UMKM Seharusnya Diberikan Kail, Bukan Ikan

Saat menyebutkan kata modal untuk UMKM, yang tercetus kali pertama dalam benak kita adalah uang atau barang yang akan menjadi dasar untuk melaksanakan suatu usaha, sesuatu yang konkret dan berwujud. Padahal, jika kita cermati lebih lanjut, modal tidak melulu berupa uang atau barang. Berdasarkan wujudnya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Termasuk di dalam modal abstrak, misalnya pengetahuan, keahlian yang dimiliki sumber daya manusia atau karyawan, relasi dengan mitra, reputasi, citra, dan sebagainya. Kedua jenis modal tersebut selayaknya ada dan saling dukung. Sayangnya, masih banyak yang mengecilkan peran modal lainnya, terutama modal abstrak.

UMKM

Rantai Tak Putus dan UMKM

Rantai Tak Putus, sebuah karya inspiratif karya Dee Lestari yang terbit pada Agustus 2020, menunjukkan bahwa modal yang tidak kalah pentingnya adalah ilmu pengetahuan. Dalam buku terbarunya ini, Dee Lestari memaparkan sejumlah pengusaha UMKM yang berusaha maju dengan mengubah mindset, yaitu mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Mereka meyakini bahwa orderan atau uang merupakan hasil sampingan yang mengikuti seiring meningkatnya kualitas diri sebagai pengusaha UMKM.

Selama ini kebanyakan bantuan kepada UMKM di Indonesia diberikan dalam bentuk dana dan modal. Itu tidak salah, karena modal uang dan barang mampu melentingkan tingkat usaha selama bisa digunakan secara tepat. Yang disayangkan adalah jika konsep tentang bantuan itu hanya berhenti sampai di situ, pada perkara modal dan barang. Pengusaha UMKM juga masih membutuhkan bantuan dalam bentuk pendampingan, pelatihan, dan pembinaan hingga akhirnya mereka siap dilepas dan menularkan ilmunya kepada rekan-rekan sesama pengusaha yang masih berjuang.

Kondisi UMKM di Indonesia

Salah satu lembaga yang menaruh perhatian terhadap perkembangan UMKM Indonesia adalah YDBA atau Yayasan Dharma Bhakti Astra. Selama 40 tahun terakhir, mereka membantu para pengusaha dengan memberikan beragam pelatihan. Ibaratnya, memberikan kail, bukan ikan. Memang akhirnya terlihat bahwa mereka yang tekun mengikuti pelatihan dan menerapkannya mengalami peningkatan dalam usaha. Misalnya, kisah Pak Agus yang rajin mengikuti pelatihan sehingga dia lebih memahami cara menyusun keuangan yang rapi, selain juga standar baku dalam bekerja, bermitra, dan berorganisasi. Pengetahuan dan keterampilan tersebut memudahkannya dalam merapikan struktur perusahaannya hingga akhirnya dianggap layak untuk maju tender mendapatkan klien-klien yang lebih besar dan bonafide.

Baca Juga: Rantai Tak Putus untuk UMKM Indonesia

Dee Lestari Membahas Kondisi Ini dalam Bukunya

Rantai Tak Putus, bisa dibilang merupakan bentuk kontribusi Dee Lestari untuk kemajuan UMKM Indonesia. Pembaca akan melihat bahwa ibarat rantai, dana bantuan akan menemukan ujungnya, berakhir di satu unit usaha. Berbeda halnya dengan ilmu atau pelatihan, yang meskipun transformasinya tidak akan mengemuka dalam sekejap, ia bisa menular ke orang-orang lainnya seperti rantai yang tak putus. Harapannya, kemajuan itu tidak akan berhenti di satu mata rantai, tetapi terus mengalir tak berkesudahan.

Rantai Tak Putus, buku terbaru Dee Lestari, merupakan karya nonfiksi kedua setelah pada 2019 menulis Di Balik Tirai Aroma Karsa. Buku yang dipandang memberikan banyak tantangan ini membahas perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Indonesia. Bentuk kontribusi ini mendapat tanggapan bagus dari sejumlah pihak, antara lain Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Beliau mengatakan:

“Dunia usaha kita sudah menuju arah yang tepat. 99,9% unit usaha di Indonesia adalah UMKM. Pe-er terbesarnya adalah bagaimana mendongkrak kualitas dan produktivitas UMKM hingga berhasil menjadi penyumbang PDB pokok bagi negara kita. Saya sangat senang penulis seperti Dee Lestari mampu melihat pentingnya isu ini. Semoga buku Rantai Tak Putus dapat membuka mata betapa pentingnya kemajuan UMKM bagi kemajuan bangsa. Buku ini sanggup memantik semangat, khususnya generasi muda Indonesia, untuk berani memulai usaha, gigih untuk maju, dan semakin kreatif.”

Jadi, mengingat besarnya peran UMKM di peta perekonomian Indonesia, sudah saatnya kita turut serta berkontribusi di dalamnya. Sekecil apa pun, bisa sangat membantu kemajuan UMKM kita. Rantai Tak Putus terbit pada Agustus 2020. Buku ini bisa didapatkan di seluruh toko buku terdekat atau toko buku daring kesayangan Anda dengan harga Rp79.000,-.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta