Haruki Murakami: Rasa Sakit Itu Tak Terelakkan
Haruki Murakami, lahir di Kyoto pada 12 Januari 1949, merupakan penulis kontemporer asal Jepang. Salah satu karyanya yang berhasil dipinang Bentang Pustaka adalah What I Talk about When I Talk about Running. Apabila kamu melihat sampulnya, maka pastinya akan terlihat seseorang yang sedang berlari. Lalu, apabila kamu memutar bukunya dan mendapatkan sampul belakangnya, kamu akan menemukan kalimat yang cukup menampar kamu dalam pandangan pertama. Kalimat itu adalah:
“Rasa sakit itu tak terelakkan. Tapi penderitaan adalah pilihan.”
Konon, kalimat ini didapat Haruki Murakami ketika ia serius dengan kegiatan berlarinya. Kalimat ini merupakan mantra yang biasa dirapal oleh pelari untuk memberikan semangat.
Setelah mendedikasikan dirinya untuk menjadi penulis, Haruki Murakami mulai giat berlari supaya tetap fit. Apa yang semula hanya bertujuan sebagai olahraga berubah menjadi kegiatan yang membuatnya terobsesi. Saat berlari, ia tak hanya menemukan kebebasan, tapi juga pemikiran-pemikiran baru. Pada akhirnya, Murakami memutuskan untuk ikut dalam maraton di Kota New York tahun 2005.
Tak hanya berlatih dan bersiap untuk mengikuti maraton, Murakami pun menuliskan pengalamannya tersebut. Hasilnya adalah memoar yang indah tentang obsesinya terhadap menulis dan berlari. Dan, siapa yang menyangka kalau menulis dan berlari punya banyak kesamaan.
(Leovita Augusteen) Haruki Murakami, lahir di Kyoto pada 12 Januari 1949, merupakan penulis kontemporer asal Jepang. Salah satu karyanya yang berhasil dipinang Bentang Pustaka adalah What I Talk about When I Talk about Running. Apabila kamu melihat sampulnya, maka pastinya akan terlihat seseorang yang sedang berlari. Lalu, apabila kamu memutar bukunya dan mendapatkan sampul belakangnya, kamu akan menemukan kalimat yang cukup menampar kamu dalam pandangan pertama. Kalimat itu adalah:
“Rasa sakit itu tak terelakkan. Tapi penderitaan adalah pilihan.”
Konon, kalimat ini didapat Haruki Murakami ketika ia serius dengan kegiatan berlarinya. Kalimat ini merupakan mantra yang biasa dirapal oleh pelari untuk memberikan semangat.
Setelah mendedikasikan dirinya untuk menjadi penulis, Haruki Murakami mulai giat berlari supaya tetap fit. Apa yang semula hanya bertujuan sebagai olahraga berubah menjadi kegiatan yang membuatnya terobsesi. Saat berlari, ia tak hanya menemukan kebebasan, tapi juga pemikiran-pemikiran baru. Pada akhirnya, Murakami memutuskan untuk ikut dalam maraton di Kota New York tahun 2005.
Tak hanya berlatih dan bersiap untuk mengikuti maraton, Murakami pun menuliskan pengalamannya tersebut. Hasilnya adalah memoar yang indah tentang obsesinya terhadap menulis dan berlari. Dan, siapa yang menyangka kalau menulis dan berlari punya banyak kesamaan.
(Leovita Augusteen)bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!