Kambing dan Hujan Jadi Karya Sastra Terbaik 2015 versi Jakartabeat
Jakartabeat baru saja memilih novel Kambing dan Hujan menjadi karya sastra terbaik dalam artikel berjudul “Karya Sastra Terbaik 2015 versi Jakartabeat: Kambing dan Hujan – Mahfud Ikhwan” pada 30 Desember lalu. Mereka mengakui bahwa dalam menentukan sebuah karya sastra menjadi karya yang terbaik tidaklah mudah. Harus ada dasar yang mampu menempatkan sebuah karya lebih baik daripada karya yang lainnya. Apalagi dengan penilaian subjektif pembaca yang memiliki selere membaca yang berbeda-beda. Bagi Jakartabeat, sebuah karya yang dapat dikatakan karya sastra terbaik harus memiliki suatu keunikan. Keunikan tersebut misalnya kebaruan tema, kebaruan cara bercerita, serta kemulusan penggarapan antara tema dan cara bertutur.
Dasar penilaian itu kemudian dijadikan sebagai catatan kecil dalam penentuan karya sastra terbaik 2015 dengan memperkecil kemungkinan bias dan subjektif. Menurut mereka, di tahun 2015 ini dapat dikatakan telah lahir penulis-penulis usia muda yang semangatnya masih meledak-ledak. Hingga akhirnya setelah mereka berdiskusi dengan tim redaksi dan dua tamunya, Fadjriah Nurdiasih dan Teguh Affandi, mereka memutuskan novel Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan lah yang pantas menerimanya.
Bukan Hanya Cerita Romeo dan Juliet
Menurut mereka, novel yang memenangkan sayembara DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) 2014, menyita perhatian pembaca karena membawa konflik horisontal antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU. Dengan tema pembungkus kisah cinta antara Fauzia dan Miftah, Mahfud Ikhwan menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang hidup berdampingan dalam sebuah perbedaan.
Novel yang diterbitkan pada Juni 2015 ini rupanya telah diramu Mahfud Ikhwan selama kurang lebih 10 tahun. Mahfud Ikhwan sendiri mengatakan bahwa meski ia hidup dalam lingkungan seperti itu, ia tetap perlu menanyakan beberapa hal pada orang yang lebih paham. Dan dalam hal inilah, novel Kambing dan Hujan ini terlihat dalam pemorisan yang adil, tidak ada keberpihakan di dalamnya. Meskipun Mahfud Ikhwan sendiri mengatakan bahwa apabila dibaca dengan lebih teliti, maka pembaca akan tahu keberpihakan ia di mana.
Penghargaan Khusus
Selain memilih novel Kambing dan Hujan sebagia karya sastra terbaik 2015, Jakartabeat juga memilih Perempuan Patah Hati yang Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan sebagai karya sastra dengan penghargaan khusus, berdampingan dengan Tanjung Luka karya Benny Arnas. Menurut Jakartabeat, Eka begitu jeli menceritakan tema yang sederhana dengan sudut pandang penceritaan yang unik. Hal ini juga semakin unik dengan guyonan humor satir dan kritik politik ala sastrawan yang Eka sisipkan dalam ceritanya.
Jakartabeat baru saja memilih novel Kambing dan Hujan menjadi karya sastra terbaik dalam artikel berjudul “Karya Sastra Terbaik 2015 versi Jakartabeat: Kambing dan Hujan – Mahfud Ikhwan” pada 30 Desember lalu. Mereka mengakui bahwa dalam menentukan sebuah karya sastra menjadi karya yang terbaik tidaklah mudah. Harus ada dasar yang mampu menempatkan sebuah karya lebih baik daripada karya yang lainnya. Apalagi dengan penilaian subjektif pembaca yang memiliki selere membaca yang berbeda-beda. Bagi Jakartabeat, sebuah karya yang dapat dikatakan karya sastra terbaik harus memiliki suatu keunikan. Keunikan tersebut misalnya kebaruan tema, kebaruan cara bercerita, serta kemulusan penggarapan antara tema dan cara bertutur.
Dasar penilaian itu kemudian dijadikan sebagai catatan kecil dalam penentuan karya sastra terbaik 2015 dengan memperkecil kemungkinan bias dan subjektif. Menurut mereka, di tahun 2015 ini dapat dikatakan telah lahir penulis-penulis usia muda yang semangatnya masih meledak-ledak. Hingga akhirnya setelah mereka berdiskusi dengan tim redaksi dan dua tamunya, Fadjriah Nurdiasih dan Teguh Affandi, mereka memutuskan novel Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan lah yang pantas menerimanya.
Bukan Hanya Cerita Romeo dan Juliet
Menurut mereka, novel yang memenangkan sayembara DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) 2014, menyita perhatian pembaca karena membawa konflik horisontal antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU. Dengan tema pembungkus kisah cinta antara Fauzia dan Miftah, Mahfud Ikhwan menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang hidup berdampingan dalam sebuah perbedaan.
Novel yang diterbitkan pada Juni 2015 ini rupanya telah diramu Mahfud Ikhwan selama kurang lebih 10 tahun. Mahfud Ikhwan sendiri mengatakan bahwa meski ia hidup dalam lingkungan seperti itu, ia tetap perlu menanyakan beberapa hal pada orang yang lebih paham. Dan dalam hal inilah, novel Kambing dan Hujan ini terlihat dalam pemorisan yang adil, tidak ada keberpihakan di dalamnya. Meskipun Mahfud Ikhwan sendiri mengatakan bahwa apabila dibaca dengan lebih teliti, maka pembaca akan tahu keberpihakan ia di mana.
Penghargaan Khusus
Selain memilih novel Kambing dan Hujan sebagia karya sastra terbaik 2015, Jakartabeat juga memilih Perempuan Patah Hati yang Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan sebagai karya sastra dengan penghargaan khusus, berdampingan dengan Tanjung Luka karya Benny Arnas. Menurut Jakartabeat, Eka begitu jeli menceritakan tema yang sederhana dengan sudut pandang penceritaan yang unik. Hal ini juga semakin unik dengan guyonan humor satir dan kritik politik ala sastrawan yang Eka sisipkan dalam ceritanya.
bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!