Tag Archive for: Literature

George Orwell dalam bahasa Indonesia

George Orwell Terbaru dalam Bahasa Indonesia

Satu lagi novel karya George Orwell dalam Bahasa Indonesia! Tahukah kamu George Orwell memiliki karya menarik lainnya berjudul Keep The Aspidistra Flying? Karya ini merupakan terbitan keempat dari keseluruhan karya Geroge Orwell. Seperti khasnya, karya George Orwell satu ini adalah sebuah karya yang masih berbau topik distopia, dengan karakter seorang lelaki dengan sifat yang nyentrik. Kisah ini pertama kali terbit pada tahun 1936. Kisah ini akan menjadi salah satu karya sastrawan dunia yang harus masuk ke dalam list bacaan, kamu. Kenapa sih buku ini begitu direkomendasikan untuk kamu? Yuk simak alasan berikut ini

Memfigurasi George Orwell Muda

Selain untuk pecinta George Orwell, Keep The Aspdistra Flying ini sangat cocok untuk kamu penggemar novel dengan nilai sosial dan politik. Dengan menciptakan tokoh Gordon Comstock, George Orwell memberikan karakter yang begitu teguh pendirian dan sangat idealis. Gordon adalah tokoh yang akan membawamu menyelami pergulatan ideologi dengan ambisi dan mimpinya yang sangat disangsikan oleh kehidupan sosial.

Baca juga: Cek, yuk, alasan novel ini direkomendasikan untuk kamu!

Sebagai seorang penyair dan pemilik toko buku, kedua pekerjaan tersebut dianggap tidak akan stabil di kehidupan dengan sistem kapitalisme yang berlaku di London masa lalu. Di poin ini lah pasang surut kisah ini menjadi begitu menarik perhatian pembaca. Selain itu, Gordon Comstock dipercaya mencerminkan masa muda sang penulis!

George Orwell dalam bahasa Indonesia

Gorge Orwell dalam Bahasa Indonesia

Keep The Aspidistra Flying perdana terbit dengan Bahasa Inggris. Untuk kamu yang lebih suka membaca dalam Bahasa Indonesia, kamu tidak perlu khawatir lagi karena novel ini telah dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia! Dalam edisi ini, Keep The Aspidistra Flying karya George Orwell  terbaru dalam Bahasa Indonesia. Dengan penerjemah Anton Kurnia, novel karya George Orwell ini bisa dinikmati dengan substansi yang membuat pembaca memahami konteks seperti novel aslinya. Novel yang kaya akan sajak ini bisa kamu nikmati dalam bahasa Indonesia tanpa khawatir bingung dengan korelasi diksi dan substansinya!

Dengan setebal 400 halaman, Keep The Aspidistra Flying akan mengajak kamu memasuki peliknya kehidupan menjadi orang dewasa dan kehidupan sosial berbasis sistem. Novel ini masih bisa kamu pesan dengan diskon yang menarik di sini. Tunggu apa lagi? Yuk segera amankan bukumu! /jw

cinta dalam sayap sayap patah

Memaknai Cinta dalam Sayap-Sayap Patah

cinta dalam sayap sayap patah

Memaknai cinta dalam Sayap-Sayap Patah tidak sulit untuk dilakukan, tapi manusia sering luput untuk melakukannya. Saat seseorang jatuh cinta, tidak jarang ambisi untuk memiliki menjadi suatu tujuan paling utama, dibandingkan dengan merayakan rasa tersebut.  Cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta yang yang tak terbalas atau apa pun bentuk permasalahan lainnya seharusnya membuat manusia lebih menghargai rasa itu. Dalam prosa puitis Sayap-Sayap Patah, Kahlil Gibran menuangkan secara tersirat pemaknaan cinta, dengan menciptakan Selma Karamy dan Gibran. Permasalahan yang dihadapi kedua tokoh dalam karya sastra fenomenal ini mengajak para pembacanya dalam arus percintaan keduanya. Sebuah percintaan dengan pasang surut rasa, yang membuat proses pembacaan diisi dengan memaknai perasaan yang tidak hanya melihat keindahannya.

Makna Cinta Sayap-Sayap Patah dalam Perpisahan

Sebagai karya sastra dunia, pembaca Sayap-Sayap Patah tentu berasal dari berbagai belahan dunia. Pemaknaannya pun seragam. Namun satu pendapat menyatakan bahwa kisah dalam Sayap-Sayap Patah adalah kisah yang tragis, sehingga menuntut para pembacanya untuk menghadapi kedongkolan akhir cinta Selma Karamy dan Gibran.  Bentuk pemaknaan cinta menjadi tumpang tindih dengan perpisahan yang dihadirkan oleh Kahlil Gibran atas hubungan kedua tokoh yang malang tersebut. Hubungan yang diakhiri oleh tuntutan sosial memberikan sebuah pemaknaan atas kandasnya hubungan mereka. Perpisahan menjadi kawan baik dengan cinta yang dielu-elukan tersebut.

(Baca juga: Kekalutan Cinta dalam Sayap-Sayap Patah.)

Kisah Selma Karamy dan Gibran yang dipisahkan oleh sesuatu yang di luar kuasa keduanya semakin mengiris hati pembaca. Didukung dengan bentuk narasi yang begitu kaya akan diksi yang indah, rasa sakit, cinta, dan segala komponennya begitu padu. Membaca kisah cinta yang tragis ini memberi ruang bagi para pembacanya untuk menekuni setiap kata dan pemaknaannya. Pembaca bisa menyusuri setiap pesan tersirat agar lebih memaknai cinta dan menghargainya. Kahlil Gibran berusaha menunjukkan bahwa cinta menuntut kita percaya pada pengharapan, dan terus memaknainya meski kondisinya dalam posisi yang buruk.

Ciptakan Pemaknaanmu

Meski hampir keseluruhan pemaknaan pembaca nyaris sama, tentu ada batas-batas yang membedakan pembaa satu dengan pembaca lainnya. Sayap-Sayap Patah dalam proses pembacaanmu tentu memiliki pemaknaannya tersendiri. Kamu bisa memiliki cara tersendiri untuk memaknai cinta berdasarkan kisah Kahlil Gibran yang mendunia ini. Buku fenomenal ini masih bisa kamu dapatkan di Mizanstore atau toko buku kesayanganmu.

seorang perempuan yang merindukan kebebasan

Citra Perempuan dalam Balutan Kekangan Religi

Perihal status dan tingkatan perempuan seolah menjadi topik yang tidak ada habisnya. Perempuan dan lelaki seolah memiliki perbedaan atas keleluasaan, bahkan untuk diri mereka sendiri. Pemahaman dan pemikiran mengenai hal tersebut telah ada dan eksis dalam masyarakat secara umum. Proses awal dan pemulaannya, tidak diketahui pasti tepatnya. Namun, jika ditarik garis dari masa lalu, masa-masa yang dipercaya dalam beberapa kepercayaan, bahwa ada masa-masa ketika perempuan begitu menjadi “objek”. Menjadi sesuatu yang terkontrol penuh dari orang yang dianggap wali atau berhak atas setiap hak-haknya. Seiring berjalannya waktu, pemikiran ini tergerus oleh pemikiran-pemikiran baru, terutama dari mereka yang terkena imbas buruk atas keberadaan pola pikir yang sedemikian rupa.

Membongkar Atas Dasar Luka

Dalam Sayap-Sayap Patah, pemahaman ini dibuat sebagai sesuatu antagonis yang sedang diperangi oleh sang tokoh utama yang jelas memiliki posisi sebagai protagonis. Dalam kisah ini, tokoh Aku sekaligus narator menceritakan pasang surut perasaannya pada Selma Karamy. Selma Karamy adalah wanita yang dijelaskan sebagai anak dari latar belakang yang begitu spesial, sebab ayahnya merupakan keluarga Uskup. Latar belakang ini sekaligus menjadi ranjau bagi hubungan tokoh Aku dan Selma. Sebab, tidak mudah bagi Selma Karamy untuk bisa semaunya memilih pasangan. Latar belakang itu mengikatnya, dan merenggut haknya untuk memilih.

Sayap-Sayap patah dipercaya sebagai suatu kisah yang diambil dari kehidupan sang maestro dunia, Kahlil Gibran. Tokoh Selma Karamy disebut-sebut sebagai sosok yang berasal dari masa lalunya, sekaligus cintanya yang pertama. Meski harusnya diterima sebagai fiksi belaka, beberapa orang masih beranggapan bahwa tulisan ini adalah cara Kahlil Gibran mengritik pandangan sosial pada era tersebut.

Dibalut dengan Religi

Meski berusaha  membongkar, Kahlil tidak menghilangkan jati dirinya sebagai seorang penyair yang lihai dalam pemilihan kata. Dipilihnya serangkaian diksi yang indah, sehingga baik impresi pembaca terhadap Selma Karamy, kisah cinta antarkeduanya, bahkan kasus keagamaan yang membungkusnya menjadi begitu padu. Kisah dengan kasus citra perempuan dalam hal hak yang terenggut ini seperti yang akan mengingatkan pembaca pada beberapa kisah sejenis, seperti Romeo dan Juliet. Kisah membawa perempuan-perempuan mereka pada belenggu yang memberi mereka akhir yang begitu mengenaskan. Kisah ini mengantarkan keindahan pada pembaca, membeberkan pandangan Kahlil dengan balutan latar religi yang pas.

Dapatkan bukunya di  https://mizanstore.com/sayap-sayap_patah_republish_70424

kekalutan cinta sayap patah

Kekalutan Cinta Sayap-Sayap Patah

kekalutan cinta sayap patah

Kekalutan cinta di Sayap-Sayap Patah selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembaca di seluruh dunia. Pada beberapa hal, motif dari cerita romance selalu berulang dan sering kali membentuk “pasar” pembacanya sendiri. Dengan motif yang nyaris selalu sama tersebut. tidak sedikit karya-karya sastra yang menghadirkan kisah cinta dengan balutan konsep yang lebih “meyakinkan”, tidak melulu perkara patah hati dan berporos pada cinta. Misalnya, yang dilakukan oleh Kahlil Gibran pada tulisannya yang berjudul Sayap-Sayap Patah ini. Kahlil seolah memberikan suatu pembuktian bahwa kisahnya ditulis melampaui persoalan cinta, meski memang genre yang diusungnya dalam balutan romance. Ada yang berusaha disampaikannya, dan itu tersirat dengan begitu rapi di dalam karyanya ini.

Kekalutan Cinta Sayap-Sayap Patah

Sayap-Sayap Patah terbit pertama kali pada tahun 1922 dengan judul Broken Wings dan ditulis dengan Bahasa Inggris. Beberapa orang mempercayai bahwa kisah yang satu ini disadur dari kisah kekalutan cinta Sayap-Sayap Patah milik Kahlil Gibran sendiri. Nuansa romance yang dihadirkan begitu nyata, jelas menimbulkan spekulasi bagi para pembacanya pertanyaan yang hingga kini hadir: apakah kekalutan ini benar dirasakan oleh Gibran pada masa itu, sehingga terasa begitu dekat dan nyata? Tidak pernah ada jawaban yang memvalidasi pertanyaan itu. Satu-satunya yang pasti adalah Kahlil Gibran menuliskan karyanya dengan diksi yang begitu indah. Serta, rasa sakit yang dihadirkan terbalut dalam konflik sosial.

(Baca juga Memaknai Cinta dalam Sayap-Sayap Patah)

Rasa dari Bahasa ala Kahlil dan Sapardi

Melampaui unsur romance di dalamnya, Kahlil Gibran dengan berani dan secara terang-terangan menghadirkan berbagai masalah yang berkaitan dengan nasib perempuan, penindasan, ketidakadilan, dan korupsi yang terjadi di Lebanon. Dan, dalam kisah ini semua itu bersumber pada penguasa agama, yakni Uskup.

Karya fenomenal ini kembali hadir. Peminat Kahlil Gibran bisa mulai bersua dengan alur cerita yang membawa pembacanya dalam kekalutan rasa. Dengan alihbahasawan Sapardi Djoko Damono, rasa yang dituliskan oleh Kahlil Gibran ditransformasi dengan begitu baik dengan memberikan sentuhan puitis dan metaforanya. Hal ini menjadi tidak teragukan lagi, mengingat sang penerjemah juga merupakan seorang penyair. Buku ini menjadi “medan” yang menemukan orang yang tepat untuk menggambarkan rasa yang berusaha disampaikah Kahlil Gibran, sesuai dengan segmentasi pembaca di Indonesia. Sayap-Sayap Patah yang hadir untuk masyarakat ini bak Kahlil Gibran yang dibalut oleh Sapardi, dengan kekalutan rasa yang sama.

 

Merespon Sayap-Sayap Patah Sebagai Inklusi Pola Pikir

Karya Kahlil Gibran yang dibumbui dengan roman, memunculkan setidaknya satu judul, yakni Sayap-Sayap Patah. Dengan menggunakan bahasa yang “berat”, pembaca dapat menarik garis dari hal yang berusaha disampaikan oleh Sang Penyair satu ini: sebuah kisah cinta yang menyayat perasaan. Bagaimana tidak? Sayap-Sayap Patah seolah menaungi selera masyarakat dengan menghadirkan luka pada sebuah kisah cinta, dengan mengusung budaya dan keterkungkungan suatu sistem masyarakat dalam kisahnya. Kisah cinta seorang laki-laki pada perempuan yang harus kandas semata-mata terhalang oleh strata sosial yang terbangun secara de facto oleh masyarakatnya sendiri. Kahlil Gibran tidak semata-mata menulis suatu kisah cinta saja, tetapi dihadirkan juga gagasan dari basis pola pikir ala dirinya, prinsip. Hal tersebut berusaha disampaikan dan disebarkannya pada seluruh kalangan dengan karya tulis yang indah dan berciri kuat akan dirinya.

Sayap-Sayap Patah telah dinikmati oleh banyak kalangan di seluruh dunia, bahkan telah diterjemahkan ke dua puluh bahasa di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan adanya antusias penerimaan karya tersebut, termasuk banyak kalangan di Indonesia. Pada Maret tahun 2021, Bentang Pustaka melahirkan kembali karya ini dengan sampul yang lebih segar, tanpa mengurangi sarat keindahan yang berusaha digambarkan oleh Kahlil Gibran di dalam tulisannya tersebut. Sayap-Sayap Patah akan lahir kembali 2021 ini untuk memerdekakan pembacanya.

 

Karya Sastra Klasik

Kahlil Gibran selalu muncul menjadi sang maestro, menjadi sang raja untuk setiap sajak yang ditulis dan digaungkannya ke khalayak umum. Kahlil Gibran telah dikenal di banyak sekali kalangan dengan menampilkan jati dirinya sebagai seorang penyair, seniman, dan filsuf yang melahirkan karya-karya yang memiliki dampak. Hampir semua—bahkan seluruh—karyanya selalu mendunia. Perkarya yang terbit memberikan efek tersendiri bagi segenap pembacanya. Karyanya kebanyakan identik dengan transparansi, kritik, dan ironi. Seperti yang kita ketahui bahwa seorang pembaca dapat mengintip bahkan mengetahui dengan gamblang pola pikir, lingkungan, dan kehidupan dari penulis, tidak terkecuali para pembaca terhadap tulisan-tulisan Kahlil Gibran.

Karya-karya Kahlil Gibran beberapa diantaranya adalah Yesus Anak Manusia dan Sayap-sayap Patah. Beberapa karya yang mendapat kritik keras dari kalangan gereja membuat karya-karyanya dibakar dan dihancurkan. Cara Kahlil Gibran memaparkan faktual melalui keindahan berbahasa menciptakan penggemarnya sendiri. Mulai dari kritik sosial—dalam hal ini terhadap gereja—bahkan perihal kisah percintaan dapat dilahirkannya dengan apik dan menggaung di mana-mana.

 

Juwita Wardah M.B

 

Keywords: Kahlil Gibran

© Copyright - Bentang Pustaka