Menyindir Halus Fenomena Generasi Masa Kini Melalui Kiai Hologram

“Mudah mengagumi, mudah menjatuhkan. Cepat mencintai dan dengan segera membenci. Viral secara instan, lalu menghilang dengan tiba-tiba.” <p align="center"><strong><em>“Mudah mengagumi, mudah menjatuhkan.</em></strong></p>

<p align="center"><strong><em>Cepat mencintai dan dengan segera membenci.</em></strong></p>

<p align="center"><strong><em>Viral secara instan, lalu menghilang dengan tiba-tiba.”</em></strong></p>

<p align="center"> </p>

<p>Dewasa ini, mengerti akan pikiran dan isi hati manusia rasanya semakin sukar. Dampak dari meluasnya penggunaan internet dan media sosial membuat semua orang menjadi semakin bersemangat membagikan seluruh kehidupan personalnya. Semua menjadi serba-transparan. Mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik, berusaha membangun <em>image </em>di mata orang lain.</p>

<p>Jika ditilik lebih jauh, sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal ini. Memberi contoh yang baik adalah hal yang sah dan bahkan dianjurkan oleh sang pencipta. Tetapi tanpa disadari, kadang orang semakin mengabaikan kenyataan itu sendiri. Manusia berlari terlalu jauh dalam mengejar hal duniawi seperti penghargaan dan puji-pujian, serta terlalu mementingkan apa yang ada pada sampulnya. Namun, sering kali manusia lupa untuk mengerem.</p>

<p><em> “Bagi manusia, yang penting bukan kemanusiaannya, melainkan status sosial, harta benda, dan kekuasaannya. Bagi sekolah dan universitas, bukan ilmu yang penting, melainkan gelar kesarjanaannya. Bukan tujuan hidup yang penting, melainkan jumlah pemilikan keduniaannya. Dalam beragama yang utama bukan rida Allah, melainkan gaya kealimannya, </em>branding <em>keulamaan, gengsi kecendekiawanan, serta keuntungan materi di dunia maupun pahala materiel di surga. Di semua peta sosial, yang primer bukan kebenaran, kebaikan, dan kemuliaan, melainkan kemenangan, kegagahan, dan keunggulan.”</em></p>

<p>Sebuah paragraf yang disadur dari salah satu esai dalam buku <em>Kiai Hologram</em> berjudul “Mengantar Anak-anakku ke Gerbang Peradaban Baru” ini dapat menjadi sarana refleksi diri bagi kita semua. Keputusasaan manusia dalam menemukan apa yang sesungguhnya nyata di dunia mendorong Emha Ainun Nadjib menuliskan kumpulan esai dalam buku ini. Sebuah kumpulan esai yang membahas tentang perilaku-perilaku manusia di zaman ini. Bahwa meskipun manusia gemar membongkar kepalsuan-kepalsuan, sejatinya ia sendiri tengah menutupi hatinya dengan kepalsuan yang lain.</p>

<p>Buku <em>Kiai Hologram</em> akan segera terbit April 2018. Untuk info lebih lanjut, ikuti tagar #KiaiHologram atau melalui media sosial Bentang Pustaka.</p>

<p>(Oleh: Nandani Putri Tavita)</p>

<p> </p>bentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta