Semestakan Islam Cinta untuk Dunia
Haidar Bagir, intelektual yang sekaligus CEO grup Mizan, mengingatkan paradigma Islam Cinta harus kembali dan terus disebarluaskan, karena paradigma kebencian dalam beragama sangat berbahaya dan destruktif. Hal ini disampaikan oleh Haidar saat peluncuran buku karyanya, Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn Arabi, Jumat (20/11).
“Sekarang ini agama dijadikan sebagai alat penebar kebencian. Oleh kelompok-kelompok takfiri itu. Kita perlu meluruskan itu dan mengembalikan pada paradigma bahwa Islam itu hakikatnya cinta,” ujar Haidar.
“Paradigma kebencian menjadi sumber untuk mengeluarkan orang dari domain orang baik, orang beriman, dan dianggap ingin menghancurkan agama. Sehingga dianggap mereka kafir dan halal dibunuh. Padahal ini antitesis keberagamaan. Agama (Islam) itu cinta. Dan cinta itu memeluk, bukan mengusir.”
“Dan Indonesia, adalah korban paling parah dari serangan ideologi kebencian ini dibanding negara Muslim lain di dunia,” tekan Haidar.
Dalam konteks inilah, untuk mengembalikan khittah Islam Cinta dalam beragama, menurut Haidar Bagir pemikiran Ibnu Arabi sangat relevan dan mesti dikaji ulang oleh umat Islam. Karena Ibnu Arabi dengan konsep tauhid wahdatul wujudnya, sangat mengedepankan paradigma cinta.
Terkait tuduhan bahwa Ibnu Arabi itu kafir dan tidak mengikuti syariat, Haidar menyanggahnya.
“Ibnu Arabi itu sangat setia pada syariah dan tauhid. Sulit mencari orang yang setia pada tauhid dan syariah selain Ibnu Arabi (pada zamannya). Ibnu Arabi tak mau geser sedikit pun dari syariah, dari Qur’an dan Hadis,” ujar Haidar. (publ) Haidar Bagir, intelektual yang sekaligus CEO grup Mizan, mengingatkan paradigma Islam Cinta harus kembali dan terus disebarluaskan, karena paradigma kebencian dalam beragama sangat berbahaya dan destruktif. Hal ini disampaikan oleh Haidar saat peluncuran buku karyanya, Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn Arabi, Jumat (20/11).
“Sekarang ini agama dijadikan sebagai alat penebar kebencian. Oleh kelompok-kelompok takfiri itu. Kita perlu meluruskan itu dan mengembalikan pada paradigma bahwa Islam itu hakikatnya cinta,” ujar Haidar.
“Paradigma kebencian menjadi sumber untuk mengeluarkan orang dari domain orang baik, orang beriman, dan dianggap ingin menghancurkan agama. Sehingga dianggap mereka kafir dan halal dibunuh. Padahal ini antitesis keberagamaan. Agama (Islam) itu cinta. Dan cinta itu memeluk, bukan mengusir.”
“Dan Indonesia, adalah korban paling parah dari serangan ideologi kebencian ini dibanding negara Muslim lain di dunia,” tekan Haidar.
Dalam konteks inilah, untuk mengembalikan khittah Islam Cinta dalam beragama, menurut Haidar Bagir pemikiran Ibnu Arabi sangat relevan dan mesti dikaji ulang oleh umat Islam. Karena Ibnu Arabi dengan konsep tauhid wahdatul wujudnya, sangat mengedepankan paradigma cinta.
Terkait tuduhan bahwa Ibnu Arabi itu kafir dan tidak mengikuti syariat, Haidar menyanggahnya.
“Ibnu Arabi itu sangat setia pada syariah dan tauhid. Sulit mencari orang yang setia pada tauhid dan syariah selain Ibnu Arabi (pada zamannya). Ibnu Arabi tak mau geser sedikit pun dari syariah, dari Qur’an dan Hadis,” ujar Haidar. (publ)bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!