[CERMIN] Best Couple

Cermin - Best CoupleOrange.

Aku sedang di halaman kebun buahku, mengamati seorang lelaki tua yang sedang sibuk memetikkan buah jeruk untukku. Seakan-akan tahu aku memperhatikannya, dia menoleh padaku dan mengangkat keranjang rotannya. “Ini sudah cukup?”

Aku mengangguk.

Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke arahku. Kedua kakinya sudah tak kuat lagi berdiri lama. Aku selalu mengusulkannya agar memakai tongkat tetapi dia tak mau. “Kau sudah memetiknya banyak sekali hari ini,” kataku saat dia sudah duduk di sebelahku. Kini salah satu tangannya mengupas kulit jeruk.

“Menurutmu, kenapa anak-anak tidak lagi mengunjungi kita di rumah ini?” tanyaku lagi. “Sesibuk apa sih mereka?”

Dia memindahkan jeruk yang sudah telanjang dari kulitnya itu kepadaku. “Tidak tahu, jawabnya. “Sudahlah. Kita sudah tua tak usah membebani anak-anak.”

Kutatap buah jeruk yang masih utuh di tanganku, kuambil seruas lalu kusodorkan ke mulutnya. “Aku mencintaimu,” kataku.

Dia tersenyum, lalu memakan buah jeruk itu dari tanganku. “Aku juga,” balasnya sambil mengunyah. Detik selanjutnya dia mencium bibirku. “Rasa jeruk. Kau rasa jeruk, Sayang,” ujarnya.

“Kau juga.” Lalu tanganku yang bebas dari jeruk, mengelus lengannya yang sudah ringkih. Dia balas menggenggam tanganku yang sudah keriput dan meletakkannya di dadanya. “Kita akan baik-baik saja berdua sampai ajal menjemput,” ungkapnya.

“Ya.” Aku percaya itu.

***

Oleh Seplia Sartika Sari (@SepliaSS)

2 Juli 2015 Cermin - Best CoupleOrange.

Aku sedang di halaman kebun buahku, mengamati seorang lelaki tua yang sedang sibuk memetikkan buah jeruk untukku. Seakan-akan tahu aku memperhatikannya, dia menoleh padaku dan mengangkat keranjang rotannya. “Ini sudah cukup?”

Aku mengangguk.

Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke arahku. Kedua kakinya sudah tak kuat lagi berdiri lama. Aku selalu mengusulkannya agar memakai tongkat tetapi dia tak mau. “Kau sudah memetiknya banyak sekali hari ini,” kataku saat dia sudah duduk di sebelahku. Kini salah satu tangannya mengupas kulit jeruk.

“Menurutmu, kenapa anak-anak tidak lagi mengunjungi kita di rumah ini?” tanyaku lagi. “Sesibuk apa sih mereka?”

Dia memindahkan jeruk yang sudah telanjang dari kulitnya itu kepadaku. “Tidak tahu, jawabnya. “Sudahlah. Kita sudah tua tak usah membebani anak-anak.”

Kutatap buah jeruk yang masih utuh di tanganku, kuambil seruas lalu kusodorkan ke mulutnya. “Aku mencintaimu,” kataku.

Dia tersenyum, lalu memakan buah jeruk itu dari tanganku. “Aku juga,” balasnya sambil mengunyah. Detik selanjutnya dia mencium bibirku. “Rasa jeruk. Kau rasa jeruk, Sayang,” ujarnya.

“Kau juga.” Lalu tanganku yang bebas dari jeruk, mengelus lengannya yang sudah ringkih. Dia balas menggenggam tanganku yang sudah keriput dan meletakkannya di dadanya. “Kita akan baik-baik saja berdua sampai ajal menjemput,” ungkapnya.

“Ya.” Aku percaya itu.

***

Oleh Seplia Sartika Sari (@SepliaSS)

2 Juli 2015bentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta