Sujiwo Tejo: Tak Patuh Biar Lebih Nendang

sujiwotejo_full

Sujiwo Tejo kembali buahkan karya di panggung pustaka. Tak puas dengan buku yang mengusung tulisan saja, kali ini Sujiwo tampil beda dengan bakal novel grafis pertamanya. Novel yang akan diterbitkan Bentang Pustaka akhir Maret ini bertitel Serat Tripama: Gugur Cinta di Measpati. Rencananya, novel grafis ini akan dibuat trilogi, dengan dua judul lanjutan yang saat ini tengah Sujiwo garap.

“Calon subjudul Serat Tripama I ini awalnya memang banyak pilihan. Entah kenapa akhirnya jatuh pada Gugur Cinta di Maespati, subjudul usulan editor bukuku, Ulil Maulida,” umbar Sujiwo. Baginya, kata “Maespati” terdengar indah. “Syukur kalau orang sudah tahu bahwa itu kerajaannya Arjuna Sasrabahu yang akan bersuamikan Dewi Citrawati. Tapi, tanpa tahu itu, mendengar namanya saja, menurutku, orang akan dirasuki keindahan,” tambahnya.

Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati berkisah tentang pengabdian Sumantri terhadap rajanya, Arjuna Sasrabahu, sekaligus cerita cinta dilematis antara Sumantri, Dewi Citrawati, dan Arjuna Sasrabahu. Cerita pewayangan ini sendiri sebelumnya telah digubah oleh KGPAA Mangkunegara IV melalui Kitab Tripama. Dalam kitab tersebut, diceritakan tiga tokoh teladan, yaitu Sumantri, Kumbakarna, dan Karna. Ketiganya dianggap contoh terbaik bagaimana berjiwa “right or wrong is country”. “Jadi, saya patuh pada urutan itu. Baru novel grafis berikutnya soal Kumbakarna, lalu Karna,” ungkap Sujiwo.

Meskipun mengadaptasi kitab yang telah besar namanya dan patuh pada urutan cerita dalam kitab, Sujiwo mengaku tak sepenuhnya patuh. Dalam novel grafis gubahannya, Sujiwo sedikit membiaskan filosofi dari lakon-lakon wayang di dalamnya. Baginya, ketiga tokoh utama yang diceritakan dalam Kitab Tripama membela negara bukan karena prinsip “right or wrong is my country”, “Tetapi ada alasan-alasan lain yang lebih indah dan lebih nendang buat generasi muda yang sebelumnya tak kenal wayang,” katanya lagi.

Fitria Farisa sujiwotejo_full

Sujiwo Tejo kembali buahkan karya di panggung pustaka. Tak puas dengan buku yang mengusung tulisan saja, kali ini Sujiwo tampil beda dengan bakal novel grafis pertamanya. Novel yang akan diterbitkan Bentang Pustaka akhir Maret ini bertitel Serat Tripama: Gugur Cinta di Measpati. Rencananya, novel grafis ini akan dibuat trilogi, dengan dua judul lanjutan yang saat ini tengah Sujiwo garap.

“Calon subjudul Serat Tripama I ini awalnya memang banyak pilihan. Entah kenapa akhirnya jatuh pada Gugur Cinta di Maespati, subjudul usulan editor bukuku, Ulil Maulida,” umbar Sujiwo. Baginya, kata “Maespati” terdengar indah. “Syukur kalau orang sudah tahu bahwa itu kerajaannya Arjuna Sasrabahu yang akan bersuamikan Dewi Citrawati. Tapi, tanpa tahu itu, mendengar namanya saja, menurutku, orang akan dirasuki keindahan,” tambahnya.

Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati berkisah tentang pengabdian Sumantri terhadap rajanya, Arjuna Sasrabahu, sekaligus cerita cinta dilematis antara Sumantri, Dewi Citrawati, dan Arjuna Sasrabahu. Cerita pewayangan ini sendiri sebelumnya telah digubah oleh KGPAA Mangkunegara IV melalui Kitab Tripama. Dalam kitab tersebut, diceritakan tiga tokoh teladan, yaitu Sumantri, Kumbakarna, dan Karna. Ketiganya dianggap contoh terbaik bagaimana berjiwa “right or wrong is country”. “Jadi, saya patuh pada urutan itu. Baru novel grafis berikutnya soal Kumbakarna, lalu Karna,” ungkap Sujiwo.

Meskipun mengadaptasi kitab yang telah besar namanya dan patuh pada urutan cerita dalam kitab, Sujiwo mengaku tak sepenuhnya patuh. Dalam novel grafis gubahannya, Sujiwo sedikit membiaskan filosofi dari lakon-lakon wayang di dalamnya. Baginya, ketiga tokoh utama yang diceritakan dalam Kitab Tripama membela negara bukan karena prinsip “right or wrong is my country”, “Tetapi ada alasan-alasan lain yang lebih indah dan lebih nendang buat generasi muda yang sebelumnya tak kenal wayang,” katanya lagi.

Fitria Farisabentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta