Rini Raharjanti: Sering Diganggu Saat Menulis Kisah Horor

 

Tak mudah bagi seseorang dapat menulis kisah horor atau misteri. Hal ini diamini oleh Rini Raharjanti, salah seorang travel writer yang ikut menulis buku The Naked Traveler: Anthology Horor. Rini mengaku, dirinya yang penakut sempat frustasi ketika kali pertama diminta Bentang Pustaka untuk menulis kisah horor. Seketika, Rini teringat pada pengalaman menyeramkannya dengan makhluk dunia lain.

Dalam TNT Anthology Horor, Rini menceritakan kisah horor yang ia alami ketika menetap di staff house di Medan. “Dalam rangka perjalanan bisnis, saya tinggal di sebuah staff house yang apik, tapi menyeramkan,” bebernya. Rini mengalami beberapa kejadian aneh; bertemu dengan “penghuni” yang sosoknya bisa ia rasakan, tetapi tak dapat ia lihat. Ternyata, terungkap bahwa staff house yang ia tempati berlokasi di sebelah kebun yang tak terurus.

Seperti tak habis mengalami kejadian ganjil, ketika menuliskan kisahnya dalam TNT Anthology Horor, Rini beberapa kali mengalami gangguan. Dirinya hampir setiap malam mengalami tindihan. Tak hanya itu, playlist di ponsel Rini seringkali tersendat dan lagunya berubah-ubah dengan sendirinya. Sosok makhluk aneh juga seakan selalu menempel di kepala Rini dan ia kerap merasakan angin dingin di bawah telapak kakinya.

“Makanya, saya memutuskan menulis di siang hari dengan ditemani lagu-lagu yang ceria. Saya juga menulis di luar rumah, supaya tidak merasakan hawa “panas”. Itu saja, kadang saya masih minta ditemani kalau ke toilet, hehehe,” aku Rini.

@fitriafarisa

   

Tak mudah bagi seseorang dapat menulis kisah horor atau misteri. Hal ini diamini oleh Rini Raharjanti, salah seorang travel writer yang ikut menulis buku The Naked Traveler: Anthology Horor. Rini mengaku, dirinya yang penakut sempat frustasi ketika kali pertama diminta Bentang Pustaka untuk menulis kisah horor. Seketika, Rini teringat pada pengalaman menyeramkannya dengan makhluk dunia lain.

Dalam TNT Anthology Horor, Rini menceritakan kisah horor yang ia alami ketika menetap di staff house di Medan. “Dalam rangka perjalanan bisnis, saya tinggal di sebuah staff house yang apik, tapi menyeramkan,” bebernya. Rini mengalami beberapa kejadian aneh; bertemu dengan “penghuni” yang sosoknya bisa ia rasakan, tetapi tak dapat ia lihat. Ternyata, terungkap bahwa staff house yang ia tempati berlokasi di sebelah kebun yang tak terurus.

Seperti tak habis mengalami kejadian ganjil, ketika menuliskan kisahnya dalam TNT Anthology Horor, Rini beberapa kali mengalami gangguan. Dirinya hampir setiap malam mengalami tindihan. Tak hanya itu, playlist di ponsel Rini seringkali tersendat dan lagunya berubah-ubah dengan sendirinya. Sosok makhluk aneh juga seakan selalu menempel di kepala Rini dan ia kerap merasakan angin dingin di bawah telapak kakinya.

“Makanya, saya memutuskan menulis di siang hari dengan ditemani lagu-lagu yang ceria. Saya juga menulis di luar rumah, supaya tidak merasakan hawa “panas”. Itu saja, kadang saya masih minta ditemani kalau ke toilet, hehehe,” aku Rini.

@fitriafarisa

 bentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta