Haidar Bagir: Islam itu Cinta

Gerakan Islam Cinta telah dihelat pada (24/02) diStudent Center UIN Maulana Malik Ibrahim. Dilansir dari Kompas, kegiatan serupa telah diselenggarakan pula di Yogyakarta dan Jakarta. Kegiatan ini merupakan sebuah gerakan untuk menyerukan bahwa islam adalah agama penuh cinta. Menghadirkan berbagai tokoh publik dari beragam profesi, acara ini adalah sebuah usaha untuk mengembalikan pandangan bahwa cinta adalah dasar dari Islam, bukan kekerasan dan kebencian seperti yang terjadi belakangan ini.

Hal tersebut diserukan oleh Zawawi Imron, Budayawan asal Madura yang melantukan puisi dalam acara Gerakan Islam Cinta tersebut. Dengan lantunan yang syahdu sekaligus menghentak, Zawawi ingin menunjukkan bahwa kekerasan serta kebencian atas nama Islam yang selama ini kita lihat bukanlah Islam yang sesungguhnya.

Masih dilansir dari Kompas, Gerakan Islam Cinta menampilkan musikalisasi puisi, pemetansan musik, bedah buku, pemutaran film, dan pementasan seni yang semuanya mengusung cinta, toleransi, dan keberagaman. Kegiatan ini pada dasarnya memang bertujuan untuk mengembalikan pemhaman bahwa Islam bermula dan berakhir pada cinta. Sayangnya, pemahaman terkai hal tersebut mulai luntur dan digantikan dengan peperangan, kemiskinan, penindasan, dan penjajahan. Citra Islam saat ini menjadi agama yang keras dan intolerang. Banyak dari orang-orang Islam sendiri hanya berdebat tentang siapa yang kafir dan bukan. Selain itu, orang-orang Islam lebih suka mendebatkan mana yang seharusnya haram dan tidak daripada menyebarkan cinta kasih atas Islam itu sendiri.

Haidar Bagir, budayawan sekaligus pendiri Gerakan Islam Cinta mengatakan kepada Kompas bahwa agama yang sekarang muncul adalah aspek keras memberontak, melawan, dan membenci. “Lahirlah eksklusivisme antara kita dan kalian, saya dan kamu, beriman dan kafir. Inilah yang harus kita lawan. Kita bisa mengembalikan pandangana bahwa Islam itu cinta dan kasih sayang,” jelas Haidar kepada Kompas (24/02).

Lamia Putri D.

  Gerakan Islam Cinta telah dihelat pada (24/02) diStudent Center UIN Maulana Malik Ibrahim. Dilansir dari Kompas, kegiatan serupa telah diselenggarakan pula di Yogyakarta dan Jakarta. Kegiatan ini merupakan sebuah gerakan untuk menyerukan bahwa islam adalah agama penuh cinta. Menghadirkan berbagai tokoh publik dari beragam profesi, acara ini adalah sebuah usaha untuk mengembalikan pandangan bahwa cinta adalah dasar dari Islam, bukan kekerasan dan kebencian seperti yang terjadi belakangan ini.

Hal tersebut diserukan oleh Zawawi Imron, Budayawan asal Madura yang melantukan puisi dalam acara Gerakan Islam Cinta tersebut. Dengan lantunan yang syahdu sekaligus menghentak, Zawawi ingin menunjukkan bahwa kekerasan serta kebencian atas nama Islam yang selama ini kita lihat bukanlah Islam yang sesungguhnya.

Masih dilansir dari Kompas, Gerakan Islam Cinta menampilkan musikalisasi puisi, pemetansan musik, bedah buku, pemutaran film, dan pementasan seni yang semuanya mengusung cinta, toleransi, dan keberagaman. Kegiatan ini pada dasarnya memang bertujuan untuk mengembalikan pemhaman bahwa Islam bermula dan berakhir pada cinta. Sayangnya, pemahaman terkai hal tersebut mulai luntur dan digantikan dengan peperangan, kemiskinan, penindasan, dan penjajahan. Citra Islam saat ini menjadi agama yang keras dan intolerang. Banyak dari orang-orang Islam sendiri hanya berdebat tentang siapa yang kafir dan bukan. Selain itu, orang-orang Islam lebih suka mendebatkan mana yang seharusnya haram dan tidak daripada menyebarkan cinta kasih atas Islam itu sendiri.

Haidar Bagir, budayawan sekaligus pendiri Gerakan Islam Cinta mengatakan kepada Kompas bahwa agama yang sekarang muncul adalah aspek keras memberontak, melawan, dan membenci. “Lahirlah eksklusivisme antara kita dan kalian, saya dan kamu, beriman dan kafir. Inilah yang harus kita lawan. Kita bisa mengembalikan pandangana bahwa Islam itu cinta dan kasih sayang,” jelas Haidar kepada Kompas (24/02).

Lamia Putri D.

 bentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta