Abidah, Terus Berkisah dengan Perspektif Islam
Abidah El Khalieqy adalah sastrawan tersohor yang telah menciptakan berbagai sastra Islam di Indonesia. Salah satu novelnya yang sangat fenomenal adalah “Perempuan Berkalung Sorban”. Novel yang menyoal tentang isu-isu gender dan perempuan ini pun sempat diadaptasi menjadi film layar lebar. Novel tersebut membuat Abidah seringkali dikaitkan dengan feminisme. Padahal, apa yang ditulis Abidah dalam novel tersebut adalah berdasarkan perspektif Islam dalam mengkaji perempuan. “Saya menulis novel itu berdasarkan perspektif Islam. Jadi, bagaimana perempuan dipandang dalam Islam,” tutur perempuan kelahiran Jombang, 1 Maret 1965 silam.
Dapat dikatakan, Abidah adalah penulis yang memelopori kisah-kisah tentang dunia Timur Tengah. Menurutnya, novel-novel yang waktu itu beredar dengan latar belakang luar negeri hanya menyoroti negara-negara di Eropa dan Amerika. Oleh sebab itu, Abidah ingin menciptakan suatu latar yang berbeda untuk memperlihatkan kepada pembaca tentang keragaman wilayah.
Kini setelah belasan tahun berkarier dengan menciptakan puluhan karya sastra, Abidah kembali melahirkan sebuah karya berjudul “Bait-Bait Multazam”. Masih seputar karya sastra berbasis perspektif Islam, novel tersebut menceritakan kisah seorang mualaf yang menemukan cinta di dalam Islam. “Secara bahasa, mualaf berarti orang yang ditundukkan. Dalam hal ini, ia ditundukkan oleh Islam,” ujar Abidah.
Novel ini bercerita tentang perjuangan Henry Toga Sinaga yang berusaha mencari secercah cahaya dalam Islam. Kehidupannya pada masa lalu didera gelap dan gulita. Sampai pada akhirnya ia menemukan Islam sebagai sebuah jalan iman yang akan terus ia telusuri. Adalah Hilya yang berprofesi sebagai reporter kemudian terpesona oleh perjuangan Henry. Dalam kisah tersebut, diceritakan Henry mencoba memberikan pemahaman kepada keluarganya sampai memperdalam agama ke Suriah.
Mengenai “Bait-Bait Multazam”, Abidah sempat bercerita tanggapan pembaca mengenai novel tersebut. Seseorang di Aceh, tuturnya, yang telah membaca novel tersebut memintanya untuk menulis novel tentang dunia kedokteran. “Jadi, pembaca ini meminta saya untuk menuliskan cerita-cerita tentang dunia kedokteran dalam bentuk novel,” ujarnya.
Saat ini Abidah tetap berkarya dan terus mendapatkan beragam penghargaan dari berbagai pihak. Salah satu penghargaan yang baru saja diterimanya adalah diterbitkannya novel “Nirzona” oleh penerbit Internasional Amazon. Bersama dua penulis yang lain, yaitu Dewi Lestari dengan novelnya Partikel dan Laksmi Pamuntjak dengan novel romannya, Amba.
Oleh Lamia Putri D.
Abidah El Khalieqy adalah sastrawan tersohor yang telah menciptakan berbagai sastra Islam di Indonesia. Salah satu novelnya yang sangat fenomenal adalah “Perempuan Berkalung Sorban”. Novel yang menyoal tentang isu-isu gender dan perempuan ini pun sempat diadaptasi menjadi film layar lebar. Novel tersebut membuat Abidah seringkali dikaitkan dengan feminisme. Padahal, apa yang ditulis Abidah dalam novel tersebut adalah berdasarkan perspektif Islam dalam mengkaji perempuan. “Saya menulis novel itu berdasarkan perspektif Islam. Jadi, bagaimana perempuan dipandang dalam Islam,” tutur perempuan kelahiran Jombang, 1 Maret 1965 silam.
Dapat dikatakan, Abidah adalah penulis yang memelopori kisah-kisah tentang dunia Timur Tengah. Menurutnya, novel-novel yang waktu itu beredar dengan latar belakang luar negeri hanya menyoroti negara-negara di Eropa dan Amerika. Oleh sebab itu, Abidah ingin menciptakan suatu latar yang berbeda untuk memperlihatkan kepada pembaca tentang keragaman wilayah.
Kini setelah belasan tahun berkarier dengan menciptakan puluhan karya sastra, Abidah kembali melahirkan sebuah karya berjudul “Bait-Bait Multazam”. Masih seputar karya sastra berbasis perspektif Islam, novel tersebut menceritakan kisah seorang mualaf yang menemukan cinta di dalam Islam. “Secara bahasa, mualaf berarti orang yang ditundukkan. Dalam hal ini, ia ditundukkan oleh Islam,” ujar Abidah.
Novel ini bercerita tentang perjuangan Henry Toga Sinaga yang berusaha mencari secercah cahaya dalam Islam. Kehidupannya pada masa lalu didera gelap dan gulita. Sampai pada akhirnya ia menemukan Islam sebagai sebuah jalan iman yang akan terus ia telusuri. Adalah Hilya yang berprofesi sebagai reporter kemudian terpesona oleh perjuangan Henry. Dalam kisah tersebut, diceritakan Henry mencoba memberikan pemahaman kepada keluarganya sampai memperdalam agama ke Suriah.
Mengenai “Bait-Bait Multazam”, Abidah sempat bercerita tanggapan pembaca mengenai novel tersebut. Seseorang di Aceh, tuturnya, yang telah membaca novel tersebut memintanya untuk menulis novel tentang dunia kedokteran. “Jadi, pembaca ini meminta saya untuk menuliskan cerita-cerita tentang dunia kedokteran dalam bentuk novel,” ujarnya.
Saat ini Abidah tetap berkarya dan terus mendapatkan beragam penghargaan dari berbagai pihak. Salah satu penghargaan yang baru saja diterimanya adalah diterbitkannya novel “Nirzona” oleh penerbit Internasional Amazon. Bersama dua penulis yang lain, yaitu Dewi Lestari dengan novelnya Partikel dan Laksmi Pamuntjak dengan novel romannya, Amba.
Oleh Lamia Putri D.
bentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!