Becoming PowerHuman: Meneguhkan Kemanusiaan di Tengah Disrupsi AI
Jakarta, 28 September 2025 – Bagaimana manusia bisa tetap berdaya di tengah derasnya arus teknologi kecerdasan buatan (AI)? Pertanyaan besar ini mengemuka dalam sesi LitConnect bertajuk “Human Stories in the Age of AI” di ajang Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025. Acara tersebut sekaligus menjadi momentum soft launching buku terbaru karya Tyo Guritno, Becoming PowerHuman.
Diskusi menghadirkan Tyo Guritno (CEO Inspigo sekaligus penulis buku), Yoris Sebastian (CEO OMG Consulting, penulis dan creative thinker), serta Adjie Santosoputro (praktisi mindfulness dan kesehatan mental), dengan dipandu moderator Puri Anindita.

AI Membawa Peluang dan Keresahan Baru
Dalam talkshow yang dihadiri lebih dari 100 audiens, para narasumber menyoroti bagaimana AI semakin memengaruhi cara kita bekerja, belajar, hingga berinteraksi sehari-hari.
“Siapapun bisa tergantikan oleh AI, bahkan saya sebagai CEO. Karena pekerjaan punya pola dan algoritma. Tapi wisdom, AI nggak punya. Itulah esensi manusia yang tidak bisa tergantikan,” ujar Tyo Guritno, yang berpengalaman lebih dari 20 tahun di dunia teknologi, termasuk 12 tahun di Silicon Valley.
Menurut Tyo, tantangan terbesar manusia ke depan bukan sekadar bersaing dengan AI, melainkan menemukan keseimbangan: bagaimana teknologi dapat memperkuat, bukan melemahkan kemanusiaan.
Kreativitas dan Mindfulness: Human Touch yang Tak Tergantikan
Yoris Sebastian, pakar kreativitas dan penulis 11 buku, menekankan bahwa kemampuan manusia untuk terus belajar adalah kunci agar tetap relevan. “AI memang membantu banyak hal. Tapi skill belajar dan kreativitas tidak bisa digantikan. Itu yang membuat manusia tetap berbeda,” ungkapnya.
Sementara itu, Adjie Santosoputro menyoroti sisi kesehatan mental. Menurutnya, dunia digital membuat manusia rentan overstimulasi dan kelelahan. “Selama kita kelelahan, kita nggak akan bisa menghasilkan masterpiece. Mindfulness menjadi jalan untuk tetap human di era AI,” jelasnya.
Tentang Buku Becoming PowerHuman
Buku ini lahir dari keresahan eksistensial: jika banyak pekerjaan digantikan AI, lalu apa peran manusia? Jawaban Tyo: menjadi PowerHuman.
PowerHuman didefinisikan sebagai manusia yang sadar arah, mengenali kekuatan, mengasah keterampilan, dan berani berkolaborasi dengan teknologi tanpa kehilangan jati diri. Buku ini memadukan refleksi pribadi, pengalaman Tyo di Silicon Valley, kisah-kisah inspiratif, serta gagasan praktis untuk menata ulang hubungan dengan teknologi.
Melalui bab seperti “Masterpiece Mindset”, pembaca diajak melihat bahwa kolaborasi dengan AI tidak harus mengikis identitas manusia, justru mempertegas sisi-sisi kemanusiaan yang unik: kreativitas, kebijaksanaan, dan empati.
Buku Becoming PowerHuman akan resmi diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada 17 Oktober 2025.
Di tengah tren global yang banyak diwarnai kekhawatiran akan disrupsi AI, Becoming PowerHuman hadir dengan perspektif segar: teknologi hanyalah alat, sementara manusia tetap pusat dari segala perubahan.
“AI bisa menciptakan banyak hal, tapi masterpiece sejati lahir dari kesadaran manusia,” tegas Tyo Guritno dalam diskusi.
Dengan pendekatan reflektif sekaligus praktis, buku ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi siapa saja—dari profesional, pendidik, hingga generasi muda—untuk tetap berdaya, relevan, dan otentik di era teknologi yang kian tak terbendung.










Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!