Tergerak oleh berbagai kerusuhan yang dipicu isu “penistaan agama” di berbagai belahan Nusantara pada 2016–2017 silam, saya bertekad untuk belajar ilmu agama—bukan hanya satu agama, melainkan semua agama yang dianut masyarakat Indonesia—secara objektif dan mendalam. Pada 2019, saya berhasil diterima program Magister (S-2) Ilmu Agama, jurusan Agama Dunia (World Religions), dengan beasiswa penuh di salah satu universitas terbaik dunia dalam bidang ilmu agama, yaitu University of Notre Dame di Indiana, Amerika Serikat. Saya belajar ilmu agama Islam, Kristen/Katolik, Buddha, dan Hindu, serta ilmu perbandingan agama tingkat doktoral. Dosen-dosen saya memiliki berbagai keyakinan, mereka pun mengajarkan berbagai agama tersebut secara objektif, tanpa mengunggulkan satu agama di atas agama lain. Pada 2021, saya lulus dengan gelar Master of Theological Studies (MTS) in World Religions dengan IPK 3,96. Namun, apakah guna ilmu manusia yang telah ditimba setinggi langit jika tidak diterapkan untuk kebaikan sesama? Saya berharap gagasan-gagasan dalam buku ini betul-betul bisa berguna untuk persatuan serta kejayaan bangsa dan negara tercinta.
Bagian pertama buku ini berisi gagasan-gagasan saya tentang pendidikan ilmu agama dan kewarganegaraan untuk para tunas bangsa di seluruh Indonesia. Mengulas pertanyaan: Bagaimana cara menanamkan ilmu agama dengan baik, sehingga anak-anak mampu mencintai agama masing-masing dan menjadi orang bertakwa tanpa menutup mata pada keindahan dan kebijaksanaan yang terkandung dalam budaya, peradaban, dan keyakinan lain? Juga, apa kaitannya antara ketaatan beragama dengan peran rakyat dalam negara demokrasi?
Bagian kedua buku ini berisi ilustrasi atas konsep-konsep yang telah dibahas pada bagian pertama, yang mungkin sulit dicerna para tunas bangsa yang belia. Dengan ilustrasi-ilustrasi menarik, diharapkan anak-anak yang masih menempuh sekolah dasar dan sekolah menengah mampu memahami prinsip persatuan dan persaudaraan saat belajar ilmu agama, sejarah, Pancasila, serta kewarganegaraan. Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Bambang Shakuntala dan Pak Guru Sumardianta, yang telah membantu melengkapi buku ini dengan berbagai ilustrasi unik dan menarik.Bagian ketiga buku ini berisi kisah hidup, pengalaman, dan pendapat pribadi saya tentang berbagai topik, seperti budaya, persatuan, dan kenegaraan. Saya berharap, sesuai dengan judul buku, karya ini bisa betul-betul menjadi “kado” yang baik, manjur, dan berguna untuk Tanah Air tercinta.