Memaknai Kembali Jodoh melalui Narasi Fahd
Animo pembaca Fahd Pahdepie terhadap novel terbarunya, Jodoh, rupanya muncul sedemikian dahsyat. Hal tersebut dibuktikan dengan pre order (PO) Jodoh yang menembus lebih dari angka 500 dalam kurun waktu enam jam saja! “Artinya, para pembaca setia menanti “Jodoh” mereka sejak pukul 00:00,” papar Adham T. Fusama, editor novel Jodoh. Dengan antusias, Adham menceritakan pengalamannya mengedit novel yang begitu dinanti oleh para pembaca setia Fahd. Berbagai perasaan tentunyaa menghinggapi Adham ketika mengedit novel tersebut. Bagaimana tidak? Novel yang mengusung tema jodoh ini tentunya membuat siapapun akan ikut merasa resah. “Baper iya tetapi enggak di kantor juga,” kelakarnya.
Berdasarkan penuturan dari Adham, novel Jodoh bercerita tentang dua tokoh utama, yaitu Sena dan Keara. Kedua insan ini berkutat tentang perasaan mereka, cinta mereka, dan pertanyaan: apakah mereka berjodoh? Ketika berbicara mengenai Jodoh sendiri, kita juga pasti akan bertanya-tanya tentang siapa jodoh kita. Jodoh memang sebuah konsep yang misterius. Beberapa ilmuwan bahkan meneliti tentang konsep ini dan menyimpulkan sebuah teori bernama “peta jodoh” yang ada di dalam otak kita.
Namun, apakah jodoh memang dapat digambarkan sesederhana itu? Fahd dengan ide cemerlangnaya tentang “Jodoh” mencoba mengajak para pembaca untuk kembali memaknai apa itu jodoh. Adham menceritakan bahwa Fadh sendiri menggali kisah ini melalui klausul yang akrab di telinga kita, yaitu “jodoh tidak kemana”. Dalam novel ini sendiri, Sena dan Keara adalah dua orang yang memiliki hubungan dekat. Mereka sudah bersama-sama semenjak kecil. Tetapi, dengan kedekatan itu, apakah mereka tetap berjodoh? “Akhirnya, saat baca novel ini, kita jadi penasaran dengan hubungan mereka, apakah akan berakhir manis atau tidak?” jelas Adham.
Selama proses mengedit, Adham mengaku bahwa Fahd adalah orang yang ramah, murah senyum, asyik diajak berdiskusi karena punya banyak ide menarik di kepalanya. “Dan, saya selalu senang mendengar pengalaman-pengalamannya yang mendewasakannya serta menjadikannya lebih bijaksana,” jelas Adham.
Menurut Adham novel ini tepat untuk siapa saja yang sedang dimabuk cinta. “Seperti kata Dee Lestari pada cover novel ini,” jelasnya. Adham menjelaskan bahwa Fahd begitu pandai dalam mengaduk-aduk perasaan pembaca dengan gaya bercerita yang sederhana, manis, hangat, dan terasa personal. “Kita juga diajak bernostalgia bertapa lugu dan lucunya cinta pertama. Apalagi dengan adanya selipan puisi-puisi Sapardi, novel ini semakin mengaduk-ngaduk perasaan. Jadi, jangan sampai ketinggalan novel ini ya, PO hanya sampai tanggal 6 Desember,” tutupnya.
Lamia Putri D. Animo pembaca Fahd Pahdepie terhadap novel terbarunya, Jodoh, rupanya muncul sedemikian dahsyat. Hal tersebut dibuktikan dengan pre order (PO) Jodoh yang menembus lebih dari angka 500 dalam kurun waktu enam jam saja! “Artinya, para pembaca setia menanti “Jodoh” mereka sejak pukul 00:00,” papar Adham T. Fusama, editor novel Jodoh. Dengan antusias, Adham menceritakan pengalamannya mengedit novel yang begitu dinanti oleh para pembaca setia Fahd. Berbagai perasaan tentunyaa menghinggapi Adham ketika mengedit novel tersebut. Bagaimana tidak? Novel yang mengusung tema jodoh ini tentunya membuat siapapun akan ikut merasa resah. “Baper iya tetapi enggak di kantor juga,” kelakarnya.
Berdasarkan penuturan dari Adham, novel Jodoh bercerita tentang dua tokoh utama, yaitu Sena dan Keara. Kedua insan ini berkutat tentang perasaan mereka, cinta mereka, dan pertanyaan: apakah mereka berjodoh? Ketika berbicara mengenai Jodoh sendiri, kita juga pasti akan bertanya-tanya tentang siapa jodoh kita. Jodoh memang sebuah konsep yang misterius. Beberapa ilmuwan bahkan meneliti tentang konsep ini dan menyimpulkan sebuah teori bernama “peta jodoh” yang ada di dalam otak kita.
Namun, apakah jodoh memang dapat digambarkan sesederhana itu? Fahd dengan ide cemerlangnaya tentang “Jodoh” mencoba mengajak para pembaca untuk kembali memaknai apa itu jodoh. Adham menceritakan bahwa Fadh sendiri menggali kisah ini melalui klausul yang akrab di telinga kita, yaitu “jodoh tidak kemana”. Dalam novel ini sendiri, Sena dan Keara adalah dua orang yang memiliki hubungan dekat. Mereka sudah bersama-sama semenjak kecil. Tetapi, dengan kedekatan itu, apakah mereka tetap berjodoh? “Akhirnya, saat baca novel ini, kita jadi penasaran dengan hubungan mereka, apakah akan berakhir manis atau tidak?” jelas Adham.
Selama proses mengedit, Adham mengaku bahwa Fahd adalah orang yang ramah, murah senyum, asyik diajak berdiskusi karena punya banyak ide menarik di kepalanya. “Dan, saya selalu senang mendengar pengalaman-pengalamannya yang mendewasakannya serta menjadikannya lebih bijaksana,” jelas Adham.
Menurut Adham novel ini tepat untuk siapa saja yang sedang dimabuk cinta. “Seperti kata Dee Lestari pada cover novel ini,” jelasnya. Adham menjelaskan bahwa Fahd begitu pandai dalam mengaduk-aduk perasaan pembaca dengan gaya bercerita yang sederhana, manis, hangat, dan terasa personal. “Kita juga diajak bernostalgia bertapa lugu dan lucunya cinta pertama. Apalagi dengan adanya selipan puisi-puisi Sapardi, novel ini semakin mengaduk-ngaduk perasaan. Jadi, jangan sampai ketinggalan novel ini ya, PO hanya sampai tanggal 6 Desember,” tutupnya.
Lamia Putri D.bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!