Hagia Sophia: Saksi Bisu Toleransi Seorang Pemimpin Muslim

Menggantikan sang ayah memimpin Dinasti Turki Utsmani pada usia 22 tahun, Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel dua tahun setelahnya. Semasa hidupnya, Al Fatih sangat mementingkan toleransi sebagai pondasi keragaman umat. Prinsipnya, perbuatan baik tidak dibatasi hanya untuk sesama Muslim, tapi juga kepada non-Muslim.

 

Dalam buku Ad-Daulah Al-‘Utsmaniyah, dikisahkan bahwa Al Fatih memerintahkan para panglima dan prajurit Islam untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan lemah lembut dan melarang pembunuhan. Bahkan, sejumlah harta pribadinya digunakan untuk menebus sejumlah tawanan perang yang di antaranya adalah pimpinan Yunani dan pemuka agama.

 

Al Fatih dan prajuritnya memasuki kota

Di tempat lain, sebagian besar masyarakat Konstantinopel memilih bersembunyi di Hagia Sophia, termasuk para pendeta. Mereka memanjatkan doa dengan penuh rasa takut sejak melihat Al Fatih dan prajuritnya memasuki kota dan mendekati Hagia Sophia. Mereka takut akan dibunuh atau dijual sebagai budak, seperti yang biasanya dilakukan para penguasa lain.

 

Al Fatih yang semakin mendekat, membuat seorang pendeta akhirnya memberanikan diri untuk membukakan pintu gereja. Di luar perkiraan, Al Fatih justru meminta pendeta tersebut untuk menenangkan penduduk dan mengizinkan mereka pulang ke rumah masing-masing dengan jaminan keamanan darinya. Kelemahlembutan serta budi pekerti luhur Al Fatih ini akhirnya berhasil mengubah pemikiran masyarakat Konstantinopel yang sebelumnya menyangka bahwa pimpinan Islam akan memperlakukan mereka dengan kejam. Akhirnya, banyak masyarakat Konstantinopel yang memeluk agama Islam tanpa paksaan.

 

Selama masa pemerintahannya, Al Fatih juga memberikan kebebasan kepada masyarakat Konstantinopel untuk memeluk dan mengamalkan ajaran agama yang mereka yakini. Ia juga menegaskan akan melindungi mereka tanpa mempermasalahkan perbedaan keyakinan. Sebagai tindak lanjut, ia juga membuat sistem Millet yang menjamin keberagaman ini berjalan dengan baik.

 

Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, tidak ada kezaliman, ketidakadilan, ataupun diskriminasi terhadap non-Muslim. Semua masyarakat Konstantinopel dapat hidup aman seperti sebelum penaklukan. 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta