Selamat Hari Perfilman Indonesia!
Sejarah perfilman Indonesia diawali pada tahun 1900 ketika dibangun bioskop pertama di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep. Bioskop yang didirikan pada 5 Desember ini menampilkan film-fim bisu, dengan film pertama yang dibuat pada tahun 1926 adalah Loetoeng Kasaroeng yang dibuat oleh G. Kruger dan L. Heuveldrop, sutradara asal Belanda.
Sejak saat itu, perfilman Indonesia berkembang. Pada periode 1942-1949, perfilman Indonesia dijadikan propaganda politik oleh Jepang. Terlihat dari tahun 1942, Nippon Eigha Sha, perusahaan film Jepang yang beroperasi di Indonesia, hanya dapat memproduksi 3 film pada saat itu. Oleh karena itu, pada periode ini perfilman Indonesia mengalami penurunan.
Pefilman Indonesia dirayakan pada tanggal 30 Maret karena pada tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai Usmar Ismail. Film ini dianggap sangat momentum karena merupakan film pertama yang bercirikan Indonesia, disutradarai oleh orang Indonesia, dan diproduksi oleh perusahaan film yang dimiliki oleh orang Indonesia.
Pada era sekarang, kondisi perfilman di Indonesia dianggap mengalami kebangkitan. Hal ini karena kondisi perfilman Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang menggembirakan. Cerita yang disajikan pun kian menarik dan beragam. Bahkan tak jarang film Indonesia mengadopsi cerita dari novel Indonesia. Sebut saja film Laskar Pelangi yang sempat melejit di tahun 2008 yang diadopsi dari novel karya Andrea Hirata.
Sebagai institusi yang bergerak di industri buku, novel-novel yang diterbitkan di Bentang Pustaka juga turut mewarnai perfilman Indonesia. Novel-novel tersebut adalah Supernova (Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh), Sang Pemimpi, Negeri van Oranje, Catatan Akhir Kuliah, dan lain-lain.
Semoga perfilman Indonesia semakin maju dan semakin banyak novel-novel dengan cerita yang menarik untuk ikut mewarnai kemajuan perfilman Indonesia.
(L. Augusteen)
Sejarah perfilman Indonesia diawali pada tahun 1900 ketika dibangun bioskop pertama di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep. Bioskop yang didirikan pada 5 Desember ini menampilkan film-fim bisu, dengan film pertama yang dibuat pada tahun 1926 adalah Loetoeng Kasaroeng yang dibuat oleh G. Kruger dan L. Heuveldrop, sutradara asal Belanda.
Sejak saat itu, perfilman Indonesia berkembang. Pada periode 1942-1949, perfilman Indonesia dijadikan propaganda politik oleh Jepang. Terlihat dari tahun 1942, Nippon Eigha Sha, perusahaan film Jepang yang beroperasi di Indonesia, hanya dapat memproduksi 3 film pada saat itu. Oleh karena itu, pada periode ini perfilman Indonesia mengalami penurunan.
Pefilman Indonesia dirayakan pada tanggal 30 Maret karena pada tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai Usmar Ismail. Film ini dianggap sangat momentum karena merupakan film pertama yang bercirikan Indonesia, disutradarai oleh orang Indonesia, dan diproduksi oleh perusahaan film yang dimiliki oleh orang Indonesia.
Pada era sekarang, kondisi perfilman di Indonesia dianggap mengalami kebangkitan. Hal ini karena kondisi perfilman Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang menggembirakan. Cerita yang disajikan pun kian menarik dan beragam. Bahkan tak jarang film Indonesia mengadopsi cerita dari novel Indonesia. Sebut saja film Laskar Pelangi yang sempat melejit di tahun 2008 yang diadopsi dari novel karya Andrea Hirata.
Sebagai institusi yang bergerak di industri buku, novel-novel yang diterbitkan di Bentang Pustaka juga turut mewarnai perfilman Indonesia. Novel-novel tersebut adalah Supernova (Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh), Sang Pemimpi, Negeri van Oranje, Catatan Akhir Kuliah, dan lain-lain.
Semoga perfilman Indonesia semakin maju dan semakin banyak novel-novel dengan cerita yang menarik untuk ikut mewarnai kemajuan perfilman Indonesia.
(L. Augusteen)bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!