VaniLate dengan gaya tulisnya yang khas itu. Keduanya bergenre fantasi ringan. Sesekali pembacanya kelak bisa menemukan tokoh-tokoh Happy Birth-die dalam cerita VaniLate. Kisah ini terinspirasi dari pengalamannya mengamati orang di sekitar, yakni makin banyak orang yang berbicara tanpa berpikir dahulu sehingga tak sadar menyakiti hati lawan bicaranya.

masa the girl from tomorrow

Keterhubungan Masa ala The Girl From Tomorrow

masa the girl from tomorrow

Masa di The Girl From Tomorrow membuat kita sering mengira-mengira, hal yang terjadi yang tidak pernah ada. Ada pula perihal rasa penasaran terkait peristiwa, bendawi  yang terdapat di waktu lampau, yang bisa memengaruhi saat ini. Serangkaian tanda tanya yang tidak pernah terputus. Manusia yang sibuk mempertanyakan hal-hal dalam hidupnya menjadi indikator sifat harfiah mereka yang tidak pernah bisa puas. Baik kamu maupun orang terdekatmu sibuk menerka-nerka sekaligus menjawab keresahan mereka sendiri. Termasuk Lana, yang menjawab sendiri kegundahan hatinya atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Mempertanyakan sebab dari perpisahan kedua orang tuanya yang dirasa sebaiknya tidak terjadi. Lana tidak hanya mempertanyakan, tetapi menemukan solusinya.

Mengubah Masa Lalu

Setiap orang barang kali ingin kembali ke masa seperti di The Girl From Tomorrow yang telah terlewatkan dan membenahi hal-hal yang dianggap tidak pas, atau bahkan menambah hal-hal yang luput. Lana, tokoh dalam The Girl from Tomorrow berusaha melakukan keduanya. Gadis SMA itu sengaja bersusah payah mengarungi masa dan sampai  pada era milik kedua orang tuanya. Meski kedatangannya sedikit mengobrak-abrik kisah yang telah digariskan, Lana tidak peduli. Dia tetap berusaha untuk memperbaiki cikal bakal dari penyebab-penyebab perceraian kedua orang tuanya. Lana menambahkan atau bahkan mengurangi segalanya sesuai yang dia perkirakan terbaik untuk masa depan.

Kita semua adalah Lana. Ia adalah kepuasan batin setiap pembacanya yang berharap bisa kembali ke masa lalu, dan menghubungkan masa kini, dengan masa lalu—yang akan memengaruhi masa depan. Lini waktu tidak pernah ada ujungnya. Meski demikian, kita tetap harus percaya bahwa sesuatu memang sudah digariskan, sudah ditentukan akan seperti apa dan harus bagaimana. Tapi jika memiliki daya lebih, apakah kamu akan sibuk-sibuk mampir ke waku yang lalu?

Keterhubungan Masa di The Girl From Tomorrow

Fantasi menjadi suatu komponen yang begitu mendasari cita-cita manusia yang satu ini. suatu lingkup imajiner yang membawa kita pada rasa puas. Melalui tulisan, kita menjelma menjadi tokoh-tokoh yang singgah di setiap kurun waktu. Lana menjadi kita, dan kita akan dibawa pada pengelanaan milik Lana dalam karya fiksi yang tidak biasa ini.

Jelajahi ruang dan waktu melalui buku The Girl From Tomorrow di sini.

 

representasi keluarga sebagai bentuk sosial

Pengaruh Latar Sosial dalam Kisah Cinta Manusia

Dalam suatu lingkungan sosial, saat seseorang sampai pada usia yang dianggap menikah, sering kali dihadapkan dengan banyak sekali kerisauan. Perihal siapa, perihal bagaimana, hingga menjawab harfiah pernikahan. Apa itu pernikahan sering kali dihubung-hubungkan dengan perasaan cinta. Seolah-olah syarat mutlak dari menikahi seseorang adalah cinta—sebuah rasa yang tidak kasat mata. Nyatanya, banyak sekali faktor-faktor lain. Di Jawa, ada istilah bibit bebet dan bobot, yang menjadi syarat sah seseorang yang bisa diterima oleh suatu keluarga. Latar keluarga hingga personality dan juga materi yang bersifat wajib untuk diperhitungkan. Dalam kisah cinta, latar sosial mengiringnya demi mewujudkan suatu kisah cinta yang manis dalam bahtera pernikahan. Tidak terkecuali dalam kisah cinta milik Kashmir dan Kanya.

Kashmir: Sebuah Refleksi Tokoh

Membicarakan Kashmir, pembaca seolah tidak pernah bisa lupa perihal pembentukan karakter dan penokohan milik pria satu ini. Dalam novel Shirath, Kashmir adalah tokoh yang diceritakan dengan segala kemalangannya. Namun, beriringan dengan kemalangan tersebut, Kahsmir adalah pria yang teguh dan pekerja keras. Pekerjaannya, kehidupannya stabil meski di balik itu semua, latar belakang kehidupannya seolah bergelayut dan menjadi sesuatu yang tidak pernah terlepas. Lahir dengan keluarga yang dianggap merugikan masyarakat, hidup dan dewasa tanpa kedua orangtuanya, dan cap untuk sosoknya yang sebenarnya tidak seperti opini lingkungan sosialnya.

Ketika bertemu dengan Kanya, Kashmir seolah merasa terhadang oleh kisah hidupnya sendiri. Spekulasi-spekulasi keburukan atas dirinya memenuhi pikiran Kashmir. Latar sosial yang membayangi kehidupannya menjadi tembok pembatas yang begitu tinggi untuk bisa menikahi pujaan hatinya tersebut. Alih-alih menikahi, meraih pun Kashmir terhempas.  Bibit bebet dan bobot tidak memihak padanya. Meski demikian, apalah arti latar belakang sosial bagi satu cinta utuh yang diberikan Tuhan untuk makhluknya?

Cinta dan Sosial

Latar sosial barangkali bisa membatasi realisasi manusia atas perasaannya. Gagal menikah, hubungan yang kandas, atau bahkan hubungan yang tidak pernah benar-benar dimulai. Pun demikian pada kisah cinta milik tokoh utama dalam novel Shirath karya Tasaro GK tersebut. Kashmir hadir sebagai jawaban yang menggantung, dari serangkaian tanda tanya yang dihadirkan oleh Kanya. Karenanya, mereka seolah tidak bisa saling memiliki, entah terbatas oleh latar sosial, atau perihal kehidupan—yang dibangun Tasaro GK—menjadi begitu kejam atas keduanya.

Ikuti kisah Kashmir dan Kanya lewat novel Shirath yang bisa kamu dapatkan di https://mizanstore.com/shirath_70425

Sinestesia dan Mengembaraan waktu

Sinestesia? Pernah dengar istilah yang satu ini? Sinestesia merupakan satu dari sekian banyak jenis kelainan pada otak. Sinestesia dipercaya sebagai suatu kelainan yang mampu membuat para penyandangnya (sinestesian) memiliki lebih dari satu respons dalam satu indra.  Dalam hal ini, Sinestesia adalah fenomena neurologis di mana otak menimbulkan beberapa persepsi respons lain yang  berupa penglihatan, suara, ataupun rasa dari keenam indra. Contohnya, seorang penyandang penyakit ini merasa melihat suara, atau mendengar rasa. Wah, aneh ya? Meski demikian, beberapa beranggapan bahwa hal ini tidak benar sebab satu indra hanya merespons dengan satu cara.

Baca jugahttps://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/sinestesia-adalah-merasakan-warna/

Sinestesian di Masa Depan

Dalam karyanya yang satu ini. Sahlil GE mengakui bahwa ini adalah karya fantasinya yang pertama. Meskipun karya fiksi fantasi yang kali pertama, novel ini bukan berarti tidak keren dan menarik perhatian. Karya ini pernah terbit di Wattpad dan menguras perhatian para pembaca dengan kisahnya. Fantasi pertama karya Sahlil GE ini dibuatnya menarik dengan melibatkan peran dan kinerja dari para penyandang sinestesia. Para sinestesian di kisah ini menjadikan jalan cerita dari The Girl FromTomorrow menjadi begitu imajinatif.  Dengan sentuhan sesuatu yang magis dan tidak ternalar, peran sinestesian menjadi harga jual dari kisah ini.

Tidak menulisnya dengan ngawur, Sahlil GE menyebutkan bahwa kisahnya ini melalui riset yang panjang. Terlebih ketika diakuinya bahwa Sahlil GE merupakan satu di antara sekian banyak sinestesian. Dengan melakukan serangkaian wawancara dengan sesama sinestesian, Sahlil GE membungkus kisahnya dengan basis yang tidak sembarangan. Sinestesian dalam kisahnya kemudian dikembangkan menjadi orang-orang dengan bakat istimewa. Di buku ini disebutkan memiliki kemampuan khusus yang mampu mengembara waktu. Menjadi pengendali waktu yang mampu menilik kembali hal-hal yang terjadi, lebih-lebih berusaha membenahinya barang sedikit. Seperti yang dilakukan oleh tokoh Lana dalam  kisah ini.

Wajah Baru Fantasi Indonesia

Pengembaraan waktu yang dilakukan oleh Sinestesian dalam kisah ini memberi harapan baru bagi Indonesia untuk melahirkan penulis-penulis bergenre fantasi. Sahlil GE menjadi wajah baru yang menyodorkan karya unik yang tidak biasa. Karya yang bisa dinikmati kalangan tidak hanya remaja, tapi juga oleh kalangan umur yang lebih dewasa.

Tasaro GK

Merengkuh Pembaca dalam Karya ala Tasaro GK

Tasaro GK belum lama ini menghadirkan buku barunya yang berjudul Shirath. Sebuah kisah yang dibumbui dengan begitu banyak gelora, rasa, dan asa. Shirath yang belum setahun terbit ini sebelumnya telah dinantikan oleh pembaca setia dari sang juru cerita, Tasaro GK. Sebagai karya sekuel dari Sembilu, para pembaca begitu antusias menantikan kehadirannya. Pada novel sebelumnya, tokoh Kashmir dan Kanya begitu menarik perhatian dengan kisah keduanya yang begitu menguras emosi pembacanya. Tak hanya itu, Shirat yang kemudian hadir sebagai suatu karya tulis dengan diksi yang begitu mendayu, seolah menjanjikan para pembaca untuk esensi membaca yang sama dengan karya Sembilu.

(Baca juga Shirath: Anak Rohani Tasaro GK)

Mendapat Tempat di Hati Pembaca ala Tasaro GK

Bagi para pembaca, tokoh Kashmir dan Kanya memberikan efek yang begitu dalam sepanjang jalan kisah. Kisah cinta dari kedua tokoh tersebut memang sebuah pusat sekaligus poros cerita, tetapi dimensi cerita perihal keduanya mampu memberi atensi yang begitu besar saat proses pembacaan. Terlebih ketika Kashmir membawa para pembaca dalam perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lain, untuk meluruhkan rasanya terhadap Kanya. Dari Bandung, Yogyakarta, hingga Stockholm, dan negara-negara lainnya. Cara Tasaro menggambarkan rasa dan lokasi latar untuk dimensi dalam novel Shirath lagi-lagi tidak mengecewakan para pembaca yang terseret dalam alur cerita. Perpindahan wilayah yang masih melibatkan rasa yang sama untuk satu orang wanita. Rasa cinta dan setia selalu berhasil memenangkan hati pembaca.

Tidak jauh berbeda dengan kisah Sembilu, sekuelnya ini berhasil memeluk para pembaca dengan cara yang tidak kalah romantik dari rasa Kashmir dan Kanya. Para pembaca tidak sedikit yang menyebutkan perasaan mereka yang begitu campur aduk menyaksikan perjalanan kedua tokoh sentral tersebut. beberapa pembaca juga mengakui meloloskan air mata sedih, kecewa, dan haru mereka sepanjang proses pembacaan. Barangkali beginilah cara Tasaro merengkuh pembaca, dengan meletakkan rasa untuk mendapatkan rasa yang lainnya dari orang-orang yang membaca karyanya ini.

Satu di Antara Mereka

Belum genap setahun dan euforianya masih bisa didapatkan dan akan selalu dapat terasa. Buku selalu dapat menemukan pembacanya. Setelah proses pembacaan-pembacaan dari beberapa orang, Shirath masih bisa menjadi rekomendasi kepada para pembaca baru lainnya. Buku ini masih tersedia dan menunggu pembaca lainnya untuk masuk dalam pusaran ceritanya. Jadilah datu dari sekian banyak pembaca yang merasakan sensasi tulisan ala Tasaro GK.

 

Baper: Kalau Saja Bisa Dicegah!

Baper, bisa menjadi kata yang penuh malapetaka. Kata orang, kita bisa menentukan semua hal, selain jatuh cinta. Yap, tanpa kendali dan kuasa apa-apa, manusia kesulitan bahkan cenderung tidak mampu menentukan hatinya sendiri. Kepada siapa, kapan waktunya, cinta itu jatuh. Terlebih, saat seseorang itu tidak seharusnya menjadi tempat hati berlabuh. Ketika seseorang ternyata ditakdirkan memiliki peran lain, tapi kita justru merasa mencintainya tanpa syarat. Kadang, kasusnya bisa sesimpel waktu yang tidak tepat. Dalam beberapa kasus, baper dalam first sight itu indah, tapi begitu tidak tepat datangnya. Duh, memaparkan kebaperan bisa menjadi susah juga, ya? Namun begitulah kiranya, sebuah intro sederhana yang akan membawa pembaca bisa mendapatkan gambaran perihal Juno, tokoh dalam The Girl From Tomorrow.

Di dalam novel The Girl From Tomorrow karya Sahlil GE, pembaca akan menemui perasaan yang bernama baper tersebut. Baper berjalan beriringan bersama eksistensi Juno di dalam novel tersebut. Juno menghidupi satu dimensi, dan kita diajak berkelana jauh ke dalam kebingungan, rasa bersalah, dan cinta yang kekalutan menentukan muaranya. Novel yang menimbulkan banyak tanya memaksa pembacanya turut merasa, turut memikirkan ke mana akhir dari perjalanan pembacaannya. Dalam ruang kosong yang dihadirkan oleh penulis, pembaca akan mengisinya dengan perasaan yang telah ditawarkan oleh Sahlil GE.

 

Mencegah Perasaan?

Sejatinya, manusia mungkin bisa menentukan sendiri perasaannya. Menentukan akan berbuat apa dengan rasa cinta yang hadir dalam hidupnya tersebut. Apakah akan dibiarkan menjadi seperti pohon yang terus tumbuh tetapi tidak berbunga? Atau seperti Juno yang mengharuskan pohonnya itu ditebang paksa? Juno akan membawa pembaca buku The Girl From Tomorrow masuk ke dalam satu dimensi yang tidak tertebak. Dengan membunuh rasa, atau menjadi tim yang membiarkan rasa itu tetap ada.

            The Girl From Tomorrow akan segera terbit, dan menarik pembacanya masuk untuk menentukan pilihannya. Barangkali, pembaca akan menemukan jawabannya dari refleksi dirinya sendiri, sejauh mana rasa baper dapat dikontrolnya. Apakah baper selalu menjadi rasa yang mendominasi dan tidak dapat dicegah, sehingga segalanya larut di dalamnya? Atau pembaca adalah seorang yang seperti Juno, yang mengharuskan dirinyalah yang menjadi pemegang kendali pada rasa yang tidak seharusnya ada itu.

Pembaca, sila menentukan peranmu pada rasa yang satu itu lewat pemesanan di https://mizanstore.com/the_girl_from_tomorrow_70463

 

© Copyright - Bentang Pustaka