Pada awal 2000-an, dunia digital mulai tumbuh pesat, meski belum serumit sekarang. Media sosial kala itu hanya sebatas Facebook dan MySpace, istilah seperti digital detox dan mental health awareness pun hampir belum dikenal. Namun, bahkan di fase awal itu, dampak psikologis dari kehadiran teknologi sudah mulai terasa.
Salah satu pengalaman yang dikisahkan dalam buku ini datang dari masa ketika penulis bekerja di Pandora, sebuah perusahaan musik digital di Oakland, California. Seorang rekan bercerita sedang mencoba “detoks media sosial”. Alasannya sederhana: setiap kali melihat unggahan orang lain—tentang pernikahan, rumah baru, atau pekerjaan idaman—muncul perasaan tertinggal dan tidak cukup. Media sosial yang seharusnya menjadi ruang interaksi justru menghadirkan perbandingan sosial yang melelahkan, menciptakan rasa kecil, kehilangan arah, bahkan hilangnya percaya diri.
Dari pengalaman inilah muncul kesadaran bahwa teknologi tidak lagi sekadar alat, melainkan juga pembentuk mentalitas manusia. Seiring berjalannya waktu, kesadaran ini makin relevan. Media sosial, teknologi digital, hingga kini Artificial Intelligence (AI), membawa manfaat besar sekaligus keresahan mendalam.
AI kerap dianggap sebagai mesin yang lebih cepat, lebih logis, dan lebih efisien. Kehadirannya membuat sebagian orang merasa pekerjaan mereka terancam, seakan-akan manusia akan tergantikan. Namun, buku ini menekankan bahwa yang sesungguhnya dipertaruhkan bukan hanya pekerjaan, melainkan kepercayaan diri bahkan jati diri manusia. Krisis teknologi pada akhirnya berkembang menjadi krisis eksistensi.
Sejarah pemikiran manusia sudah lama menyentuh tema ini. Lao Tzu, dalam Tao Te Ching, menulis: “Knowing others is intelligence; knowing yourself is true wisdom.” Kalimat ini menjadi semakin relevan di era AI. Tantangan terbesar manusia bukan sekadar bersaing dengan mesin, melainkan menjaga keyakinan terhadap dirinya sendiri.
Filsuf Prancis Bernard Stiegler juga menjadi salah satu rujukan penting. Ia menyebut bahwa teknologi bukan hanya membentuk perhatian kita, melainkan juga membentuk identitas kita. Dalam ritme hidup yang makin cepat, manusia berisiko kehilangan kepedulian terhadap dirinya sendiri: kehilangan kasih sayang, kehilangan perhatian, hingga kehilangan kemampuan untuk sungguh-sungguh merasakan hidup.
Dari refleksi inilah lahir konsep Becoming PowerHuman. Buku ini tidak menawarkan resep instan atau klaim jawaban mutlak, melainkan ajakan untuk bertanya ulang: apa sebenarnya esensi menjadi manusia di tengah laju teknologi?
Becoming PowerHuman bukan tentang menjadi manusia super, bukan tentang mengalahkan kecepatan mesin, dan bukan tentang mengejar kesempurnaan. PowerHuman adalah manusia yang sadar arah, mengenali kekuatan, mengasah keterampilan, serta berani berkolaborasi dengan teknologi tanpa kehilangan jati diri. Menjadi powerful bukan berarti menguasai segalanya, melainkan berdaya atas diri sendiri; bukan berarti tahu semua jawaban, melainkan tahu ke mana harus melangkah.
Buku ini berisi perpaduan antara pengalaman pribadi penulis, kisah dari rekan-rekan di dunia teknologi dan inovasi, serta pemikiran dari para filsuf dan pemikir besar, baik dari Barat maupun Timur. Dari Silicon Valley hingga refleksi di Indonesia, semua pengalaman itu membentuk rangkaian pelajaran tentang bagaimana manusia dapat tetap menemukan arah dan makna di tengah percepatan zaman.
Becoming PowerHuman ditujukan bagi siapa saja yang pernah merasa kewalahan dengan derasnya arus perubahan, merasa terjebak di tengah disrupsi, atau mencari pegangan yang lebih jernih di era yang serba cepat.
Di dalamnya, pembaca akan menemukan ajakan untuk menata ulang hubungan dengan teknologi: melihat AI sebagai mitra, bukan ancaman. Pada akhirnya, buku ini menegaskan bahwa AI hanyalah alat, sedangkan manusialah sang arsitek. Dengan kesadaran penuh atas siapa dirinya dan ke mana hendak melangkah, manusia dapat tetap menjadi pusat yang berdaya.
Becoming PowerHuman adalah refleksi sekaligus panduan bagi siapa saja yang ingin berevolusi, bukan menjadi superhuman, melainkan manusia yang utuh.






















