Public Relation: Agar Tetap Selamat Menyongsong Age of Disruption
Age of disruption menjadi istilah yang tengah naik daun. Rhenald Kasali lebih dulu membahas frasa ini secara mendalam dalam buku “Disruption” dan membiarkan pembaca menelaah seperti apa sejatinya era ini bergulir. Era disrupsi melekat pada perkembangan teknologi yang super cepat. Pergerakan ini tak pelak membuat banyak sektor kalang kabut.
Nokia misalnya, terpaksa tutup usia karena terlambat mengenali perubahan sehingga tidak mampu beradaptasi dengan cepat. Saat itu, perusahaan sekelas Nokia bahkan tak pernah membayangkan akan berakhir pada kekalahan akibat temuan Android dan kemunculan smartphone. Era disrupsi mengobrak-abrik tataran yang sudah ada dengan terobosan penemuan-penemuan baru. Hal ini pula yang terjadi pada profesi Public Relation. Agung Laksamana dalam pengantar buku “Public Relation in The Age of Disruption” menegaskan di era saat ini, siapapun bisa menjadi seorang praktisi Public Relation.
“Dunia humas terus berubah, ilmunya semakin kompleks, ekspektasi atas profesi ini semakin tinggi, dan tren lainnya: semua orang bisa menjadi PR.”
Di era ini pula, Agung Laksamana yang juga merupakan Ketua Umum Perhumas Indonesia menegaskan bahwa dunia PR telah merambah aktivitas yang jauh lebih luas dari sebelumnya. PR tidak hanya berurusan dengan protokoler dan media relations semata, melainkan bergerak dinamis ke arah promotion and reputation management, crisis communication, social media dan masih banyak lagi.
Perkembangan dunia PR yang semakin menjadi-jadi di era 21 membuat Agung Laksamana menelurkan buku “Public Relation In The Age of Disruption”. Buku ini lahir sebagai jawaban atas berbagai tantangan yang harus dihadapi PR masa kini. Agung Laksamana berbagi dengan gamblang mengenai skill apa saja yang harus dikuasai para calon maupun praktisi PR profesional.
Tidak berhenti sampai di situ, buku ini mengandung 17 esensi ringkas, lugas, dan lengkap dari para praktisi humas Indonesia terkait pengalaman mereka di dunia PR. Akhirnya, buku ini dapat menjadi kitab tuntunan agar senantiasa selamat sebagai seorang praktisi PR menyongsong sebuah era “age of disruption.”
Intan
Image Source: http://chrisriddell.com/disruption-isnt-disruption-anymore-its-time-to-refocus-your-business/ Age of disruption menjadi istilah yang tengah naik daun. Rhenald Kasali lebih dulu membahas frasa ini secara mendalam dalam buku “Disruption” dan membiarkan pembaca menelaah seperti apa sejatinya era ini bergulir. Era disrupsi melekat pada perkembangan teknologi yang super cepat. Pergerakan ini tak pelak membuat banyak sektor kalang kabut.
Nokia misalnya, terpaksa tutup usia karena terlambat mengenali perubahan sehingga tidak mampu beradaptasi dengan cepat. Saat itu, perusahaan sekelas Nokia bahkan tak pernah membayangkan akan berakhir pada kekalahan akibat temuan Android dan kemunculan smartphone. Era disrupsi mengobrak-abrik tataran yang sudah ada dengan terobosan penemuan-penemuan baru. Hal ini pula yang terjadi pada profesi Public Relation. Agung Laksamana dalam pengantar buku “Public Relation in The Age of Disruption” menegaskan di era saat ini, siapapun bisa menjadi seorang praktisi Public Relation.
“Dunia humas terus berubah, ilmunya semakin kompleks, ekspektasi atas profesi ini semakin tinggi, dan tren lainnya: semua orang bisa menjadi PR.”
Di era ini pula, Agung Laksamana yang juga merupakan Ketua Umum Perhumas Indonesia menegaskan bahwa dunia PR telah merambah aktivitas yang jauh lebih luas dari sebelumnya. PR tidak hanya berurusan dengan protokoler dan media relations semata, melainkan bergerak dinamis ke arah promotion and reputation management, crisis communication, social media dan masih banyak lagi.
Perkembangan dunia PR yang semakin menjadi-jadi di era 21 membuat Agung Laksamana menelurkan buku “Public Relation In The Age of Disruption”. Buku ini lahir sebagai jawaban atas berbagai tantangan yang harus dihadapi PR masa kini. Agung Laksamana berbagi dengan gamblang mengenai skill apa saja yang harus dikuasai para calon maupun praktisi PR profesional.
Tidak berhenti sampai di situ, buku ini mengandung 17 esensi ringkas, lugas, dan lengkap dari para praktisi humas Indonesia terkait pengalaman mereka di dunia PR. Akhirnya, buku ini dapat menjadi kitab tuntunan agar senantiasa selamat sebagai seorang praktisi PR menyongsong sebuah era “age of disruption.”
Intan
Image Source: http://chrisriddell.com/disruption-isnt-disruption-anymore-its-time-to-refocus-your-business/bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!